6. Go Home

3.9K 470 33
                                    

#dirumahaja nya kalian diisi kegiatan apa aja, nih?

Play mulmed, yaa :)

Jangan cari tau apapun yang gak harus kamu tau.
-Sirius?-

🌏🌏🌏

"Nyari apa, Dek?"

"Eh? Ngga kok, Kak."

Lyra tertawa. "Ada kok, diatas."

"Apanya yang diatas?"

Lyra berdecak. "Radi Gelelio Saga. Your teacher, and my brother."

Nadir meringis. "Ya, ketauan deh. Tadi liat motor Pak Radi di depan, terus liat fotonya di ruang tamu. Ya jadi tau ini rumah Pak Radi."

Lyra mengolah adonan kue, sesekali melirik Nadir yang hanya memerhatikan di sebelahnya. "Iya, ini rumah Radi. Kakak nginep disini, beberapa hari doang. Sekalian kangen juga sama orang itu."

Nadir hanya mengangguk sebagai jawaban.

"Dia pasti jadi guru paling disuka sama cewek-cewek di sekolah? Tapi juga pasti masuk jajaran guru killer, kan?" bisik Lyra.

Mendengar itu, Nadir yang sedang mencuci buah seketika menjentikan jari. "Iya. Bener banget, Kak. Nyebelinnya naudzubillah," balasnya semangat.

"Siapa yang nyebelin? Saya?"

Lyra melirik Radi yang baru saja memasuki dapur, lalu tertawa. "Weh, sadar diri nih si Bapak."

Sementara itu, Nadir berdeham, merasa tidak enak. "Kak, aku ke Bang Tebe..."

"Yang!"

Nadir berdecak. Baru saja ia akan menjadikan Abang sepupunya untuk alasan kabur dari Pak Radi, eh orangnya malah muncul.

"Nah, akhirnya." Lyra menyimpan adonan kue, mencuci tangan, lalu menghampiri Tubagus dan Radi yang sama-sama berada di pintu dapur.

Sementara itu, Nadir sibuk mengamati.

"Yang, ini Radi, adek aku."

"Tubagus, panggil Tebe aja." Kata Tebe, memperkenalkan diri.

Radi melirik sekilas. Membalas jabatan tangan pria di depannya. Menahan sekuat tenaga agar tidak melayangkan bogem mentah di rahang Tubagus. "Radi," balasnya singkat. 

Tubagus menyipit pada Radi, alisnya terangkat, mencoba mengingat sesuatu. "Kaya pernah liat," gumam Tubagus. "Oh. Yang waktu itu ada di sekolah Nadir ya? Gurunya?"

Radi mengangguk sekilas. Lalu berjalan ke arah kulkas, mengambil sebotol air minum. Sebelum meninggalkan dapur, Radi melirik Nadir yang juga sedang melihatnya. Hanya beberapa detik, sampai akhirnya Radi pergi menuju kamarnya.

"Ew! Judes," sungut Lyra.

Tebe merangkul pundak Lyra. "It's okay. Oh iya, aku ada urusan sebentar. Tapi nanti kesini lagi. Aku titip Nadir sebentar, ya."

Mendengar itu, Nadir bereaksi. "Ikut, Bang. Mau pulang aja."

Lyra menahan Nadir. "Engga boleh, Dek. Kan belum jadi kuenya."

Tebe mengecup kening Lyra, lalu melirik Nadir. "Sebentar, Dek. Nanti abang jemput lagi," katanya lalu pergi.

Nadir mendengus. Kesal ditinggalkan begitu saja oleh Tebe.

"Tenang, Dek. Dia gak bakal gigit kok."

Nadir menghela nafas.

Iya gak gigit. Tapi nilai gue taruhannya.

Sir-ius? [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang