09 - Bedauern 💦

230 31 2
                                    

Perth menghadap ke Ayahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Perth menghadap ke Ayahnya.

"Kerjamu selalu bagus, pilihlah hadiah apa yang kamu inginkan." Ucap Mario dari tempat duduknya.
"Saya tidak mengingkan apapun." Ucap Perth menolak penawaran hadiah.

"Dan saya tidak suka memiliki anak yang tidak tahu terimakasih." Nada suara Mario mengeras.

"Apapun, apa benar saya boleh meminta apapun?" Tanya Perth sambil menatap Mario.
Ia sungguh tidak ingin apapun, tapi Ayah angkatnya tidak suka jika anaknya menolak penawaran terlebih semua yang dikatakan Mario adalah Mutlak.

"Apa yang kamu minta?" Tanya Mario.
"Bebaskan saya." Ucap Perth.

Mario mendatangi Perth.
Lalu menjajarkan dirinya dengan anak kesayangannya.

Diantara ketiga anaknya, memang Perth bukan anak kandungnya.
Tapi Perth lebih berharga dari kedua putrinya.

"Kamu hanya menginginkan hal itu?" Tanya Mario.
Perth menatap takut, bagaimanapun juga Mario adalah orang yang paling Perth hormati.

"Iyah." Ucap Perth takut dengan tatapan intimidasi pria paruh baya yang masih sangat tampan tersebut.

Mario mengusak rambut Perth dengan lembut.
"Apa kamu berniat meninggalkan Ayah lagi?" Tanya Mario dengan nada terluka.
Perth diam tidak menjawab.

"Bukankah itu sangat menyakitkan untuk ayah jika kamu meninggalkan ayah?" Tanya yang tetap tidak akan bisa dijawab oleh Perth.

Ia tidak tahu jawabannya.

Mario menarik tangan Perth untuk ia peluk erat.
Mario mengusap punggung Perth dengan lembut lalu mendekatkan mulutnya ke telinga Perth untuk membisikinya.

"Karena Ayah sangat menyayangimu, itu sebabnya Ayah ingin kamu terus disisi Ayah. Ayah hanya ingin kamu tidak pergi." Ucap Mario membuat Perth merasa sesak.
"Jika Ayah menyayangi saya, mengapa Ayah membuat Perth jadi pembunuh?" Tanya Perth dengan nada bergetar.

"Sejak awal menjadi Pembunuh adalah pilihanmu bukan?" Tanya Mario mengingatkan pada pembunuhan pertamanya.

Perth merasa sesak nafas.

Ingatan itu menghempaskan Perth pada kenyataan bahwa ialah yang memulai memilih jalan itu.
Dialah yang membunuh untuk pertama kalinya.

Terlepas pada seperti apapun alasan ia membunuh tetap saja fakta dia menghilangkan nyawa orang lain tidaklaj berubah.

...

Perth tidak memejamkan matanya, meski tengah malam sudah lewat.
Angin malam berhembus memainkan tirai kamar Perth yang sedikit redup.

"Kamu belum tidur?" Tanya Mark yang masuk lewat jendela.
"Kamu akhirnya datang." Ucap Perth menyunggingkan senyum sedihnya.

Yang Perth pikir selalu ilusi.

Mark memakai baju serba hitam, ia melangkah lalu berjongkok di depan Perth yang duduk di atas ranjangnya.

Blackswan (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang