***
"Apa kau pergi mabuk dan menemui gadis lain saat di Jeju, Ten?"
Jujur, Iris menyesali ucapan yang keluar dari bibirnya tanpa ijin sang empunya barusan. Kalau sudah seperti ini, hubungannya dengan Ten tentu tidak akan baik-baik saja.
Padahal kan Iris bisa hanya diam dan bersikap seolah tidak tahu apapun. Toh, Iris juga melakukan hal yang sama. Atau setidaknya, tidak jauh berbeda.
Dari pihak Iris pun ada Doyoung. Yang kalau orang lihat dari berbagai sudut pandang kecuali sudut pandang Iris, mungkin akan menyimpulkan bahwa gadis itu berselingkuh.
Jadi, kenapa Iris malah memberanikan diri untuk bertanya atau mencampuri urusan Ten? Sejak kapan mereka menjadi pasangan suami-istri yang berhak tahu siapa-siapa saja yang mereka temui?
"Iris... Kau.. Benar-benar bertanya soal itu?" tanya Ten memastikan sekali lagi.
Mata pria itu memicing, perlahan bangun dari posisi dan mencoba untuk menarik garis pandang Iris. Nampaknya Ten juga tidak percaya dengan pertanyaan yang Iris lontarkan barusan.
Terlalu rancu kalau menurut Ten. Mungkin memang jelas dari susunan kata. Tapi secara intonasi, Ten ragu apakah gadis itu bertanya hanya sekedar basa-basi atau ada sesuatu dibalik pertanyaannya.
Mengangkat pundak berusaha tak acuh, Iris melanjutkan kegiatannya melipat tumpukan pakaian kemudian memasukkannya ke dalam lemari.
"Kalau menurutmu itu bukan urusanku, aku tidak keberatan," lanjut Iris.
Ia bahkan enggan untuk jujur pada dirinya sendiri. Jadi alih-alih menodong Ten dengan pertanyaan-pertanyaan yang menyudutkan, ia pilih bersikap seolah tidak bermasalah dan tidak peduli.
Tapi tak lama dari itu gerakan tangan Iris terhenti, tepat ketika Ten memutar tubuh ramping sang gadis dan menyandarkan punggungnya pada pintu lemari yang baru saja tertutup.
Jantung Iris berdegup cepat, terutama ketika bertemu dengan kilat mata Ten yang penuh intimidasi. Tapi sepertinya, bukan ke arah negatif. Dan Iris tahu hatinya sedikit goyah akan hal itu.
"Aku perlu tahu. Apa pertanyaanmu itu hanya basa-basi, atau... Kau memang peduli?"
Napas Iris tercekat, telapak tangan gadis itu menyentuh bidang datar tempat ia bersandar kemudian mengumpulkan kekuatan untuk sekedar buka suara. Rasanya sulit, hingga pada akhirnya ia hanya dapat terus menggigiti bibir bawahnya gugup.
Pikirannya kalut, sungguh. Iris ingin mencoba untuk tidak peduli dan menjadikan pertanyaannya tadi hanya sebagai basa-basi, tapi rasa penasaran terus saja menggerogoti pikiran sang gadis. Sakit dihatinya juga seringkali mengganggu, yang entah itu adalah hal baik atau hal buruk bagi Iris sendiri.
Mungkin untuk hal ini, ia bisa menyalahkan Taeyong. Pria itu yang memancingnya, padahal sudah jelas Taeyong sengaja menaruh umpan untuk ia lahap.
"K-kalau aku bilang aku peduli, bagaimana?" ujar Iris cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
ᴋɪɴɢ ᴏғ ʜᴏsᴘɪᴛᴀʟ • ᴛᴇɴ ʟᴇᴇ ☑
Romance[Completed] [Revised] ⚠ Warning!: Mentions of Blood and Medical contents some readers may find disturbing ⚠ Moon Iris, seorang residen bedah darurat di Rumah Sakit Haenam. Iris memiliki hubungan rahasia dengan Doyoung, sang senior dari departemen ya...