32. You should go

2.8K 404 81
                                    

Permintaan maaf sebesar-besarnya karena baru up lagi setelah berminggu-minggu :"

Sehat-sehat ya semua, apapun masalahnya jangan lupa istirahat☺

===

"Lo punya musuh juga ternyata."

Radi hanya melirik Dasita dari cermin. Mengabaikan ocehan pria itu.

"Cerita dong! Siapa yang mukulin lo begitu? Masalahnya apaan dah? Masa iya gue kudu liat CCTV cuma buat liat adegan lo adu jotos!"

Radi melihat dirinya di cermin. Pakaiannya baik-baik saja, masih rapi dengan kemeja slimfitnya. Sementara melihat wajahnya, Radi meringis.

Ia terpaksa memasang perban di pelipisnya karena helm yang Tubagus lempar, berhasil membuat luka disana.

Belum lagi rahangnya yang jadi sedikit memar karena kena bogem.

Radi berdecak. Tubagus berhasil membuat wajahnya tak sehat.

"Gue malu, bro. Tindakan gue diliat banyak murid." Radi menunduk, merasa bersalah.

"I'm idiot. Gue gagal ngontrol emosi. Dia gak salah karena emang ucapan yang gue nyulut dia buat nyerang duluan."

Dasita menepuk pundak Radi. "Okay, everyone make a mistake and feel being idiot like you right now. Tapi masalahnya, kejadian itu bakal kesebar kalo udah ditonton sama murid. Lo inget kan, kecepatan penyebaran informasi di sekolah tuh udah 5G. Ditambah lagi muka lo udah begitu."

Radi mengangguk. "Gue pasti minta maaf karena harus ngajar dengan begini. Semoga aja gak ada pertanyaan aneh-aneh, dan mereka ngerti."

Keduanya keluar dari toilet guru.

"Walaupun mereka nanya aneh-aneh, gak bakal lo jawab kan? Gue aja yang sedeket ini sama lo, gak dapet jawaban. Apalagi..."

"Gue berantem sama sepupunya Nadir."

"Hah?" Dasita melongo. "Ngapain? Kenapa? Maksud gue, lo sama sepupunya Nadir ada masalah apa?"

Radi menatap tajam, memberi isyarat karena suara Dasita bisa terdengar orang lain.

"Complicated."

===

r u okay?

Nadir mengigit kuku saat melihat chat-nya pada Pak Radi tak mendapat balasan. Setelah mendengar desas-desus baku hantam antara Pak Radi dan seorang pria di parkiran, jelas Nadir jadi cemas sendiri.

Nadir tidak tau siapa pria yang menjadi lawan Pak Radi, namun firasatnya menunjuk pada orang yang mengantarnya ke sekolah tadi pagi.

"Kenapa lo?"

Nadir melirik Anggun, lalu menggeleng.

"Lo pasti khawatir ya?" tanya Anggun.

"Khawatir sama siapa, nih?"

Bukan Nadir yang menyaut, tapi orang yang tiba-tiba menghampiri meja yang mereka tempati.

"Apa sih lo?! Ganggu aja." Anggun mengusir orang itu. Sementara Nadir yang malah makin bad mood karena kehadiran Yudha.

"Ih! Si ayang galak amat!" Goda cowok itu pada Anggun. "Iya deh, gue pergi. Jangan kangen!"

"Yaelah. Udah disini aja. Kali-kali, bro."

Sir-ius? [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang