[Nineteen]

26 7 0
                                    

Bella dan Eric kini berada di dalam sebuah mobil yang tengah melaju di salah satu jalan di Kota Bandung. Oh, jangan lupakan satu gadis remaja lainnya yang senantiasa merangkul lengan Eric.

Adiba turut serta bersama mereka. Itu ide Elena yang tentu saja sangat disetujui oleh Adiba. Selain karena dia ingin kebih lama bersama sepupunya itu, atau lebih tepatnya bersama Eric, dia juga merasa kesal karena akibat keluarganya yang lain Eric dan Bella harus menginap di hotel.

Ya, Bella dan Eric memutuskan untuk menginap di hotel untuk malam ini dan kembali besok. Ini karena Elena bersikeras tak membiarkan mereka pulang saat ini juga. Bella dengan bujukan Eric akhirnya menyetujui.

"Eric, aku sekamar sama kamu aja ya?" ujar Adiba dengan nada imutnya.

Bella tersenyum kecil mendengarnya. Lucu. Sedangkan Eric gelagapan bingung harus menjawab bagaimana.

"Lo sama Bella aja, nanti dia sendirian kalo lo sama gue." jawab Eric.

Adiba yang mendengar jawaban itu melirik ke depan, di mana Bella duduk di sana. "Terus nanti jadinya kamu yang sendirian kalo aku sama Kak Bella. Aku sama kamu aja, ya, ya? Aku sama Eric ya, Kak."

Bella menoleh ke belakang. Tersenyum kecil dan mengangguk. Lalu matanya mengarah pada Eric yang menyorot dendam. Bella mengedik tak peduli. Padahal ia tertawa dalam hati.


🐝🐝🐝

Juyeon terbaring, terdiam menatap langit-langit kamarnya. Pikirannya kembali memutar ketika ia menerima panggilan dari Bella.

"Halo, Bel?" Juyeon menyapa.

"Tadi Eric bilang lo minta gue telpon balik, ada apa?" ucap Bella to the point.

Juyeon tersenyum.

"Nggak ada apa-apa. Tadi sampai jam berapa?"

"...."

Tak ada sahutan dan Juyeon tetap diam. Menunggu apa yang akan gadis itu ucapkan.

"Mungkin sekitar jam 9."

Juyeon mengangguk meski Bella tak dapat melihatnya. "Semuanya lancar?"

Bella diam, berpikir sejenak.

"Hufft...." terdengar helaan napas di seberang sana. "Yeon, gue rasa kita nggak dalam kondisi buat basa-basi."

Juyeon terdiam.

"Gue telpon lo karena gue pikir ada hal penting yang mau lo omongin," ujar Bella. "Karena biasanya gitu." gumamnya.

Benar, hal yang Bella ucapkan adalah benar. Pertama, selama ini selalu Bella yang menelponnya duluan. Dan yang kedua ia hanya akan menelpon Bella jika ada suatu hal yang penting atau keperluan saja.

"Tolong, hargai permintaan gue malam itu. Gue perlu waktu."

Juyeon tak berkata apapun. Rasanya semua kata hilang dalam kamusnya.

"Tok... tok.. tok"

"......Bella, bisa ikut tante sebentar?"

"Iya, tante."

Juyeon mendengarkan. Sepertinya Bella akan mengakhiri telponnya.

Tut

Juyeon menghela napasnya kasar. Mengusap wajahnya dengan gusar. Sial, dia tidak bisa tidur.

🐝🐝🐝

Eric duduk bersandar di sofa kamar hotelnya. Jujur saja, ingin sekali rasanya menjambak Bella jika ia bisa. Lihat saja, karena Bella saat ini dirinya tak bisa lepas dari Adiba. Gadis itu masih anteng mengalungi lengannya bahkan setelah sampai di hotel.

"Dib, lo ga pegel pegangin tangan gue mulu?" tanyanya lelah.

Gadis yang ditanyanya itu justru tersenyum dan menggeleng semangat. "Nggak."

Gue yang pegel, ujarnya dalam hati.

"Mau sampe kapan? Kalo gini terus yang ada nggak bakal tidur."

Gadis itu mengangkat kepalanya dari pundak Eric guna menjawab. "Kalo aku lepas kamu pasti tidur di sofa, padahal kan kasurnya luas."

"Makanya kamu janji dulu nggak akan tidur di sofa." lanjutnya.

Mendengar syarat yang diajukan gadis itu, Eric lebih memilih diam dan menyibukkan diri dengan ponselnya.

Bibirnya memanyun. Gadis itu kembali menyandarkan kepalanya pada pundak sepupunya itu. "Janji kecil gitu aja kamu nggak mau."

Lima menit.

Sepuluh menit.

Limabelas menit.

Duapuluh menit.

Adiba mulai bergerak gelisah. Pegal juga lama-lama, pikirnya.

"Eric, aku capek." rengeknya.

"Ya udah tidur." sahutnya.

Gadis itu tetap menggeleng. "Nggak, sampe kamu janji nggak akan tidur di sofa."

Eric menghela napas. "Keras kepala."

Adiba kira Eric akan berjanji setelahnya tapi nyatanya ia tetap diam. Sepuluh menit menyimpan kesal, ia pun melepaskan dengan kasar tangan Eric.

"Terserah kamu deh, aku capek! Aku peduli sama kamu, tapi aku juga nggak mau nyusahin diri sendiri. Terserah kalo mau tidur di sofa. Jangan harap buat berubah pikiran. Kasur, selimut, dan bantal semua punya aku!" omelnya sembari beranjak ke atas kasur.

Gadis itu kemudian merebahkan tubuhnya lalu memejamkan mata dengan damai. Meskipun hati masih dongkol karena Eric si nggak tau diri itu.

Eric menggeleng heran dengan kelakuan Adiba yang bak anak kecil itu.

Merasa belum mengantuk ia pun kembali bermain game pada ponselnya.

Satu jam berlalu dan Eric berniat tidur. Ia melihat Adiba yang sudah pulas. Berjalan mendekat dan merapikan selimut yang sedikit terbuka.

Kemudian dengan begitu saja bibirnya menyungging senyum kala matanya menangkap jejak air mata di pipi gadis itu. "Cengeng."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 26, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

B I T T E R S W E E T || LEE JUYEON X SON NAEUNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang