03

217 24 3
                                    


.

Di Pesantren Al-Qadr, kini Afi sudah terdaftar sebagai santri di sana. Karna merasa semua urusan telah selasai, Reza pun bergegas pamit kepada Fildan karna dia harus kembali ke kota untuk mengurusi meeting perusahaannya.

"Banyak-banyak sabar ya Ustad kalau mengajari Afi. Karna Afi ini orangnya bisa di bilang nakal. kalau dia melakukan kesalahan besar, jangan segan-segan kasih dia hukuman!" kata Reza. Berjalan menghampiri mobil di antar oleh Fildan dan Afi.

Fildan tersenyum, "tidak masalah. InsyaAllah saya akan mengajari Afi dengan penuh kesabaran."

"yasudah, saya pamit dulu. Assalamualaikum," pamit Reza

"waalaikum salam,"

"Afi, Papah pulang dulu. Kamu jangan bikin kekacauan disini!" pamit Reza kepada Afi

"iya!" balas Afi ketus.

Afi meyalami tangan Reza. Setelah itu Reza menaiki mobil bersama Ridwan lalu mobil itu melaju meninggalkan Pesantren.

"ayo, Afi! Saya akan tunjukan dimana kamar kamu," ajak Fildan.

"oke," balas Afi.

Fildan Berjalan membawa Afi menunjukan kamarnya. Setelah berjalan cukup jauh, akhirnya Fildan menghentikan langkahnya di depan sebuah pondokan yang cukup untuk di gunakan beberapa orang. Di halaman depan kamar pun terlihat beberapa santri sedang kerja bakti membersihkan halaman disana.

"Afi, ini kamar kamu. Disini kamu ditemani mereka— Randa, Faul dan Aco." ujar Fildan pada Afi seraya mengenalkan para santri itu pada Afi.

"saya tinggal dulu. Kamu bisa minta bantuan kepada mereka jika kamu butuh sesuatu, Assalamualakum," Fildan berpamitan sebelum akhirnya melenjangkan kakinya pergi.

"waalaikum salam," balas Afi.

Terlihat Randa, Faul dan Aco berjalan menghampiri Afi yang masih memandangi pondokan.
"Assalamualaikum, Jang. Wilujeng Sumping di Pondok Pasantren Al-Qadr. Salam kenal nya," kata Faul sedikit mengejutkan Afi.

"Waalaikum Salam,"

"selamat datang di Pesantren Al-Qadr. Tadi, Pak Ustad Fildan sudah perkenalkan kita sama kamu." ucap Randa pada Afi, "nah, sekarang Ayo! Kita akan perlihatkan kamar kita ke kamu," ajaknya.

| |
| |
| |
| |

Di rumah Gabriel, terlihat Gabriel sangat marah karna tidak bisa menemukan Tiara. Dia mondar-mandir di depan rumah menunggu Tiara datang. Dia yakin Tiara akan kembali kerumah ini. Tiara tidak akan mungkin melawan perintah ibunya untuk tidak pergi.
Tapi, hingga sampai saat ini batang hidung Tiara belum juga terlihat.

"kemana itu anak? Kenapa dia belum juga balik? Apa dia benar-benar pergi?" pikir Gabriel, namun dengan cepat dia menepis pikiran itu. "ah! Gak mungkin! Tiara itu anaknya penurut. kalo ibunya sudah melarang dia buat gak pergi, dia pasti tidak akan pergi. Tapi, kenapa dia belum juga pulang? Kemana dia? Bersembunyi dimana dia?" Gabriel bergumam.

Sementara itu, di Rumah Ical dan Cut. Tiara terlihat duduk di Sofa tak tenang. Hari sudah sore. Dia harus kembali kerumah itu. Tapi, ada rasa takut yang membuatnya berpikir kembali untuk pulang.

Cut datang memberinya nasi beserta lauk-pauknya, "Tiara, kamu belum makan dari tadi pagi. Ini Ibu sudah masak. Maaf, kalau lauk-pauknya tidak semewah lauk-pauk yang biasa kamu makan."

Tiara tersenyum tipis, "terima kasih, Buk RT. Tapi, Buk Rt seharusnya jangan repot-repot seperti ini. Lagi pula sepertinya Tiara harus cepat-cepat pulang takut Ibu cariin Tiara."

AFIRA ~ CINTA DI PESANTRENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang