Han River
.
.
.
.
."Kita nih pacaran gak pacaran sama aja. Gak ada bedanya. Kayak orang asing !"
"Ra, kita kan udah sepakat buat gak bahas ini. Kamu kayak gak dukung aku kalau gini caranya."
"Aku selalu dukung kamu. Selalu... Tapi aku juga mau keadilan, Jimin. Aku mau kayak pasangan yang lainnya. Gak kayak gini!"
Bahu gadis bernama Lee Hayura itu bergetar. Suaranya kini parau dan terdengar pilu. Perlahan, air matanya pun mulai turun satu persatu menandakan kesedihan yang dia rasakan.
"Ra, udahlah jangan nangis." pria yang bernama Park Jimin itu langsung menarik tangan Yura dan membawa dia ke dalam dekapannya. Sesekali dia juga mengusap rambut lembut Yura dan menghirup wanginya yang lembut nan memabukkan. Mereka saling berpelukan di bawah sinar rembulan di pinggiran sungai Han.
"Maafkan aku. Tapi hanya ini cara yang bisa aku lakukan untuk melindungimu."
Dan untuk yang terakhir, mereka saling berciuman dengan rembulan dan sungan Han yang menjadi saksi akan sebuah ikatan.
"Ayo pulang. Aku kedinginan."
"Bukankah aku mataharimu? Kenapa kau harus kedinginan jika berada di dekatku?" -Jimin
"Kau bukan hanya matahariku. Tapi matahari dari jutaan orang. Dan entah apakah aku terbagi rasa hangat itu atau tidak karena sudah ada banyak orang yang mengambilnya. Mengambilmu."
"Tapi matahari ini membutuhkan semestanya untuk tetap hidup." dan sekali lagi dengan sengaja dan tanpa permisi, pria itu mencium Yura secara tiba tiba. Tepat di bibirnya.
"Aaaa... Park Jimin..!"
"Kaburr... "
"Hey.. Awas kau ya.. !"
Tawa keduanya bergema mengisi malam yang sunyi di pinggiran sungai Han. Oh, begitu mudahnya mereka kembali berbaikan. Kini mereka saling berkejaran layaknya sepasang anak kecil yang tak punya beban di hidupnya.
"Sudah sudah jangan di kejar lagi.. aku kalah." dengan napasnya yang tersengal sengal Jimin mengaku kalah.
"Pe-cun-dang." ejek Yura lalu menjurkan lidahnya. Aegyo.
Jimin diam sebentar menatap Yura dan melihat sekeliling. Tak disangka mereka sudah berada di atas jembatan sungai Han. Pantas saja Jimin merasa lelah. Dengan napas yang masih agak memburu, Jimin mendekati Yura. Menyisakan jarak beberapa senti saja pada wajah mereka.
"Kalau begitu, aku adalah pecundang yang paling menyayangimu di dunia."
" Euuhh.. Gombal.. " ejek Yura sekali lagi sambil memuluk pelan dada bidang pria itu.
"Serius Ra."
Hayura hanya bisa merotasikan matanya. Jimin ini selalu membuatnya jengah, kesel, bahkan sampai marah. Tapi kalau gak ada dia, mungkin semesta gak akan sama.
"Jimin dingin."
"Sini aku peluk."
Mereka kembali berpelukan. Yura yang mungil memang cukup pas dalam pelukan Jimin. Intinya mereka pasangan paling serasi di bumi.
"Ra."
"Hm?"
"Tahu gak, dari dulu, aku tuh pengen banget ngomong sesuatu sama Sungai Han."
"Apa?"
Jimin tersenyum pada Yura lalu kemudian menatap lurus ke arah sungai Han yang yang tenang. "Hayura.. Saranghae..!" Dengam sekuat tenanga Jimin berteriak.
Yura tersenyum. Hatinya sudah tak karuan. Dia bahagia sekali malam ini. Sangat bahagia. Malam yang biasanya dia habiskan dengan hanya berbalas chat dengan Jimin, kini bahkan lebih dari itu. Setelah sekian lama bersembunyi, akhirnya dia merasakan temu.
"Jimin."
"Hm?"
"Tahu gak,"
"Enggak."
"Ih.. Belum juga ngomong..!"
Jimin tertawa gemas lalu menepuk nepuk puncak kepala Yura. "Yaudah lanjutin."
"Dari beberapa hari yang lalu, aku sebenernya sakit."
Raut wajah Jimin berubah serius "Sakit, sakit apa? Kok gak bilang?"
"Aku menderita sebuah penyakit yang orang orang sering menyebutnya dengan istilah, rindu. Tapi sekarang udah sembuh."
Jimin membulatkan matanya. Mulutnya terbuka dan dahinya berkerut. "Dasar perempuan."
"Emang kenapa?"
"Cantik."
"Semua perempuan juga cantik kali."
"Iya sih, semua perempuan emang cantik. Tapi yang kayak kamu cuma satu didunia. Dan itu hanya milikku."
Jimin memang paling bisa membuat hati para kaun hawa terbang ke langit kebahagiaan. Dan hal itu yang selalu Ara khawatirkan.
"Udah lah terserah kamu. Aku mau pulang. Udah malem."
"Jalan kaki ya."
"Ish.. Jimin kok gitu sih?"
"Bercanda.."
"Yuk pulang !"
"Ayok."
Jimin membengkokan sikunya menawarkan sebuah gandengan. Ara yang berada di sampingnya menerima gandengan tersebut. Bak putri dan pangeran mereka berdua berjalan turun dari jembatan menuju mobil Jimin. Sesampainya di mobil, Jimin dengan sigap membukakan pintu untuk Ara. Pria yang romantis.
"Oke, kita pulang."
_______________________
Thank you for reading my story...
Don't forget to vote and comment.
And add into your library kalau kamu suka.See you...
KAMU SEDANG MEMBACA
Her : secret girlfriend
FanfictionDi semesta ini tak ada yang tahu kalau Park Jimin memiliki seorang kekasih yang sengaja ia sembunyikan. Mulai : 11 Januari Tamat : -