27. Punishment

2.8K 380 88
                                    

"Sumpah! Gue gak ngomong apa-apa."

Nadir mendelik, "Siapa yang mau ngomong ke Deo soal masalah ini kalo bukan elo!"

Anggun mendesis. "Tanya lah ke abang lo! Tau dari siapa dia, yang jelas bukan gue."

"Bullshit!" Nadir menutup pangilan itu dengan kesal.

Nadir tidak tau, dari siapa Deo mengetahui ia terlibat dalam tawuran tempo hari demi menyelamatkan Anggun.

Tapi jika bukan Anggun yang memberi tau Deo, maka siapa lagi?

Nadir menjatuhkan dirinya di ranjang, ia memang tidak ikut campur dalam tawuran itu, niatnya hanya membawa Anggun pergi dari sana. Tapi salah pahamnya Deo, membuat Nadir panik. Setelah mengantar Nadir pulang, Deo malah langsung pergi lagi. Tidak memberikan kesempatan Nadir untuk menjelaskan semuanya.

Nadir juga jadi kesal pada Pak Radi, kalo pria itu tidak muncul mungkin pembicaraan Nadir dan Deo di danau tidak akan terpotong.

Ditariknya selimut hingga menggulung tubuh kecil itu, "Bodo amat ah, gue capek!"

===

Mungkin ini firasat buruk Nadir yang akhirnya terjadi. Hari ini, Nadir sangat malas bangun dari tidurnya, malas mandi, malas makan, pokoknya malas menginjak sekolah.

Dan inilah jawabannya.

"Bullshit banget lo. Lo bilang gak bakal ngadu, tapi liat sekarang kita semua disini. Dijemur ampe kering gara-gara mulut ember lo!" Darriel melirik Nadir sekilas, memberikan tatapan geramnya.

Pada pelajaran pertama, tanpa tedeng aling-aling, Anggun dan Nadir disuruh ke lapangan, dan disinilah mereka berakhir. Berjajar membentuk barisan, menghadap bendera dibawah sinar matahari.

Akan keliatan keren jika Nadir melakukan itu bersama pasukan paskibraka, sayangnya ia dijemur bersama pasukan baku hantam.

"Bukan gue yang ngadu!" balas Nadir tak terima. "Lo, tuh!" lanjutnya menunjuk Anggun.

"Budek ya lo! Berapa kali gue harus bilang kalo gue gak ngadu!"

Darriel tertawa sinis. "Wah, jangan-jangan lo berdua nih yang ngadu!" Darriel masih keukeuh menyalahkan dua gadis itu.

"Yailah, Bro. Udah jelas siapa yang ngadu. Mereka pasti bela diri, punya alasan kalo gak sengaja ada disana. Lah kita mah mampus aja," ucap seseorang dari belakang.

Anggun menoleh, "ngotak dong lo! Kalo kita yang ngadu, ya kita gak bakal ikutan dijemur kaya gini."

"Sstt!" Yuda yang berdiri di belakang Anggun menegakan bahu gadis itu agar kembali menatap ke depan.

"Yee! Kita gak bakal disini kalo lo gak bucin, sok-sok an nyamperin si Yuda segala padahal lo punya penyakit! Nyusahin aja." timpal yang lainnya.

Nadir memutar tubuhnya ke belakang. Menatap cowok yang barusan berbicara. "Sehebat apa hidup lo, sampe bisa belagu kaya gitu?" bela Nadir.

"Seenggaknya gue gak sok pura-pura kuat kaya temen lo..."

Bugh...

Yuda melayangkan tinjunya di rahang Aji. Membuat cowok itu jatuh karena serangan tiba-tiba yang ia terima. Nadir mundur karena kaget, begitupun yang lainnya.

"Serius, Yud? Gara-gara cewek kaya gitu, lo berani ninju gue?"

"Lo gak mempan di omongin, Ji." Yuda kembali meraih kerah Aji, hendak meninju ulang namun terhenti karena tepukan tangan seseorang.

Sir-ius? [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang