Pagi ini pukul 06.02 KST Yura sudah sadar dari tidur nyenyaknya.Tapi matanya masih berada antara ingin terus terpejam dan membuka.
Yura meraba sekeliling tempat tidurnya. Kosong, tak ad siapapun. Yura segera membuka matanya lebar lebar mencari dia. Tapi tidak ada.
Dalm hati Yura menggerutu. Berani beraninya dia pergi tanpa berpamitan dengannya dulu.
Yura bangun dan duduk bersandar di tempat tidur. Kantuk masih terasa sebenarnya, jadi dia duduk duduk saja dulu untuk memulihkan nyawanya.
Saat pandangan mata Yura, melihat ke arah sofa putih panjang di kamarnya, dia melihat sebuah jaket jeans biru navy yang di taruh sembarangan. Itu bukan mikik Yura. Lalu, kalau bukan milik Yura. Pasti itu milik dia. Tapi pertanyaannya, dimana dia sekarang?
"Jimin, kamu dimana..." suara serak pagi hari terdengar menggema di seluruh penjuru kamar.
Tak ada jawaban. Yasudahlah, mungkin dia sudah pergi. Begitu pikir Yura.
Yura segera bangkit dari tidurnya, tak lupa Yura juga merapikan tempat tidur agar terlihat rapi kembali. Yura sangat tidak suka melihat apapun berantakan.
Dengan langkah gontai, Yur menuju kamar mandinya. Belum juga Yura membuka pintu, pintu itu sudah terbuka oleh seseorang yang berada di dalamnya.
Mata Yura langsung membulat melihat siapa yang baru saja keluar. Itu, Park Jimin. Tapi yang membuat Yura ingin pingsan setengah mati, cowok itu keluar dari kamar mandi hanya menggunakan celana pendek dan handuk kecil yang tersalip di pundaknya. Sudah itu saja. Selebihnya, hanya kulit putihnya yang terlihat.
"Aahkkk... Park Jimin kau sialan.."
Melihat itu Yura spontan berteriak dan menutup matanya.
"Kenapa kau berteriak?" tanya Jimin yang merasa agak bingung.
"Ishh.. Pakailah bajumu sana...!" perintah Yura yang masih setia menutup matanya. Suara nya terdengar lucu di telinga. Seerti anak kecil.
Jimin tertawa terbahak bahak. Tawanya keras sekali. Lalu dia mengacak acak rambut Yura karena gemas. Terkadang, tingkah Yura yang menggemaskan seperti anak anak inilah yang menjadi moodboster nya. Entahlah akan bagaimana hidup Jimin tanpa Yura. Mungkin akan biasa biasa saja.
"Udah nih. Buka matanya."
"Boong."
"Beneran suwer."
Perlahan Yura melepaskan kedua tangannya dan perlahan membuka matanya yang indah. Kali ini, Yura lebih terkejut bukan main. Wajah tampan itu benar benar berada di hadapannya. Hanya berjarak 3 senti mungkin. Yura jadi kaku sekarang. Di tatap seperti itu membuatnya tidak bisa bergerak.
"Aa...!"
Plak..!
Tanpa sengaja, Yura yang kaget bukn main menampar Jimin di pagian rahangnya.
"Shh.. Ugh.."
"Ah, Jimin. Maaf gak sengaja. Aku kaget. Sakit kah?"
Jimin mengelus elu rahangya yang terasa berdenyut dan perih. Salah memang mempermainkan gadis ini.
Tangan nungil Yura juga ikut mengusap rahang itu. "Maaf gak sengaja..."
"Ahk, iya gak papa." ucap Jimin dengan raut wajah yang masih terlihat sakit.
"Masih sakit kah? Maaf aku bener bener gak sengaja..." entah Yura yang merasa sangat bersalah atau bagaimana, tapi gadis itu seperti akan menangis. Wajanya sudah berkaca kaca.
"Aku tidak papa Yura..."
"Tapi kau tidak memaafkanku."
"Kau mau maaf dariku?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Her : secret girlfriend
Fiksi PenggemarDi semesta ini tak ada yang tahu kalau Park Jimin memiliki seorang kekasih yang sengaja ia sembunyikan. Mulai : 11 Januari Tamat : -