12.

54 11 3
                                    

***

Dibalik pegunungan, matahari mulai menaik seakan menjadi pengatur waktu untuk para penghuni Pesantren memulai aktivitasnya.

Afi keluar dari dalam kamar, berdiri di depan pintu untuk menghirup udara segar beberapa saat seraya mengamati para santri yang berlalu-lalang.

Tak lama kemudian, pandangannya teralihkan pada Tiara yang keluar dari dalam pondokan. Tak disadari bibirnya membentuk lengkungan yang indah.

"Tia tuh. Samperin ah! dari pada gue bosan disini diem-diem doang, mending ngobrol sama dia!" ucap Afi semangat. Dia lantas bergegas menghampiri Tiara.

Saat itu, Gunawan terlihat berjalan mondar-mandir memantau Randa, Aco dan beberapa santri yang sedang membersihkan kandang kambing.

"Ayo, dong! Masih pagi loh ini. Kenapa kalian lamban begini?!" omel nya.

"Sebentar atuh, Mas. Kita teh kan cuma punya dua tangan," balas Aco.

"Iya, Mas. Kita juga belum makan, jadi tenaga kita gak banyak." sambung Faul.

Gunawan mengeleng-gelengkan kepala, "banyak alasan kalian. Ayo, semangat! Semangat!" Serunya.

Saat berbalik, Gunawan tiba-tiba saja menghentikan ayunan kakinya. Matanya tertuju pada Afi yang menghampiri Tiara di Pondokan Pak Fildan.

"Hallo! pagi, Tia!" seru Afi.

"Pagi," sahut Tia tak lupa menampilkan senyumnya.

Afi memandangi penampilan Tiara yang begitu berbeda.

Baju panjang beserta model hijab yang Tiara kenakan membuat dia jauh terlihat cantik.

"Lo beda banget hari ini. Cantik," puji Afi membuat Tiara menundukkan kepala menyembunyikan pipinya yang memerah.

"Eh, btw. Gimana kabar lo pagi ini? Lo gak sedih-sedih lagi kayak kemarin, kan?"

Tia mengangguk, "alhamdulillah. Kabar aku pagi ini baik-baik aja. Kalau kamu?"

"Gue baik dong pastinya. Ya walaupun tidur gue gak terlalu nyenyak karena gak terbiasa tidur di Lantai," balas Afi membuat Tiara terkekeh.

"Nanti juga kamu terbiasa,"

Afi menganggukkan kepala, "ya, semoga aja."

"Heh, kalian!"

Afi dan Tiara sontak menoleh dan menemukan Gunawan berdiri sambil berkacak pinggang menatap mereka.

"Kalian kelihatannya semakin dekat ya. Sampai-sampai kalian sengaja ketemuan seperti ini? Kalian teh memangnya gak tau peraturan di Pesantren ini? Peraturan disini santri dan santriwati gak boleh bertemu!" Tegur Gunawan.

Afi berdecak sebal. "Yaelah, cuma ketemuan gini doang dilarang. Lagian ketemuannya juga gak di tempat sepi. Banyak orang tuh. Lo lihat, santri-santri lain juga lihat. Jadi gak masalah dong!" balas Afi.

Tiara sendiri hanya tertunduk. Dia masih ingat dengan perkataan Gunawan yang cukup menyadarkan posisi dirinya sebagai putri dari seorang ustadz.

"Yasudah, Afi, Gunawan, Aku permisi. Assalamualaikum," pamit Tiara dan langsung melenggangkan kaki meninggalkan dua laki-laki itu.

"Eh, Tia?! Lo mau kemana? Jangan pergi lah, gue pengen ngobrol dulu sama lo!" Teriak Afi. Namun, tampaknya Tiara tak mengindahkannya dan berjalan semakin jauh.

"Heh!" Panggil Gunawan.

Afi melirik Gunawan, "gue punya nama ya! Kalo manggil, sebut nama gue! Jangan heh-heh-heh!"

AFIRA ~ CINTA DI PESANTRENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang