10 - Leben und Tod

182 30 3
                                    

Leben und Tod

-Kehidupan dan Kematian adalah sebuah Siklus. Segala yang hidup hanya menunggu untuk mati.- Rin

- Rin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

...

Semua Orang Tua selalu mengatakan pada anak mereka bahwa mereka akan selamanya bersama anak-anaknya.

Tapi itu kebohongan paling lucu bukan?

Karena mana ada yang dikata Selamanya?

Tidak ada yang Abadi.
Termasuk Duka, Bahagia dan Kehidupan.

Perth memandang jendela kamarnya dengan air mata yang mengalir meski tidak ada isak tangis yang pilu seperti sebelumnya.
Ia duduk di ranjangnya tanpa mengalihkan pandang, seolah ia sedang menghitung tetesan hujan yang turun ke Bumi.

Tangannya terdapat Infus sejak semalam setelah tiga hari ia hanya mengurung diri di kamar dan ditemukan Godt pingsan di bawah guyuran Shower.
Perth tidak mau ditemui siapapun bahkan meski berpuluh-puluh panggilan dan pesan dari ketiga sahabatnya, termasuk Mark.

"Mano berhentilah bersikap seperti ini!" Bentak Rose pada kembarannya yang tidak henti menyalahkan Perth.
"Kamu masih membelanya setelah ia membunuh Ayah kita?" Ucap Mano secara kasar.

"Perth anak Ayah juga."  Rose tidak mau Perth menanggung rasa bersalah yang sebenarnya tidak sepenuhnya salah Perth.
Tapi tidak mengubah fakta bahwa Ayah mereka melakukan Bunuh diri dan meninggalkan Surat terakhir yang jelas menjadikan alasannya mengakhiri hidupnya.

Demi kebebasan Perth.

Mano tidak bisa disalahkan, karena alasan kematian ayahnya pun jelas akibat keinginan Perth yang mau bebas.
Mano pun dalam hatinya juga berharap Ayahnya berhenti mengendalikan hidup si Bungsu.

Tapi bukan dengan cara kehilangan Ayahnya.

"Perth." Panggil Mark yang tiba-tiba menghalangi pandang Perth pada jendela.
Perth hanya mendongak pada wajah yang sama kacau dengan dirinya.

Mark Siwat yang memandang tajam kearahnya.

"Boleh kutanya padamu?" Tanya Perth dan mendapati Mark mengangguk lalu berjalan mendekat dan menarik kursi dan duduk di hadapan Perth.
"Apa Mario Bunuh Diri karenaku?" Tanya Perth meminta kejujuran.

Mark mengangguk perlahan.
"Tapi ini bukan sepenuhnya salahmu. Itu adalah pilihannya." Ucap Mark membuat Perth menangis lebih keras kali ini dengan suara yang memilukan disaksikan oleh Mark.

Mark sang iblis yang masih dikira ilusi oleh Perth.

Mark merengkuh tubuh mungil itu.

...

"Demamnya tinggi, apa kita bawa ke Rumah Sakit?" Tanya Atta pada Rose.
"Biarkan saja dia sakit lalu mati." Ucap Mano membuat Rose sakit kepala.

"Diamlah kamu dan mulut brengsekmu." Umpat Rose.
"Bela saja pembunuh itu, kita berdua hanya harus menunggu sampai dia membunuh kamu dan aku." Balas Mano semakin menjadi.

Blackswan (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang