02

280 24 4
                                    

"ini alamat rumah Ayah. Kalau nanti kamu sudah besar, kamu bisa menemui ayah ke alamat ini." itu kata terakhir Fildan sebelum meninggalkan Tiara. Tiara masih mengingatnya dan akan terus mengingatnya.

*

Di dalam rumah yang sangat besar kediaman keluarga Zakarya, sedang terjadi rapat keluarga untuk membahas tentang kesalahan dari putra pewaris keluarga mereka, yaitu Afisan Jehderamae Zakarya. Dihadiri Irfan sebagai Kakek Afi, dan Yana, Ibu dari Afi. Serta seorang supir yang sudah mereka anggap sebagai saudara di keluarga ini namanya Ridwan.

Afi sebagai terdakwa hanya duduk di sofa menatap malas semua orang di rumah itu.

"Papah gak habis pikir sama kelakuan kamu! Ada aja masalah yang kamu buat dan bikin orang-orang rugi. Kamu itu bisa gak satu kali aja gak bikin masalah? " ujar Reza memulai perbincangan.

Afi diam. Dia malas untuk menjawab pertanyaan dari Reza.

"Afi jawab Jangan buat Papah kamu marah!" pinta Yana dengan lemah lembut.

Afi menghela napas, "mau Afi jawab apa lagi, Mah? Coba mamah inget-inget lagi. Udah berapa kali Papah tanyain pertanyaan yang sama ke Afi! Kalau Afi jawab, pasti jawabannya juga bakal sama kayak yang sebelum-sebelumnya!" kata Afi. "lagian, yang Papah tahu tentang Afi cuma masalah yang udah Afi buat. Sedangkan, Papah gak pernah tanya apa dan kenapa semua itu terjadi sama Afi."

"Apa yang papah gak tahu? Papah tahu kamu sering kebut kebutan dijalanan sama temen temen kamu. Itu penyebab masalah yang kamu alami. Bulan lalu, mobil orang rusak gara-gara kamu kebut-kebutan dijalanan. Minggu kemarin kamu menabrak anak kecil sampai dirawat beberapa hari di rumah sakit. Terus, sekarang kamu nabrak gerobak dagangan orang dan buat dia rugi, " hardik Reza.

"yaelah, kan kerugian semuanya udah di ganti, Pah," ujar Afi.

"uang yang di gunakan untuk mengganti kerugian itu punya Papah. Bukan punya kamu! Dan semua kerugian yang kamu perbuat itu gak sedikit!"

"oh, jadi ceritanya Papah gak ikhlas. Papah itung-itungan sekarang. Tenang aja Pah! Nanti juga kalo Afi punya uang, Afi bakal balikin uang-uang Papah!"

"Afi!" Yana mencoba untuk menghentikan Afi agar tidak melawan Reza lagi.

Afi diam mengikuti arahan dari Yana.

"nah, ini! Semakin besar kamu semakin ngelunjak! Semakin ngelawan sama Papah! Kamu gak pernah belajar dari kesalahan kamu! Yang ada kamu justru bangga dengan kesalahan-kesalahan itu. Kenapa? Apa karna kamu ngerasa kaya? Sering dimanja? apapun yang kamu mau tinggal bilang langsung ada? Pernah gak kamu mikir gimana kalo kamu lahir dari keluarga miskin? Apa semua yang kamu mau itu bisa kamu dapet? Ngga!" ujar Reza

Kini Afi diam. Kata-kata Reza tadi telah membuatnya termenung.

"iya, Papah sadar. Papah yang salah karna sudah memanjakan kamu. Papah yang sudah kasih kamu kemewahan. Papah gak pernah kasih kamu perhatian karna terlalu sibuk di kantor sampai kamu jadi kayak gini. Papah sadar! Tapi, apa yang Papah lakukan bukan mengharapkan balasan yang seperti ini. Papah cuma mengharapkan kamu jadi anak baik, anak yang sholeh, yang bisa memberi syafaat untuk papah sama mamah agar kamu bisa bawa papah sama mamah ke surga. Itu aja!" ucap Reza dengan suara seraknya karna hampir menangis.

Tiba tiba semua orang terdiam. Hanya hembusan angin malam yang terdengar membisik dan membuat bulu kuduk merinding. Di tambah dengan kata-kata Reza pada Afi.

"maafin Afi, Pah. Afi ngaku salah," lirih Afi.

Reza masih diam berusaha untuk tidak meneteskan air mata yang sudah memenuhi pelupuk matanya.

AFIRA ~ CINTA DI PESANTRENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang