22. WINB🐵

636 101 20
                                    

Sekarang hari ulang tahun sekolah, semua siswa maupun siswi tengah bersiap dengan bagiannya masing-masing begitupun dengan Dasya yang sedari tadi membenarkan hiasan bunga bros yang dipasangkan kebajuannya.

Dasya mendesah kesal ketika bros yang dirinya pasangkan tidak benar terus penempatannya. Dasya ingin meminta tolong tapi Dasya tidak tau harus meminta bantuan siapa, sedari tadi Dasya hanya sendiri dipojok ruangan. 

Sampai rombongan tari dipanggil ke lapangan Dasya yang kesal memasangnya sembarang, biarkan bros yang ada dibajunya miring toh Dasya menari dibelakang tidak akan terlihat juga.

Semua rombongan tari sudah berbondong-bondong berlari kearah lapangan Dasya pun berlari sampai tangannya ditarik seseorang. Dasya menoleh disana berdiri Karel yang sudah rapi dengan baju ala-ala pangeran untuk teater nanti.

"Kenapa brosnya miring?" Tanya Karel. Dasya malah tidak fokus dengan Karel yang berdiri didepannya. Bolehkan sekarang Dasya bilang, ini pertama kalinya Dasya ngomong seperti ini 'Karel ganteng' ucap Dasya dalam hati. Mana berani Dasya mengucapkan itu didepan Karel bisa-bisa cowok ini besar kepala kaya biji merica.

"Kok malah diam? Kenapa terpukau? aku tau aku ganteng." Kan belum juga Dasya memuji tapi cowok itu sudah lebih duluan pd. Memang benar tapi rasanya Dasya ingin mencakar muka Karel saat itu juga.

"Dih." Dasya memutar bola matanya. Karel terkekeh sambil membenarkan letak bros dibaju Dasya, jangan salah paham. Baju yang Dasya pakai untuk tari ini bagian atasnya lebar dan bros itu dipasangkan keujung baju tak membuat Karel menyentuh Dasya.

"Padahal aku mirip itu loh, artis korea yang suka kamu liat, anggota NCT siapa namanya? Hican? Ican? Icang?"

"Haechan karel!" Kan Dasya sudah ngegas.

Karel tertawa puas melihat Dasya yang menggembungkan pipinya, kemudian memukul pelan kepala Dasya yang tertutup krudung.

"Udah sana." Karel membalik badan Dasya mendorong pundak Dasya menyuruhnya untuk cepat kerombongannya.

Karel tersenyum lebar menatap punggung Dasya. Bolehkan saat ini jujur tentang sesuatu yang setiap hari dan setiap malam Karel pikirkan?


***

Dasya duduk dibawah pohon dirinya benar-benar lelah setelah menari tadi. Dasya yang tak bisa gerak ditambah baju yang Dasya pakai menurut Dasya ribet juga berkumpul dikerumunan cukup membuat energi Dasya terkuras.

Dasya memutuskan untuk menepikan dirinya dari rombongan teman-temannya, Dasya mendongakkan kepalanya menarik udara sebanyak-banyaknya berharap energinya kembali terkumpul.

Baru saja Dasya memejamkan matanya, seketika Dasya tersentak ketika pipinya terasa menyentuh benda sangat dingin.

"Gilang!" Dasya memekik. Gilang cowok itu baru saja menempelkan es krim yang masih berbungkus pada pipi Dasya.

Gilang hanya tertawa kemudian duduk disamping Dasya, sambil mengulurkan es krim tadi untuk Dasya. Dasya menerimanya kemudian membuka dan memakannya dengan tenang.

Dari sudut matanya Gilang terus memperharikan Dasya. Dasya itu type kalo dibilang cantik kayak cewek-cewek yang sering disebut cantik orang-orang sih nggak juga. Tapi Dasya itu imut terus nggak ngebosesin kalo kata Gilang. Matanya bulat, kulitnya sedikit gelap, hidungnya mungil begitupun bibirnya. Pas banget.

"Capek Sya? Ntar pulang sekolah main yok," ajak Gilang. Dasya menoleh sebenatar kemudian melanjutkan kegiatannya memakan es krim.

Why, I'm not Beautiful?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang