Holla readers!!!
Selamat malam, pagi, siang, atau sore!Aku mau ucapin terimakasih buat kalian yang baca story aku.
So,,, di part SIX ini aku cuma mau infoin ke kalian yang stay di ceritaku kalau aku akan up dua kali dalam seminggu.Nggak ada ketentuan hari. Karena aku orangnya mudah banget lupa. Jadi tolong ingatin aja kalau aku lupa ya....xixixi.
And... Ya! Enjoooy!!!
__________
________
_____Menjelang sore tiba-tiba halaman rumah Bella berubah menjadi halaman parkir. Lihat saja motor-motor yang terparkir di bawah sana. Dari balkon kamarnya Bella dapat menghitung sekiranya ada delapan motor besar dengan warna berbeda terparkir di sana.
Merasa kepo, Bella akhirnya keluar kamar menuju lantai bawah. Namun baru sampai di depan pintu kamar Eric ia berhenti. Di balik pintu yang tertutup itu terdengar samar-samar suara ramai. Bella berpersepsi bahwa motor-motor yang dilihatnya adalah milik teman-teman Eric.
Bella mendekat lalu mengetuk pintu coklat tersebut. Hanya untuk melihat apa yang sedang mereka kerjakan.
"Masuk!"
Merasa mendapat izin, Bella mendorong kenop pintu ke bawah dan pintupun terbuka.
Ia menyembulkan sedikit kepala dan sisi tubuhnya, dapat dilihatnya delapan orang laki-laki yang tak dikenalnya duduk membuat lingkaran.
"Kenapa Bel?" tanya Eric.
Bella tersenyum kikuk. "Nggak apa-apa. Kalian pada ngapain?"
"Kerkel."
"Sebanyak ini anggotanya?" pasalnya yang Bella tau satu kelompok itu tak akan lebih dari enam atau lima orang. Lah di kamar Eric saat ini ada hampir sepuluh orang.
"Dua kelompok Kak. Kerjain bareng biar gak pusing." sahut salah satu dari mereka yang bahkan tak Bella tahu namanya.
"Oh, ya udah. Maaf ganggu ya," Bella menutup pintu kamar kembali. Dan setelah itu, suara berisik kembali tercipta.
Gadis itu berjalan kembali ke kamarnya. Sebenarnya ia tadi sedang sibuk memilih gaun yang pas untuk dikenakannya malam ini. Ada dua pilihan teratas yang akan digunakan nya. Dan ia sedang menimang-nimang gaun mana yang harus ia pakai.
Yang pertama adalah gaun warna milo yang panjangnya di atas dengkul dan yang kedua adalah gaun simpel berwarna army yang sebatas pahanya.
Dengan penuh pertimbangan ia pun memilih gaun kedua. Selain karena model yang simpel, ia juga berpikir bahwa kemungkinan besar Juyeon akan menjemputnya dengan mobil, sehingga ia tak perlu takut gaun itu akan tersingkap oleh terpaan angin malam.
🐝🐝🐝
Jam silih berganti, hingga waktu yang ditunggu pun tiba. Bella melirik jam tangan yang melingkar di tangan kirinya.
19.20
Harusnya, Juyeon sudah berada di depan rumahnya saat ini. Karena jarak antara rumah Bella dan Juyeon hanya menempuh perjalanan dua puluh menit. Tapi Bella berasumsi bahwa mungkin saja jalan raya sedang macet-macetnya malam ini sehingga kekasihnya itu belum tiba.
....19.45
Empat puluh lima menit sudah terlewati. Bella tak kunjung melihat kehadiran Juyeon.
Tolong, jangan lagi. Batinnya memohon.
Bella menggosok kedua telapak tangannya. Menunggu di luar selama puluhan menit sudah pasti membuat angin malam menembus kulitnya secara terus menerus.
Ia membuka ikon telepon dan segera menelepon Juyeon.
Drrrtt
Drrrtt
Drrrtt
Bahkan sampai dering terakhir tetap tak diangkat.
Lalu Bella kembali mencoba menghubungi lagi.
Panggilan kedua. Tidak diangkat.
Panggilan ketiga. Tidak diangkat.
----Panggilan keduapuluh, tidak diangkat juga.
Gadis itu mendesah kasar. Hatinya merasa dongkol. Dengan kasar ia menarik tali tas yang ia letakkan di meja tadi.
Ceklek
Pintu dibuka lebih dulu sebelum dirinya.
"ANJIR!" pekik Eric kaget. "Bel, ngapain di luar? Ya Tuhan, gue kira hantu pengantin yang mati bundir gara-gara gak jadi nikah."
Bella mendelik. "Mana ada pengantin pake gaun army nanggung begini?!" sembur Bella yang memang mood nya sudah anjlok.
"Mau kemana lo?" tanya Bella karena melihat Eric membawa kunci motornya.
"Supermarket."
Bella mengangguk. Eric lalu berjalan melewatinya.
"Ric!"
Eric berhenti dan berbalik. "Apa?"
"Ikut." Bella lalu menyusul Eric yang sudah menyiapkan motornya.
"Lah, kata Mama lo mau pergi. Gimana sih?" bingung lelaki itu.
Bella mengedik acuh. "Nggak jadi. Daripada sayang, kan, dandanan gue, mending ikut lo."
Eric mengangguk. "Bayarin bensin tapi."
Plak
"Iya."
Eric meringis karena Bella menggeplak kepalanya yang sudah terbalut helm.
.
.
.
.
.
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
B I T T E R S W E E T || LEE JUYEON X SON NAEUN
FanfictionB I T T E R S W E E T || LEE JUYEON X SON NAEUN Bella pacar Juyeon. Tapi Somi sahabat Juyeon. Akibat status sialan itu, Bella jadi harus luka batin tiap hari. Sebenarnya ia nggak masalah kalau Juyeon bisa bersikap adil. Tapi karena laki-laki itu l...