14. Show you something

3K 410 16
                                    

Beberapa harus tersenyum, untuk tidak menangis.
Karena setelah tangis, akan sedikit sulit untuk memanjatkan lengkung itu lagi.
-Sirius-

🌏🌏🌏

Lyra meletakan kacamata di atas buku.

Matanya menatap kolam di depannya yang tenang. Lalu menghela nafas berat.

"Kenapa dipaksakan perpanjang kebahagiaan kalau tujuannya cuma menunda sedih?" ucap Lyra tiba-tiba.

"Kakak baca buku itu," katanya sambil melirik buku NKCTHI, "dan seketika banyak pertanyaan yang muncul, yang jawabannya masih abu-abu. Engga jelas. Kenapa harus pura-pura tegar? Kenapa harus berlaga baik-baik aja? Kenapa harus buat orang lain seneng dengan senyum kita?"

Nadir menelan cilok goreng yang ada di mulutnya, lalu membalas ucapan Lyra. "Iya sih, Kak. Kenapa banyak manusia yang selalu I'm fine padahal lagi I'm bad?"

"Mereka menunda kesedihan sampe gak ngerasa sedih lagi. Berharap kebahagiaan datang, apapun caranya. So sad. Seiring berjalannya waktu, mereka berharap bisa lupain semuanya," balas Lyra.

Nadir menggeleng tidak setuju. "Kalopun mereka udah nemu kebahagiaaan, tetep aja manusia bisa mengingat sedikitnya rasa sedih yang pernah ia punya. Ya walaupun itu juga udah jadi masa lalu dan gak terlalu berpengaruh buat masa depan. Tapi, bukannya masa depan ada karena kita bisa melewati masa lalu?"

"Pepatah bilang, jangan melupakan masa lalu, seburuk apapun itu, cukup simpan untuk jadi pelajaran," lanjut Nadir.

Lyra malah tertawa. "Iya deh, yang anak bahasa, maennya pepatah."

"Kakak boleh cerita ke aku kalo ada masalah. I know, I'm not psycholog but I can hear you," lanjut Nadir sambil nyengir.

Lyra hanya tersenyum, tidak ingin membahas lebih jauh. Ia hanya menyampaikan apa yang ia rasakan, dan tidak akan memperjelas ucapannya. Membuat orang yang mendengarnya harus menebak sampai pusing sendiri.

Nadir meneguk thai tea yang ia bawa. Sebenarnya agak kaget saat Lyra tiba-tiba berkata seperti itu, ia pikir Lyra akan mulai menceritakan masalahnya dengan detail, tapi ternyata sama saja dengan headline koran.

Hanya judul yang dicetak besar hingga bisa terbaca dari jauh, uraiannya tetap saja harus dibaca dari dekat karena dicetak lebih kecil dari judul.

"Oh ya, makasih ya udah mau repot-repot kesini buat nganterin makanan." Lyra melirik piring bekas nasi goreng.

Nadir mengangguk sebagai balasan. Kembali menusuk cilok goreng lalu memakannya. Muka gadis itu sedikit masam. Seperti menahan sesuatu yang tidak enak.

Lyra menyadari itu. "Kenapa, Dek? Gak enak makanan kamu?"

Ciloknya enak. Perasaan gue yang gak enak. Itu yang dijawab Nadir dalam batinnya.

"Iya, Kak. Kebanyakan asin," dan itu keluar dari mulutnya.

Nadir harus seperti itu, mengatakan apa yang berbeda dengan kenyataan.

Ternyata, kutipan dari buku yang diceritakan Lyra, adalah hal yang sedang dialami Nadir.

Gadis itu pura-pura bahagia, agar menunda kesedihan Lyra. 

Tujuan ia datang ke rumah gurunya dan menemui Lyra, memang untuk mengantar makan.

Tapi itu semua karena permintaan si guru galak yang menyebalkan. Nadir sebenarnya rada kesal, karena tiba-tiba saat akan pulang, Pak Radi malah mengirim chat yang memerintahkan Nadir ke rumahnya dengan membawa makan.

Sir-ius? [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang