t h i r t y t w o

1K 182 19
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Apa hal yang lebih buruk dari 'Ibu mertua mengetahui hubunganmu dengan pria lain selain suamimu'?

Tentu ada. Karena hidup Iris sepertinya memang tidak diciptakan untuk dijalani oleh gadis-gadis lain dengan mental tempe. Hidupnya memiliki tingkat kerumitan yang lebih dari sekedar perselingkuhan anak remaja. Salah satunya, bagaimana ia bisa berakhir sendirian di dalam kamar ukuran 3x3 dan di rumah yang berbeda dengan rumah utama keluarga Ten seperti sekarang.

Iris bingung dan merasa tidak adil, tapi enggan juga bertanya ketika sang ibu mertua menyuruhnya untuk tidur terpisah rumah dengan Ten yang saat itu kunjung kembali dari membeli suplemen. Nyonya Lee bilang sih karena kamar Ten sedang renovasi, jadi hanya ada satu kasur kecil yang tidak muat untuk pasangan suami istri tiduri berdua.

Tapi, sepertinya bukan soal itu.

Sangat jelas bahwa ibu Ten sengaja memisahkan Iris dan Ten, memanfaatkan kesempatan karena saat itu Ten tidak ada di lokasi. Dan entah apa yang Nyonya Lee bicarakan pada Ten, hingga pria itu bahkan tidak segera menyusulnya di rumah usang yang lebih layak disebut gudang ini.

Terdengar seperti putri Rapunzel yang terkurung dalam kastil, begitu juga rasanya bagi Iris yang terkurung di ruangan kecil di lantai dua rumah belakang. Pengap, tak tahu apa-apa, dan sama-sama menanti kedatangan sang pangeran.

Dengar-dengar, sang bibi asisten rumah tangga tinggal di lantai satu. Tapi sedari tadi Iris tidak mencium presensi wanita paruh baya itu, bahkan untuk sekedar bertanya dimana saklar lampu toilet. Alhasil, ia cari sendiri.

Mengisi ruang gelap itu sendirian, rasa takut tidak melintas dalam benak Iris. Rasa tenang mungkin lebih cocok untuk menggambarkan keadaannya saat ini. Karena bagaimanapun juga, tentu akan lebih menakutkan kalau ia tinggal di rumah utama. Berada di bawah atap yang sama dengan ibu Ten.

Jam di layar ponselnya sudah menunjuk pukul delapan malam lewat, dan Iris sedikit kecewa karena orang yang ia tunggu tak kunjung datang.

Setelah satu setengah jam Iris habiskan untuk terdiam memeluk lutut di atas kasur, akhirnya ia pilih berbaring dan menarik selimutnya juga. Mungkin Ten memang tidak akan datang, pikirnya.

Biasanya di jam ini, ia sedang bercerita soal pasien-pasien yang ditemui hari itu pada Ten. Kadang juga giliran Ten yang bercerita soal para petinggi rumah sakit, atau jajaran investornya.

Ada pula yang meninggalkan kesan sangat mendalam, adalah momen ketika mereka melupakan pekerjaan mereka untuk sejenak. Bercerita soal hal-hal kecil seperti bagaimana cara mereka menekan tombol di lift, cara mengikat tali sepatu, iklan di televisi, dan masih banyak lagi hal tidak penting lainnya. Yang menurut Iris, selalu akan menjadi topik menarik untuk sekedar mereka bicarakan.

Tapi sekarang kasurnya kosong. Hanya diisi olehnya seorang karena memang tidak seluas kasur di rumah, juga hanya ada selimut tipis yang melingkari tubuhnya alih-alih lengan Ten.

ᴋɪɴɢ ᴏғ ʜᴏsᴘɪᴛᴀʟ • ᴛᴇɴ ʟᴇᴇ ☑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang