4 tahun.

4.2K 495 99
                                    

"mamaaaaa, mamaaa aku laparr" aku melihat keadaan sekitarku, gedung-gedung pencakar langit berada di sekelilingku. aku terkejut dan berpikir "dimana aku berada?". 

aku berusaha mengingat apa yang terjadi, "perasaan tadi aku baru saja menidurkan sora" batinku dalam hati. 

"mamaa akhuuu laphaarr" teriakan itu kembali terdengar. aku baru ingat kalau aku sudah punya anak, aku pun menatap sekelilingku. tiba-tiba saja ada raksasa berdiri di hadapanku, dengan air liur yang terjatuh di mulutnya. 

"ha?" gumamku pelan. aku bingung dengan semua hal yang terjadi, raksasa itu terlihat seperti sora dengan versi yang lebih besar. "tapikan sora belum bisa ngomong, apalagi jalan..." batinku dalam hati.

"(NAME)!! lari!!" tiba-tiba saja shinsuke berteriak ke arahku aku hanya menatapnya dengan tatapan bingung. sementara shinsuke berteriak panik dan berlari ke arahku, tapi semuanya terlambat.

*DUARR, PPREEGGK*

"SHINNN??!" tiba-tiba raksasa itu menginjak shinsuke, aku hendak berlari menghampiri shinsuke. tapi tiba-tiba saja tubuhku terguncang, sepertinya ada gempa yang di hasilkan raksasa itu. 











---

"(name), heyy.." shinsuke mengoyang-goyangkan bahuku. aku langsung terbangun dengan nafas menderu, aku mengusap keringat di pelipisku.

"ahhh.. kenapa shin?" tanyaku dengan suara serak.

"kamu mimpi buruk ya?" tanya shinsuke bingung. kamu mendengarkan suara tangisan sora dari depan pintu. kamu menghela nafas lagi.

"maaf aku membangunkanmu (name)... karena sora dari tadi nangis, mungkin dia lapar. karena dari tadi aku ajak main gak mau, aku cek popoknya juga ga kenapa-kenapa. aku juga sudah mengajaknya berjemur sebentar." ucap shinsuke panjang lebar. aku menangguk pelan, meskipun nyawaku belum terkumpul semuanya. 

"iya hoaamm.." aku menguap pelan, lalu mengambil sora dari gendongan shinsuke. aku menyusui sora sambil menutup mata, karena aku masih sangat lelah. setelah tidak tidur semalam. sementara shinsuke keluar menuju dapur dan membuat makanan untukku.

---

4 tahun kemudian.

seorang anak laki-laki tengah berjalan dengan kepala tertunduk, dan memegang erat kedua tali tasnya. aku berjalan mendekatinya, lalu mulai mengangkat tubuhnya. 

"kenapa-" pertanyaanku dipotong oleh kemarahan anak itu.

"aku ga mau sekolah! dengan belajar bersama mama saja aku sudah pintar!" anak itu merengek dan menangis dalam dekapanku. aku menghela nafas kasar, lelah juga mendengar rengekan sora tentang dunia sekolahnya.

"yaudah bilang papa kalau ga mau sekolah" anak bermarga 'kita' itu seketika terdiam. matanya berkaca-kaca, dan siap-siap saja teriakan keluar dari pita suaranya. aku hanya dapat menghela nafas kasar, dan berhenti mengancamnya atau tidak orang-orang di sekitarku mulai menegur.

"sora mau es krim?" tanyaku sambil berhenti di depan mini market. oiya, aku lupa kalau sora mirip dengan ayahnya yang susah di alihkan oleh sesuatu.

"gak!" jawabnya kesal. aku hanya terkekeh dan mengambil satu es krim coklat, lalu langsung aku bayar di kasir.

"udah ya jalan sendiri" ucapku lalu menurunkan sora dari gendonganku. sora melipat tangannya di depan dada dan menatapku dengan tatapan kesal. pipi mulusnya mengembung dan melirikku kesal. dengan santainya aku memakan eskrim tersebut di depan sora, karena aku tau dia pasti menginginkannya. aku asik memakan es krim tersebut hingga tersisa setengah.

"aku mau!" ucap sora masih dengan wajah cemberut, sore merentangkan tangannya ke arahku.

"katanya tadi gak mau?" ucapku meremehkan. sora mencebik kesal, dan menghentakan kakinya. matanya berkaca-kaca lagi,

"tapi janji dulu" aku menunduk untuk menyamakan tinggiku dengan sora. aku menyodorkan jari kelingking ke arah sora,

"janji apa?" tanya sora. 

"janji dulu." aku mengoyang-goyangkan jari kelingkingku, lalu sora menautkannya.

"janji ga bilang papa kalau mama beli es krim, dan janji kamu harus bisa mencari teman. mama tunggu kamu memperkenalkan temanmu!" aku tersenyum puas, lalu memberikan sepotong es krim berbentuk ikan, yang kubeli secara diam-diam saat sora tidak melihatnya, tadi.

sora mencebik kesal, karena aku membuat janji yang sulit untuk sora tepati,

---

"punten gopud!" 

"p"

teriakku sambil melepaskan sepatuu dan sepatu sora di dalam rumah. sora menatapku datar, semoga saja tetangga tidak mendengarkannya. tiba-tiba shinsuke muncul dari belakangku, membuatku kaget dan hampir terjatuh, untung saja shinsuke menahan pinggangku. lalu kita saling bertatapan beberapa saat.

"ehem, aku lapar" ucapan sora membuat shinsuke melepaskan genggamannya di pinggangku. aku dan shinsuke langsung melihat sora dengan tatapan datar.

"makan angin sana-" ucapku sedikit sensi, shinsuke langsung membekap mulutku.

"makanannya udah ada di meja makan, mandi dan ganti baju dulu." shinsuke melepaskan bekapannya di mulutku. sora mengangguk menuruti perintah shinsuke dan mulai berjalan ke kamarnya.

tiba-tiba shinsuke menarik tanganku dan melingkarkan tangannya di pinggangku. aku mengangkat kepalaku dan menatap shinsuke sejenak, dengan wajah datar.

*cupp*

shinsuke mencium bibirku, bukan kecupan yang biasa tapi cukup dalam. shinsuke meletakkan tangannya di tengkuk leherku membuatku geli, dan membuka mulutku. lidah shinsuke memasuki mulutku dan lidah kita saling beradu di sana. shinsuke menahan kepalaku agar aku tidak melepaskan ciumannya.

shinsuke melepaskan ciumannya saat tau aku sedikit kesulitan bernafasan. menyisakan benang saliva tipis di antara kita berdua. shinsuke menjilat pipiku sejenak, dan bertepatan dengan itu sora sudah berdiri di belakangku. 

"ayo makan" ucap sora dengan tatapan datar, shinsuke hanya menangguk. semenatar wajahku sudah semerah tomat, aku memalingkan wajahku dari sora.

---

"tadi kamu makan es krim lagi kan?" tanya shinsuke menyelidik. shinsuke mengenggam pergelangan tanganku, lalu menarikku ke ruang makan. aku jadi merinding sendiri. 

"hehe" 


---

Tbc.

Sekian 🌚🌚
Moga ga cringe 😅

Votenya kaka 🙂🔪




Stay. (Kita Shinsuke x reader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang