Keesokan paginya, Haechan bangun dari tidurnya.
Ketika dia membuka mata, rasa pusing benar benar menguasai kepalanya.
Karena apa?
Haechan tak tidur di kasurnya.
Dia tidur di kamar mandi.
Karena semalam, Taeyong menyiramnya dengan air dingin dan menguncinya di kamar mandi sampai pagi.
Ketika Haechan mencoba membuka matanya, rasa pusing benar benar menguasai kepalanya.
Karena apa?
Haechan tak tidur di kasurnya.
Taeyong menyiramnya dengan air dingin semalam.
Lantas mengunci Haechan di kamar mandi.
Keterlaluan memang, tapi Haechan sudah terbiasa dengan semua itu.
Tangannya sudah benar benar keriput dan membengkak.
Haechan beranjak membuka pintu kamar mandi.
Cek lek!
Ternyata pintu terbuka. Haechan menghela nafas lega karena mungkin Taeyong tak melupakannya disini.
Haechan melangkah keluar dari kamar mandi dengan perasaan ragu. Dia mendapati Taeyong tengah mengenakan dasi dan sudah siap dengan setelan kantornya.
Haechan membuka lemarinya dan mengambil seragam sekolahnya.
Lantas kembali ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Ketika pintu kamar mandi tertutup, Taeyong lantas menghentikan aktivitasnya.
"Anak itu sekolah?" Gumam Taeyong pelan.
"Bukankah aku sudah cukup parah menghajarnya semalam? Apa dia masih kuat sekolah?"
Taeyong mengedikkan bahunya dan lantas turun ke bawah untuk sarapan bersama yang lainnya.
Ketika Haechan keluar dari kamarnya dan turun ke bawah, dia disuguhkan tatapan kaget dari para hyung nya.
Terutama Taeil yang terkaget kaget melihat wajah Haechan yang benar benar babak belur.
"Aku berangkat." Ucap Haechan dan pergi tanpa sepatah kata apapun lagi.
Ketika Haechan sudah pergi, Taeil lantas menatap Taeyong dengan tatapan serius.
"Kau menghajarnya parah sekali..."Taeyong hanya mengedikkan bahunya tak peduli.
"Aku hanya kesal setiap kali melihat wajah anak itu."Sementara itu, Haechan melangkah menuju halte, tetapi dia memutar lagi arahnya ketika melihat banyak orang disana.
Dia tidak mungkin menujukkan wajahnya yang babak belur itu di hadapan mereka.
Ketika Haechan memutar arah, dibelakangnya berdiri Vernon. Salah satu teman Mingyu yang selalu membully nya.
Haechan menunduk ketika melihat Vernon, lantas berjalan melewatinya.
Sementara Vernon masih menatap Haechan heran. Kenapa wajahnya semakin babak belur? Seingatnya, mereka tak menghajar Haechan sampai separah itu.
Vernon berjalan untuk menyusul Haechan yang melangkah semakin cepat ketika menyadari kalau Vernon menyusulnya.
"Yakk! Lee Haechan!" Panggil Vernon.
Haechan lantas mendadak berhenti di tempatnya dengan tatapan waswas, ketika suara berat Vernon memanggilnya.
Vernon menghampirinya dan menatapnya lekat lekat.
"Sepertinya lukamu semakin banyak. Yakk, kau melakukan apa semalam? Kami tak membuatmu separah itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Hyung || NCT 127 [END]
Fanfiction"Pembunuh tetaplah pembunuh. Maka sebagai gantinya, kau juga harus mati." "Harusnya kau yang mati, lantas kenapa harus dia?" "Semua ini karena kau!" "Ingat baik baik. Kau sudah melenyapkan satu nyawa, tolong berikan nyawamu sebagai gantinya." Suara...