***
Setelah kejadian penculikan Iris dan beberapa relatif wanita itu tempo hari, kehidupan mereka kembali berjalan seperti biasa.
Bedanya, kini Iris lebih sering menghabiskan waktu di rumah sementara Ten yang hampir setiap harinya pulang larut. Bukan tanpa alasan, Ten memang sedang meniti karir barunya sebagai pendiri shelter hewan-hewan terlantar. Sedangkan Iris, sudah berhenti mengejar mimpinya untuk menjadi seorang dokter bedah darurat.
Awalnya Ten hanya meminta gadis itu untuk istirahat sebentar, setidaknya sampai anak mereka lahir nanti dan sudah sanggup untuk diurus oleh pengasuh. Tapi memang keinginan Iris sendiri yang mendorongnya untuk berhenti dan sempurna mengubah status menjadi seorang ibu rumah tangga.
Keputusan itu sudah dipikirkannya matang-matang, dan tanpa paksaan dari pihak manapun. Mungkin Iris hanya akan menyibukan diri di pusat rehabilitasi anak nantinya.
Malam hari ini Ten kembali pulang larut. Entah kapan terakhir kali mereka menyempatkan untuk makan malam berdua, mungkin sekitar dua sampai tiga minggu yang lalu.
Iris sedih, karena Ten berada pada puncak sibuknya tepat saat ia sedang mengandung. Tapi juga tak dapat melakukan sesuatu, toh memang tujuan pria itu baik. Lagipula, Ten tidak bersenang-senang diluar sana. Pria itu bekerja banting tulang demi menghidupi keluarga kecilnya nanti.
Sama seperti hari-hari lainnya, hari ini pun Iris terlelap di atas sofa saat menanti Ten pulang. Dengan menggendong perut yang sudah membuncit, pekerjaan rumah yang biasanya tidak ada apa-apanya itu terasa sangat melelahkan bagi Iris.
"Ten?"
Tidur cukup lelapnya itu terinterupsi ketika seseorang meninggalkan kecupan pada keningnya. Hari sudah lewat tengah malam, dan lampu ruang tengah pun sudah dimatikan. Jadi Iris bertanya ragu pada seseorang yang kini menopang tubuhnya ke dalam kamar.
"Iya sayang, aku sudah pulang"
Iris menghembuskan napas lega, padahal ia juga tahu, tidak ada yang akan memperlakukannya seperti ini kalau bukan Ten.
Pria itu membaringkan tubuh Iris perlahan ke atas kasur, merasa bersalah karena gerakannya tadi membangunkan sang putri yang sedang tertidur. Sebagai ucapan selamat tidur, ia kembali meninggalkan satu kecupan pada kening istrinya sebelum menyelimuti tubuh kecil Iris dengan selimut tebal.
"Tidurlah. Maaf membangunkanmu"
Padahal, Iris juga yang sengaja menunggu Ten hingga pria itu pulang. Tapi dirinya dibuat kecewa karena ketika Ten sudah pulang, rasa kantuk benar-benar menguasai dirinya.
Jadi, apa gunanya penantian itu? Hanya untuk saling mengucapkan selamat malam? Bahkan tidak sempat berbincang soal hari mereka berdua? Ah seperti orang baru kencan saja!
Mulanya Iris hanya akan mengabaikan kesempatan mereka yang satu ini, toh mungkin Ten juga sudah kelelahan. Jadi ia pilih untuk kembali melemparkan kesadarannya dan tertidur lelap. Tapi begitu sesuatu di dalam perutnya bergejolak, segera juga Iris melompat kecil ke dalam kamar mandi.
KAMU SEDANG MEMBACA
ᴋɪɴɢ ᴏғ ʜᴏsᴘɪᴛᴀʟ • ᴛᴇɴ ʟᴇᴇ ☑
Romance[Completed] [Revised] ⚠ Warning!: Mentions of Blood and Medical contents some readers may find disturbing ⚠ Moon Iris, seorang residen bedah darurat di Rumah Sakit Haenam. Iris memiliki hubungan rahasia dengan Doyoung, sang senior dari departemen ya...