Pagi itu, Haechan bangun dan segera bersiap siap ke sekolah. Dia berniat berangkat awal saat ini, karena dia ada jadwal piket pagi.
Taeyong masih tidur disana, Haechan memilih tak menggantung dan pergi menuju dapur. Karena kebanyakan hyung nya masih tidur, Haechan memberanikan diri untuk sarapan di dapur.
Dia mengambil selembar roti, lalu mengoleskan mentega dan membuat susu. Belum ada yang bangun saat itu.
Ketika dia sedang memakan sarapannya, Yuta keluar dari kamarnya dan menuju dapur untuk minum air.
Mereka bertatapan sebentar, lalu Haechan segera meminum susunya dan berangkat sekolah.
Ketika memasuki kawasan sekolah, Haechan melihat ketiga sahabatnya, ahh.... Aku lupa, mereka tak bersahabat lagi.
Haechan memilih menjauh dan berusaha agar mereka tak melihat Haechan.
Tapi sepertinya tidak, Jeno melihat kedatangan Haechan dan menghampiri lelaki itu.
"Wow, kau masih berani datang rupanya...." Ejek Jeno pelan.
Haechan memilih mengabaikannya dan berniat pergi. Tetapi Jeno malah mendirong anak itu sampai jatuh ke tanah.
"Yakk, kau mau pergi kemana lagi pengkhianat?" Tanya Jeno.
Jaemin memutar bola matanya malas dan segera menghampiri keduanya. Dia menendang punggung Haechan dengan keras dan tanpa berperasaan.
"Kau terlalu banyak basa basi, Jeno~ya..." Ucap Jaemin datar.
Jeno mengeluarkan smirk nya dan segera memukul kepala Haechan dengan bola basket yang dua pegang.
"Ahh, aku kesal sekali padamu pagi ini...." Ucap Jeni sambil menatap Haechan yang sedari tadi terus menunduk.
Lantas, Jeno memanggil Renjun yang sedari tadi memainkan ponselnya tanpa memperdulikan apa yang kedua sahabatnya lakukan pada Haechan.
"Ya, Huang Renjun! Kau tak mau pemanasan pagi ini?!" Tanya Jeno.
Renjun menatap Jeno sebentar, lalu kembali memainkan ponselnya.
"Kalian urus saja dia, aku malas!"Jeno terkekeh senang. Dia lantas mencengkeram rahang Haechan kuat.
"Aku senang semua orang membencimu saat ini..."
Sakit memang. Haechan tak pernah menyangka jika kata kata kasar itu keluar dari mulut sahabatnya sendiri.
Tapi Haechan sudah terbiasa dengan yang namanya luka dan rasa sakit.
"Sudah, jangan hancurkan mood mu pagi ini hanya karena anak sialan itu, sebaiknya kita pergi..." Ucap Jaemin dengan nada datar, dan menarik Jeno dan Renjun pergi meninggalkan Haechan.
Haechan perlahan bangun dan menepuk seragamnya yang sedikit kotor, lantas dia kembali berjalan masuk ke kelasnya.
Beberapa teman sekelasnya sudah menunggu Haechan sedari tadi.
"Yakk, kenapa kau lama sekali?!" Ucap Lucas.
"Sialan, kita hanya punya waktu 10 menit untuk membersihkan semua kelas ini!!!" Bentak Yangyang kesal.
"Aish jinjja, lupakan. Biarkan anak sialan ini saja yang membersihkan semua kelas ini. Anggap saja sebagai hukumannya karena terlambat datang..." Usul Seungkwan.
Semuanya mengangguk setuju dengan senyuman licik. Mereka lantas pergi keluar kelas begitu saja, meninggalkan Haechan yang hanya bisa menghela nafas dan mengerjakan semuanya sendirian.
Biasanya, jika dia diperlakukan seperti ini, ketiga sahabatnya akan datang dan membantu Haechan. Tapi sekarang sudah tidak ada lagi. Tak apa, Haechan menerimanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Hyung || NCT 127 [END]
Fanfic"Pembunuh tetaplah pembunuh. Maka sebagai gantinya, kau juga harus mati." "Harusnya kau yang mati, lantas kenapa harus dia?" "Semua ini karena kau!" "Ingat baik baik. Kau sudah melenyapkan satu nyawa, tolong berikan nyawamu sebagai gantinya." Suara...