9. WINB🐵

1.5K 183 14
                                    

BANTU TANDAI TYPO
Sebelumnya maaf banyak typo. Karena ini nggak sempat di edit dulu.

Kalo ada salah nama mohon bantu di tandai ya
.
.
.

"Masuk-masuk." Dasya mempersilahkan Dimas dan Andra yang baru saja sampai, untuk masuk dan bergabung dengannya dan Syifa di ruang tengah.

"Ternyata rumah lo gede juga ya." Andra menatap sekeliling rumah Dasya, sedangkan Dasya hanya memutar bola matanya malas. "Penampilan lo nggak kaya orang kaya soalnya," lanjut Andra, Dasya hanya menghela nafas saja. Andra selalu saja entah mau memuji tapi seperti menghinanya.

"Itu namanya Dasya sederhana, nggak tukang pamer," ucap Dimas sambil melirik Andra menyindir. Andra mendengus kesal sedangkan Dasya senyum-senyum senang karena Dimas membelanya.

Dasya memang lahir di keluarga yang berkecukupan, Ayahnya seorang pengusaha dalam bidang furniture yang sudah cukup terkenal. Sedangkan Ibunya memiliki rumah makan yang sudah memiliki dua cabang. Hal itu membuat Dasya hidup berkecukupan. Tapi tidak untuk menghamburkan apa yang orang tuanya punya-- sejak kecil orang tuanya selalu mengajarkan untuk bersikap sewajarnya, tidak menyombongkan apa yang dia punya, atau hidup berfoya-foya. Hal itu yang membuat Dasya terbiasa sederhana walau orang tuanya bisa di bilang sangat berkecukupan.

"Sudutin aku teros mas, teros mas," ucap Andra di buat-buat imut sambil mendusel-ndusel Dimas. Membuat Dimas bergidik dan sontak menjauhkan badannya dari Andra. Membuat Andra terjatuh dan lenganya terpentuk meja.

"Awwww sakit mas, kamu jahat." Andra meringis-ringis sambil mengusap lenganya yang terasa nyut-nyutan akibat terpentuk meja. Dimas tak acuh membiatkan sahabatnya itu gila sendiri.

"Nggak waras dasar." Dimas mendelik menatap Andra malas. Andra yang sepetinya nggak waras hanya menyengir-nyengir nggak jelas.

Dasya dan Syifa ikut bergidik ngeri melihat tingkah Andra yang sedeng.

"Udah ayok mulai kerja, biar semuanya kerja gue udah bagi beberapa bagian, kalian kerja satu-satu biar semua kerja dan cepet selesai ya." Syifa menjelaskan dan membagikan bagian-bagian yang harus di kerjakan masing-masing. Begini enaknya jika berada dalam kelompok yang pintar apa lagi bisa mengkoordinir teman-temannya. semua akan selesai dengan memuaskan.

Dasya mendapat bagianya, soal yang di tanganya cukup mudah sebenarnya untuk di kerjakan, tapi ini Dasya dengan keterbatasan soal pelajaran, apa lagi ini tugas fisika. Melihat rumusnya pun rasanya Dasya ingin koprol bolak-balik. Fisika adalah mata perlajaran yang Dasya paling benci. Lucu bukan-- padahal Dasya anak ipa.

"Aku nggak ngerti fa," cicit Dasya sambil menyerahkan soal yang ada di tanganya. Syifa yang sedang sibuk dengan tugasnyapun melirik Dasya dan Mendesah dalam.

"Kan itu gampang Sya." Syifa mengambil tugas dari tangan Dasya. Melihatnya dan nampak berfikir sebentar.

"Ini tu begini Sya," jelas Syifa sambil menunjuk dan menjelaskan jalan kerja dari soal tersebut. Dasya mengamati soal yang di kerjakan Syifa tapi tidak sedikitpun Dasya pahami. Sampai matanya menatap Dimas yang nampak sibuk dengan soalnya.

Dimas nampak melirik sekilas dan Dasya tidak sengaja melihat itu, Dimas nampak tersenyum simpul-- menatap Syifa.

"Ngerti Sya." Dasya terkesiap. Sial--karna Dimas Dasya sampai tidak fokus dengan apa yang tadi di jelaskan oleh Syifa. Dasya menggaruk-garuk tengkuknya dari luar krudung hitamnya. Dasya bahkan kini pusing sendiri.

"Nggak." Dasya menyengir polos, membuat Syifa frustasi sendiri. Bahkan tadi Syifa sudah menjelaskan panjang lebar dan Dasya tetap tak paham.

"Burik, lk nggak punya kelebihan sedikitpun apa?" Celetuk Andra masih dengan mata yang fokus dengan soalnya di depanya. Sontak Dasya menatap Andra, mengerjapkan matanya meminta penjelasan dari pertanyaan Andra. Andra mendongakkan kepalanya menatap Dasya sambil menarik nafasnya dalam.

Why, I'm not Beautiful?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang