Detik terus berulang. Jarum arloji hitam itu mengarah pada pertengahan angka 7 dan 8.
Radi menatap langit yang sedang berbulan. Walaupun tertutup awan, tapi Radi tetap bisa melihat sebagian sinarnya.
"Lo ngapain duduk disitu?"
Radi menoleh saat mendengar suara Deo. Ya, Radi berada di rumah Nadir, sayangnya Nadir tidak ada di rumah.
"Pacar lo nih, bawel minta dijemput!" ucap Deo sambil ikut duduk.
"Katanya dianterin temen?" jawab Radi.
Deo berdecak. "Gak jadi. Mau dijemput gue katanya. Aneh. Kenapa dia gak minta ke lo aja? Marahan ya lo sama dia?"
Radi tidak tau. Apa benar Nadir marah padanya?
Sejak kemarin, selepas Nadir pulang dari rumahnya, Radi sama sekali tidak berkabar dengan Nadir. Tidak pesan chat, telpon, bahkan di sekolah pun Radi tidak melihat Nadir.
Radi juga tidak mengabari Nadir dulu bahwa dia akan ke rumahnya. Dan ternyata Nadir tidak ada di rumah. Dari situlah Radi paham pentingnya komunikasi.
Yang jadi masalah adalah tidak ada tanda chat terkirim pada Nadir. Nomor Nadir tidak aktif. Radi kira baterai-nya habis, ternyata tidak. Nyatanya, Deo masih bisa berbalas chat dengan adiknya.
"Dia gak ngechat lo?"
Radi menggeleng. Radi baru sadar jika nomornya di blokir Nadir.
"Nadir dimana? Gue aja yang jemput."
Deo melirik Radi tajam. "Awas aja kalo lo apa-apain!" katanya galak.
"Lo bisa pegang omongan gue," balas Radi.
"Gue kirim shareloc-nya ke nomor lo. Inget lo, langsung anterin pulang!" ancam Deo.
🌏🌏🌏
Rumput itu terinjak sepatu. Mencipta jejak hingga berhenti tepat di belakang gadis yang sedang duduk sambil memeluk lutut.
"Tumben lo mau jemput gue? Biasanya ogah-ogahan," ucap Nadir.
Meski gadis itu fokus melihat ke depan, tapi ia bisa merasakan kehadiran seseorang di belakangnya.
Radi menyampirkan jaket berwarna kuning di pundak Nadir.
Nadir tertawa. "Tumben amat lo bawain gue jaket."
Ya. Itu bukan jaket Radi. Pria itu sengaja meminta pada Deo untuk memberikan jaket Nadir. Radi tau, udara malam selalu dingin.
"Kenapa nomor saya di blokir?"
Nadir menoleh ke belakang. "Ah! Si deo kampret emang!" gumamnya pelan.
"Biar saya gak ganggu bapak lagi. Saya tau kok, bapak orang sibuk," balas Nadir.
"Kenapa gak langsung pulang? Gak mungkin kamu dari pulang sekolah udah ada disini? Dari mana dulu?"
Nadir menghela nafas. Menyadari bahwa suatu kejadian memiliki dua sisi. Ia memang khawatir pada Anggun saat PTSDnya kambuh. Tapi disisi lain, ia bersyukur Pak Radi tidak mengangkat telepon dan tidak membantunya.
Setidaknya hal itu membuat kisah tawuran tadi tidak menyebar kemana-mana. Dan Anggun sudah tenang seperti biasa. Nadir lega Anggun sudah bisa menabok lengannya saat Nadir akan meninggalkan rumah sahabatnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sir-ius? [Completed]
RomanceFeeds instagram yang hanya berisi potret langit dan segala pernak-pernik cakrawala itu membuat Nadir mencurigai Radi, bahwa pria itu, selain menjadi guru, juga adalah seseorang yang bekerja di NASA. Hubungan guru dan murid yang seharusnya membahas t...