...
Blugh, Blugh, Blugh,
Fildan berlari menuju kamar Putri dengan tergesa-gesa. Derap langkah nya yang kasar memberikan bunyi nyarik dari lantai kayu itu. Bahkan Rumah yang terbuat dari kayu tersebut agak bergetar mengikuti langkah kaki yang memijak.
Fildan menghentikan langkahnya setelah berada di kamar Putri dan melihat Putri berbalik hendak keluar dari kamar setelah selesai menggantikan pakaian Tiara.
Putri yang berhadapan dengan Fildan memandang heran pada Fildan karena Ayahnya itu baru saja masuk dengan terburu-buru ke dalam kamarnya.
"Ayah kenapa?" tanya Putri.
Fildan tak menjawab. Pandangannya beralih pada Tiara yang masih tak sadarkan diri di atas ranjang. perlahan dia menghampiri Tiara, duduk di samping tubuh Tiara kemudian membelai puncak kepala Tiara dengan lembut. Matanya tampak berbinar menandakan kebahagiaan,
"putriku..." gumam Fildan.Putri terkejut mendengar gumaman dari Fildan.
Sementara itu Tiara tampak telah sadar. Matanya perlahan terbuka hingga dia dapat melihat sosok ayah yang sangat dia rindukan,
"Ayah?""iya, sayang. Ini Ayah,"
senyum mulai terlukis di wajahnya Tiara. Dia pun langsung bangkit memeluk tubuh Fildan, tak mempedulikan rasa sakit yang saat ini melinu di sekujur tubuhnya.
Setelah bertahun-tahun akhirnya rasa rindu terobati dengan pertemuan ini. Tiara maupun Fildan sangat bahagia.
Air bening mulai keluar dari pelupuk mata mereka. Air mata yang bukan hanya menggambarkan kebahagiaan. Tapi juga Air mata bukti bersatunya kembali Putri dengan Ayahnya.
"Ayah rindu kamu, Tia" lirih Fildan.
"Tia juga rindu dengan Ayah," balas Tiara.
Walau hanya kalimat sederhana, tapi mampu membuat dua insan itu bahagia.
"ada apa ini? Kenapa rumah ini berge——tar..." Nabila yang baru masuk ke dalam kamar Putri terkejut dengan pemandangan yang terpampang di depan matanya.
Setelah lama saling melepas rindu dengan pelukan hangat, Fildan melepaskan pelukannya saat melihat Putri dan Nabila yang hanya berdiri memandangi keduanya.
"Buk, Tia buk," ucap Fildan.
Nabila tersenyum, dia menghampiri Tiara dan duduk disampingnya,
"Assalamualaikum, Nak." sapanya."Waalaikumsalam, Tante" balas Tiara.
"Aku istri dari ayahmu. Jadi, aku juga adalah ibumu. Maka panggillah aku Ibu,"
Tiara mengangguk pelan, melihat Nabila dia rasa jika wanita itu wanita yang baik.
"ini apa Yah, Buk? Putri punya Kakak? Kenapa kalian tidak pernah mengatakan apapun tentang ini?" tanya Putri setelah sedari tadi hanya diam.
Nabila menatap Fildan begitu pun sebaliknya.
"Putri, kemari!" pinta Fildan.
Putri perlahan berjalan menghampiri Fildan. Fildan merangkulnya ketika dia berdiri di samping Fildan.
"ini Tiara, dia adalah Kakak tiri kamu. Ayah minta maaf karena Ayah tidak pernah menceritakannya kepadamu," ujar Fildan.
Putri memandangi Tiara yang saat ini melambaikan tangan padanya. Dia tak bisa berkata-kata. Perempuan yang ditemuinya di pemakaman tadi bersama laki-laki ternyata adalah Kakaknya?
"ada apa, Sayang? Kenapa kamu malah diam?" pertanyaan yang dilontarkan Nabila membuyarkan lamunan Putri.
Putri menggeleng cepat,
"gak papa, Buk" sahutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AFIRA ~ CINTA DI PESANTREN
Teen FictionKehidupan Tiara sengsara semenjak kedua orang tuanya bercerai. Hidupnya lebih menderita saat sang ibu menikah dengan seorang pria yang memperlakukannya dengan tidak baik. Dia pun berusaha untuk lari. Tapi, dari pelariannya dia justru membuat seseora...