Chapter 11

21 2 0
                                    

Ampun Bang Jago
——{••★••}———

“Lo paling jago bikin gue jatuh berkali-kali, jatuh cinta contohnya.”

_Arjuna

“Ayolah! Kembalikan Jago, Kak!” suara rengek Erwinda dari luar.

“Maaf Win, aku tidak bisa memberikannya karena ini perintah paman,” ucap Arin menyembunyikan ayam itu di balik tubuhnya

“Dia temanku ...,” ucap Erwinda mengusap air matanya. “Mana boleh digoreng, sebelum itu terjadi maka harus hadapi aku dulu!” teriaknya mengejar Arin yang membawa Jago, hingga terjadi kejar-kejaran antara mereka berdua.

“Mereka kenapa, Pak?” tanya Arjuna melihat mereka dari kejauhan.

“Itu si Jago, ayam kesayangan Erwinda,” jawab Pak Danu sembari mengasah pisaunya.

“Mau dipotong ya, Pak?” Pak Danu mengalihkan pandangannya pada Erwinda dan Arin yang memperebutkan si Jago, kemudian tersenyum.

“Nak Arjuna, bisa bantu bapak?” Pria itu pun langsung mengangguk.

Pak Danu pun beranjak dari duduknya melangkah jauh dari rumah diikuti Arjuna di belakang.

“Ayah mau ke mana ya, Kak!” tanya Erwinda berhenti mengejar dan memperhatikan Ayahnya dan Juna yang pergi entah ke mana.

“Mungkin mau menemui dokter untuk memeriksa pria itu,” jawab Arin berhenti, mengamati mereka yang berlalu. Tanpa disadari Erwinda sudah di sampingnya, membuat si Jago lepas dari pegangannya.

“Hei, itu curang Erwinda!” teriak Arin kembali mengejar gadis itu.

Tanpa mendengarkan ocehan Arin, gadis itu terus berlari cepat dengan si Jago dipeluknya.

“Erwinda, hati-hati!” Arin mengambil napas panjang, kemudian kembali mengejar, “Perhatikan jalanmu nanti jatuh!” sambungnya.

“Jalanku selalu lurus, Kak!” jawab Erwinda tertawa.

“Tapi tanah tidak selalu rata Erwinda,” kata Arin berhenti berlari, kemudian berbalik arah mengingat mereka sudah jauh dari rumah.

Berselang beberapa menit, Erwinda berteriak memanggil Arin. Membuatnya kembali menoleh ke sumber suara.

“Kak Arin!” rengek gadis itu tersungkur di tanah.

Arin yang melihat itu langsung berlari ke arah Erwinda, “Cengeng, gitu aja nangis!” ucap Arin di sela membersihkan baju Erwinda dari kotoran.

“Karena itu sakit, Kak!” Tunjuknya pada beberapa luka dan memar di lutut dengan mata yang berkaca-kaca.

“Mana si Jago?” tanya Arin setelah membantu Erwinda berdiri.

“Si Jago ditanyain, lukaku nggak diobatin.” Arin cengengesan mendengar penuturan adiknya itu.

“Ya sudah, kita pulang dulu!” ajak Arin memapah Erwinda.

***

Di sisi lain, Arjuna yang tadinya mengiyakan ajakan Pak Danu mulai menyesali itu. Menyesal tidak bertanya mau ke mana.

“Kenapa sih menyesal itu selalu terakhir,” gumamnya di tengah kerumunan orang berbelanja.

“Kalau di awal namanya pendaftaran, Kak!” celetuk seseorang di sampingnya.

My Name Is ErwindaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang