3. Feeling

5.3K 470 37
                                    

⬆️ Zenith Aradeo ⬆️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⬆️ Zenith Aradeo ⬆️

Kebayang kan, gimana nyebelinnya Deo😭

⬆️ Tubagus Elnath Mishal ⬆️Kalo ini sebagus namanya😁

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⬆️ Tubagus Elnath Mishal ⬆️
Kalo ini sebagus namanya😁


🌏🌏🌏

Sebab-akibat itu selalu ada.
Termasuk dalam perasaan.
-Sirius?-

Nadir selalu bermimpi memiliki kakak laki-laki yang pengertian, baik, penyayang, dan tentunya menjadi mesin ATM berjalan.

Ya namanya juga mimpi.

"Pah, masa ini anak ngerengek lagi mau bawa motor. Pake drama kabur segala ke danau. Mau bunuh diri kali gara-gara motor." Siapa lagi yang mengadu, jika bukan Deo si pangeran berkuda besi di mimpinya sendiri.

"Papa juga gak ngelarang kamu bawa motor, Dek. Ya kalo kamu kuat, bawa aja."

Di pagi-pagi yang seharusnya indah dengan kicauan burung dan sinar matahari, Nadir malah disuguhi kicauan yang membuatnya kesal.

"Hahahahaha." Bagai suara genderowo, Deo mengakak hebat. "Nah, dengerin tuh! Lo bawa aja motor kalo mau. Mau di jinjing kek, di panggul kek, di angkat pake tangan kek, asalkan lo bisa. Ya lo bawa aja."

Nadir cemberut. "Papa kok gitu sih! Nyebelin!"

Deo yang melihat itu lantas mencebik. "Uwek! Sok imut lo!"

Rafi, Papa Nadir meletakan kopinya diatas meja. "Bukan gitu, Dek. Kan Adek belum punya SIM. Emang mau ditilang lagi kaya kelas 10?"

Nadir tidak membalas. Takut durhaka kalo terus-terusan menimpali ucapan orang tua.

"Deo berangkat, Pa."

"Hm."

"Ma! Deo berangkat," ucap Deo sekali lagi sedikit berteriak, berharap Mama-nya yang sedang berada di kamar mandi mendengar.

Sir-ius? [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang