2. WINB🐵

3.7K 316 28
                                    

Bantu tandain typo ya😊
.
.
.
Selamat membaca.

Pagi pukul setengah tujuh, Dasya masih mematut di depan kaca. Bibir pucatnya sedikit tersenyum. Tanganya dengan telaten membenarkan letak krudung segi empat berwarna putih yang bertengger di kepalanya.

"Cermin-cermin siapa kah yang paling cantik?" Tanya Dasya pada kaca di depanya sambil terkekeh. Kaca itu seolah di anggapnya suatu benda ajaib, seperti pada kartun yang ditontonnya waktu kecil dulu. Anggap saja Dasya sedang berhalu dengan khayalanya.

Sedetik kemudian Dasya tertawa garing sambil mengusap kaca yang menampilkan wajahnya di depannya.

"Kan aku yang paling cantik, buktinya kacanya nampilin wajahku," ucap Dasya sambil terkekeh. Mungkin jika ada yang melihat Dasya, akan menganggap Dasya tidak waras.

Seperti apa yang di pikirkan Karel yang sedang menyenderkan tubuhnya di tembok pink kamar Dasya. Cowok itu menatap Dasya sambil menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah ajaib Dasya.

"Udah ngehayalnya." Suara Karel membuat Dasya terkesiap dan langsung mebalikan badannya. Dasya mendengkus selanjutnya melotot marah pada Karel yang nampak santai, padahal baru saja Karel masuk kamar orang tanpa permisi, terlebih lagi kamar perempuan. Walau Karel beberapa kali masuk ke kamar Dasya, tapi setidaknya cowok itu harus permisi.

"Kalo masuk kamar orang bilang-bilang Karel," Geram Dasya sambil menatap jengah Karel.

Karel nampak tak acuh. Malah berjalan menuju balkon kamar Dasya. "Makanya pintunya di tutup," ucap Karel santai.

Dasya beranjak dari duduknya. Berjalan kearah Karel. Sejurus kemudian cubitan maut Dasya sudah mendarat dengan mulus di lengan Karel. Membuat Karel memekik kesakitan.

"Sakit dodol," pekik Karel sambil menggosok-gosok lengannya dengan gerakan cepat.

Dasya tak acuh berjalan dengan cepat kearah pintu dan lantai bawah rumahnya. Karel dengan cepat mengejar Dasya. Sampai Dasya mendudukan badannya di meja makan dengan kesal.

Danis-- kakak Dasya, yang melihat kelakuan kedua remaja itu hanya mengeleng-gelengkan kepala. Kelakuan Dasya dan Karel kalo lagi akur seperti Teletubbies, tapi jika sedang tidak akur seperti sekarang, persis seperti Tom and Jerry.

"Udah pacaran aja," celetuk Danis. Sambil menatap jail Dasya dan Karel bergantian.

"Ogah," jawab keduanya bersamaan. Danis semakin terkekeh di tempatnya. Melihat kedua siswa dan siswi SMA di depannya ini.

"Mama sama Papa kemana bang?," tanya Dasya mengalihkan situasi, sebelum kakaknya itu semakin gila mengoda Dasya dan Karel.

"Kerumah Nenek," jawab Danis sambil menyendok sayur di depanya. Dasya hanya mengangguk-anggukan kepala.

***

"Aku kekelas dulu, inget jangan suka galau lagi di kelas. Nggak usah dengerin apa kata mereka," ucap Karel persis seperti seorang ibu yang sedang menasehati anaknya. Sedangkan Dasya dengan polosnya hanya mengangguk-ngangguk, persis seperti anak baik yang mendengarkan nasehat ibunya dengan seksama.

Karel mulai berjalan meninggalkan Dasya yang masih menatap Karel dari pintu kelasnya.

"Dasyaaa!" Pekik seorang Siswi langsung menubruk badan berisi Dasya dengan pelukanya. Dasya membalikan badannya dan seketika binar di wajahnya nampak jelas. Menatap Siswi dengan krudung putih lebar yang hampir menjuntai menutupi sebagian badannya.

Why, I'm not Beautiful?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang