Bab 9 : Wrong Love

12 2 0
                                    

'kring... Kring...'

"Oh, ponselku berbunyi. Sebentar Taehyung."

Taehyung mengangguk. Yura membuka tas nya, kemudian mengambil ponsel dengan casing pink miliknya. Tertera nama Jimin pada layar benda pipih itu.

"Ada apa dia menelpon?" Yura bermonolog.

Yura menekan tombol hijau pada ponsel dan menggulirnya ke atas.

"Yeoboseyo."
(Hallo)

"Yura."

"Ne?"
(ya)

"Kau dimana?"

"Cafe."

"Sendirian?"

"Tidak, aku bersama Taehyung disini."

"Apa?! Kenapa kau tidak memberitahuku kalau kau pergi dengan pria lain?"

"Apa? Pria lain? Hey ! Pria lain itu temanmu."

"Hah.. Sudahlah. Kau jangan kemana kamana. Jangan pergi dari sana."

"Ap? Hah?"

Ponselnya sudah tidak terhubung. Jimin mematikan sambungan telponnya. Yura tentu saja kesal. Dia membanting ponselnya ke atas meja. Dia marah. Taehyung yang ada di hadapannya hanya bisa diam.

"Kau ingin minum? Kurasa kau membutuhkan itu sekarang." Taehyung menyodorkan ice americano milik Yura tepat di depan wajah gadis itu. Yura mengulurkn tangannya dan menerimanya. "Terimakasih Taehyung."

"Apa ada masalah?"

"Aniyo, opsoyo."
(Tidak, tidak ada)

Yura menyandarkan punggungnya di kursi yang dia tempati dan berusaha duduk senyaman mungkin guna menetralkan perasaannya yang sedang marah sekarang.

"Yura!"

Baru saja Yura memejamkan matanya. Suara teriakan seseorang memekakan terlinganya. Yura menoleh. Ya, benar seperti dugaannya. Itu Jimin. Dia menyusul ke sini.

"Jimin?"

Jimin, orang itu entah bagaimana tiba tiba berada di cafe. Jimin mendekati kedua orang itu dan berdiri di samping Yura. Dia mencengkeram lengan Yura kuat sampai gadis itu mengaduh ke sakitan.

"Auh sakit."

"Kita pulang sekarang."

"Tapi..."

Yura melirik ke arah Taehyung. Pria itu hanya diam dalam duduknya. Menunduk mengamati butiran embun yang terlihat di sisi gelas minuman teh miliknya.

"Ayo pergi !" titah Jimin pada Yura

Jimin menuntun Yura untuk pergi, namun setelah beberapa langkah berjalan. Pria itu berhenti dan berbalik memandang Taehyung.

"Jangan pernah kau membawa Yura tanpa seizinku lagi." Tatapannya tajam dan mematikan.

"Jimin!" namun panggilan Yura hanya sekedar angin lewat bagi Jimin.

"Oh iya, satu lagi. Jangan pernah meninggalkan tugasmu hanya untuk sesuatu yang kau tahu akan sia sia."

Jimin tak berkata lagi. Dia langsung berbalik badan dan berjalan ke arah pintu dengan Yura yang membuntutinya.

Mereka berdua sudah pergi. Tinggallah Taehyung sendiri. Dia berjalan ke arah pinggir rooftop. Jalan raya terlihat lenggang. Tak ada motor. Muncullah sepasang laki laki perempuan yang terlihat saling berdebat. Mereka berdua masuk ke dalam mobil. Dan Taehyung bisa memastikan kalau di dalam mobilpun mereka masih berdebat.
Dan mobil itupun pergi.

Taehyung menghembuskan napas panjang. Dia memasukkan kedua tangannya ke saku celana dan memandang langit bitu di atas kepalanya.

Senja. Dia tersenyum mengamati senja.  Sedari dulu, dia selalu membayangkan duduk bersama seorang perempuan dan memandang senja sampai larut malam. Sampai sang mentari menghilang.

Tapi rasanya, hal itu terasa sangat sulit untuk terwujud. Dia punya segalanya. Uang, kekayaan, ketenaran, teman, sahabat, tapi satu hal yang dia tidak punya. Seorang perempuan yang bisa menjadi sandarannya. Seorang perempuan yang menjadi tempatnya pulang. Seorang perempuan yang bisa dia ajak berlayar di atas lautan kehidupan.

Sekaki lagi Taehyung menghembuskan napasnya pelan. Berharap semua beban di kepalanya hilang.

Taehyung mengeluarkan dompetnya. Dia mengambil foto polaroid seorang perempuan yang di ambilnya diam-diam tanpa sepengetahuan perempuan itu.

Taehyung memandang wajah yang tergambar manis dalam sebuah Polaroid kecil itu.

"Cinta ini, apakah memang tumbuh dengan cacat?"

"Hayura, apa salah aku mencintaimu?"

_____________________________

Duh.. Taehyung kenapa harus gini sih? Sedih banget sumpah kisah cinta lu. Kuat kuat ya Tae. Tapi tenang... masih ada aku disini yang siap menerimamu. Jiahhh..... Halu..

Her : secret girlfriend Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang