7. Trusted

3.9K 454 29
                                    

Maaf karena lama banget gak update :"
Happy reading :)

===

Sesuatu yang bernama penyesalan selalu berada di balik punggung manusia,
lalu dengan waktu yang tak diduga ia akan menembus punggung itu,
Membaur dirinya dalam tubuh mereka.
-Sirius?-

🌏🌏🌏

Sembari tumpang kaki, Deo menyeruput kopinya. Matanya menatap tajam pada orang yang baru saja masuk ke lingkungan rumah.

Deo menghampiri mereka, Nadir dan seorang pria yang entah siapa, Deo tidak mengenalnya.

Nadir menghela nafas, padahal gadis itu sudah meminta diantar sampai depan gerbang saja. Tapi ucapan Nadir seperti sama sekali tidak terdengar di telinga gurunya itu, Radi.

Deo meneliti Radi. Melakukan scan pada pria itu. 

Walaupun mereka tidak pernah akur, tapi sebagai kakak kandung, Deo tetap selalu melindungi adiknya dengan sepenuh jiwa raga.

Lelaki yang bekerja sebagai editor di perusahaan penerbit itu jelas khawatir karena Nadir pulang malam. Apalagi, sebelumnya Nadir tidak mengabari Deo sama sekali.

Dalam hati, Nadir komat kamit agar Deo tidak memarahinya. Tapi sebagai resiko, Nadir sudah menyiapkan telinga dan mentalnya untuk mendengar omelan Deo.

"Keren Bro, motornya."

Nadir menyipitkan matanya. Jangan bilang Deo kesurupan karakter novel yang sering ia revisi. Aneh sekali, bukanya ngomel, kakaknya itu malah memuji motor Pak Radi.

"Thanks," balas Radi. "Ah iya, Saya Radi. Maaf mengantar Nadir pulang malam."

Deo melirik Nadir tajam. Menerka-nerka sejak kapan adiknya itu berhubungan dengan pria model begini.

Karena rasanya sangat tidak mungkin gadis seperti Nadir menarik perhatian pria itu. Deo dengan segenap hati tidak percaya.

"Lain kali, bilang dulu kalo mau pacaran." Deo melirik Nadir tajam.

Nadir melotot. Sementara Radi berdeham tak terima.

"Saya gurunya," jelas Radi.

Deo menyilangkan tangannya di depan dada, setelah melirik Radi sekilas, Deo beralih pada adiknya. "Ah! Jadi pacaran sama guru sendiri," katanya sambil menaikan satu alisnya.

Radi menatap Deo aneh. "Untuk lebih jelasnya, Anda bisa tanyakan pada Nadir, kenapa dia harus pulang malam. Saya pamit."

Setelah Radi dan motornya melesat pergi. Nadir memandang geram kakaknya. Cewek itu memukul Deo dengan ranselnya. "NYEBELIN!" teriak Nadir dengan menggelegar, lalu masuk rumah dengan segala sumpah serapahnya untuk hari ini.

Sambil menggusur ranselnya, Nadir teringat sesuatu. "Ah! Kenapa lupa bilang makasih! Ah, bego Nadir, bego!" ucapnya pada diri sendiri.

Deo mengusap bahunya yang sedikit ngilu karena di pukul oleh tas Nadir yang mungkin saja isinya batu. Sangat keras.

Belum lagi telinganya yang mengalami kejang-kejang karena suara Nadir.

"Kurang waras tu anak!" ucap Deo, lalu kembali duduk di kursi, melanjutkan kegiatannya.

🌏🌏🌏

"Goblok! Gue bilang engga ya engga. Dasar tukang maksa sialan."

"Awas ya, sekali lagi maksa. Gue gibeng tu orang ke pintu neraka."

Nadir hanya meringis ketika dilihat banyak orang di sepanjang koridor. Tentu saja ini berkat Anggun yang dengan ganasnya mengeluarkan sumpah serapah sambil berjalan.

Sir-ius? [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang