15. WINB🐵

645 123 42
                                    

"Sya pulang yuk," Karen sudah berdiri disamping meja Dasya, cowok itu sudah menatap Dasya dengan semangat. Dasya emang yang sedari semalam bahkan kemarin sudah tak bersemangat hanya mengangguk. Kemudian cewek itu menoleh kesamping menatap kearah Syifa yang sedang membereskan bukunya.

"Fa, mau pulang bareng, ayok," ajak Syifa. Syifa nampak gelagapan, menatap kearah Dasya selanjutnya melirik sekilas Karel. Syifa menggeleng sambil tersenyum.

"Aku mau ketoko buku dulu Sya." Bohong sebenarnya, Syifa hanya ingin menghindari pulang bersama dengan Karel dan Dasya. Bukan karena apapun hanya saja Syifa menjaga satu hal, satu hal yang Syifa takut membuat persahabatannya dengan Dasya rengang. Syifa tak mau lagi. Persahabatannya dengan Dasya baru saja baik tadi setelah hampir regang.

"Ya udah, Fa aku duluan ya." Dasya tersenyum sambil melambaikan tanganya, Syifa membalas senyum Dasya, sampai Dasya berbalikpun Syifa belum menyudahi senyumnya cewek itu kemudian memegang dadanya yang berdegub.

***

Dasya melewati lorong kelas bersama Karel, lorong kelas masih ramai karena beberapa siswa dan siswi masih berkumpul belum beranjak pulang. Dasya sedari tadi tidak nyaman, Dasya ingin menghindari orang-orang karena kejadian kemarin, Dasya masih cukup malu.

Karel sadar dengan sikap Dasya. Dasya nampak gelisah dan tak nyaman bahkan cewek itu sesekali bersembunyi disamping tubuhnya.

"Kenapa?" Tanya Karel. Dasya nampak bingung sambil menggaruk kepalanya, tersenyum bodoh sambil menampilkan deretan giginya.

"Emm.. gak papa kok." Karel menghembuskan napasnya, kemudian tersenyum kearah Dasya. Jujur saat ini Karel ingin menggandeng tangan itu, memberikan kekuatan pada cewek yang mungkin banyak orang mengiranya selalu baik-baik saja, tapi Karel tau, Dasya sangat tak baik-baik saja.

"Jalan sini disamping Sya," Dasya menoleh-noleh setelah itu menggelengkan kepalanya. Karel berdecak kemudian berhenti dari jalannya, sampai Dasya menubruk punggungnya dan kemudian meringis.

Karel terkekeh, cowok itu lalu memutari badan Dasya berdiri dibelakang Dasya membuat Dasya bingung, tak lama kemudian Karel mendorong tangannya membuat Dasya maju kedepan.

"Ayo jalan, aku bakal jadi penjaganya Dasya," ucap Karel dengan dengan semangat. Dasya terkekeh kecil, entah kenapa karena perlakuan kecil sahabatnya itu, membuat Dasya sedikit kehilangan rasa takutnya.

"Siapa yang bakal takut sama orang yang ternyata takut kecoa kaya kamu, cemen," ujar Dasya sambil terkekeh. Dasya teringat bagiamana Kerel yang dulu berteriak dan ketakukan hanya karena kecoa terbang. Cowok itu memang memiliki ketakutan terhadap hewan kecil itu.

"Nggak usah dibahas geli," Karel bergidik. Membuat Dasya tak tahan untuk tidak tertawa. Cewek itu tertawa mengejek Karel. Tanpa sadar membuat Karel ikut menyunggingkan sengumannya karena melihat Dasya tertawa.

"Kocak banget mukamu, pas takut kecoa, pengen liat lagi."

"Nggak usah keras-keras nanti banyak yang denger Sya," ucap Karel dengan nada merajuk, Dasya hanya kerkekeh kecil. Kemudian cewek itu kembali berjalan diikuti Karel yang dibelakangnya.

"Sumpah ya Dasya kocak banget, nggak sadar diri banget. Iya kalo cantik, lah Dasya aja jelek. Canda jelek." Dasya cukup jelas mendengar itu, bahkan sangat jelas, didepannya beberapa siswi yang menghadap berlawanan arah sedang menceritakannya.

Why, I'm not Beautiful?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang