My Everything.

6.3K 627 57
                                    

paginya, aku merasa sakit di seluruh tubuhku. 

"ugh.. sakit" ringisku pelan, aku menggerakkan tubuhku ke samping. menatap wajah damai suamiku, aku menyunggingkan senyum tipis. tiba-tiba shinsuke terbangun, tangannya bergerak menyentuh pipiku dengan lembut. shinsuke mendekatkan wajahnya padaku, dan mencium bibirku sekilas.

"aishiteru  yo." ucap shinsuke sambil memainkan rambut yang menutupi wajahku. aku merasakan wajahku bersemu merah. shinsuke terkekeh pelan, melihat perubahaan ekspresiku.

---

sudah 3 bulan pernikahan ini berlalu, dan sifat shinsuke sangatlah berbeda dari pada dia didepan orang lain, lebih tepatnya dia sangat berbeda ketika bersama ku. seperti saat ini aku berada di pangkuan shinsuke, setelah ia memaksaku yang sedang fokus membaca novel.

"laper mau makan" ucap shinsuke manja, sambil meletakkan dagunya pada puncak kepalaku. 

"oh.. di meja makan, masih ada makanan kok" ucapku santai, sambil masih fokus membaca novel dihadapanku.

"gak deh aku mau makan kamu.." ucap shinsuke sambil memeluk leherku dari belakang

"lagi ga mood" ucapku masih setia membaca sajak-sajak dalam novel tersebut. shinsuke menenggelamkan kepalanya pada bahuku, dan mengecup pipiku sejenak.

"yaudah aku hanya ingin bersama mu." ucap shinsuke yang saat ini menutup matanya dan menidurkan kepalanya pada bahuku. beberapa saat kemudian setelah aku menyelesaikan 1 bab dari novelku, aku mulai merasa kantuk.

 aku baru menyadari bahuku memberat, shinsuke tertidur dengan damai di bahuku. aku tersenyum tipis, dan perlahan melepaskan pelukannya dari leherku. aku membaringkannya di sofa, karena tidak mungkin aku membawanya ke kamar di lantai 2. aku mengambil selimut dan bantal dari kamar, dan turun untuk menyelimuti shinsuke. lalu aku duduk dilantai dan menatap wajah damai shinsuke hingga ikut ketiduran.

terkadang aku selalu berpikir, bagaimana jika suatu hari aku sudah bosan dengan hubunganku dan shinsuke. tapi masalahnya, hubungan ini sudah sampai ke pernikahan, dan pernikahan itu ada untuk sehidup semati. namun keraguan itu selalu muncul, pernikahan ini juga selalu manis seolah tidak akan ada pertengkaran diantara kita. shinsuke terlalu sabar, untuk menghadapiku dan hal itu yang selalu membuatku merasa ragu sekaligus kesal

- hubungan yang terlalu manis, terkadang rasanya terlalu hambar untuk dinikmati -

---

aku terbangun entah sekarang jam berapa, tiba-tiba entah kenapa kepalaku terasa pusing. seingatku aku tadi duduk di lantai hingga tertidur, namun sekarang aku terbangun di atas kasur. aku mengambil kacamata di nakas, dan melirik jam. jam menunjukan angka 5 sore, aku terduduk di pinggir kasur menahan sakit kepalaku. 

"shin-kun" ucapku dengan suara serak, aku menatap shinsuke yang lagi masak di dapur. 

"ini, selamat makan" ucap shinsuke sambil menyodorkan, sup di meja makan.

"kenapa tidak memanggilku" ucapku pelan, sambil memakan masakan shinsuke.

"tidak apa, sekali-kali aku yang memasak" ucap shinsuke sambil tersenyum tipis. aku hanya mengangguk pelan, dan melanjutkan makan dalam diam. selesai, makan seperti biasa kita berkumpul berdua sambil menonton tv. 

aku duduk di sofa sambil menganti-ganti channel tv, entah mengapa hari ini rasanya moodku turun drastis dan hal itu sangat menyebalkan. aku mematikan tv, dan menyandarkan punggungku pada sofa, rasa pusing tiba-tiba menghampiri diriku. shinsuke yang melihat gelagat anehku mulai bertanya-tanya.

"kamu sakit?" ucap shinsuke sambil meletakkan punggung tanganya pada dahiku. aku menepisnya pelan dan menggeleng pelan.

"kalu sakit istirahat ya" ucap shinsuke lembut. sambil menyentuh pipiku, aku hanya menjawab dengan gumaman pelan. kamu dan shinsuke hanya diam-diaman di ruangan yang sepi ini.

"kamu marah padaku?" tanya shinsuke bingung. 

"tidak" ucapku pelan, sambil memalingkan wajahku saat ini. rasanya hatiku ingin meledak saat ini, aku benar-benar tidak ingin berbicara ataupun disentuh saat ini. shinsuke meraih daguku dengan tanganya, memaksaku beralih menatapmya.

"kenapa tidak menatapku?" tanya shinsuke dengan tatapan sendu. aku menepis pelan tangan shinsuke, alis ku menyerit tidak suka.

"aku gpp, udahlah." ucapku dengan nada sedikit tinggi. aku berdiri hendak meninggalkan shinsuke sendirian, tapi shinsuke ikut berdiri dan mencegat pergelangan tanganku.

"mau kemana?" ucap shinsuke masih dengan sabar.

"tch, bukan urusanmu shinsuke-kun!, aku benar-benar tidak ingin berbicara denganmu saat ini. dan berhentilah pura-pura baik di hadapanku!, aku mau PERGI DULU" ucapku dengan nada tinggi. 

"mau kemana?" tanya shinsuke dengan tatapan sendu, shinsuke masih sabar menghadapiku.

"AKU BILANG BUKAN URUSANMU" kali ini emosiku meledak, aku menghentakan tanganku membuat pegangan shinsuke terlepas. shinsuke terkejut, tatapan shinsuke berubah menjadi datar matanya menatapku tajam. ini pertama kalinya aku membuat shinsuke marah, aku langsung memalingkan wajahku. aura seorang kita shinsuke memang menakutkan, aku tidak berani menatapnya. 

"kamu berani membentakku?" tanya shinsuke dengan sarkas. aku hanya terdiam, menggelengkan kepalaku pelan dan melangkahkan kakiku pergi keluar sebentar.

---

aku berjalan tak tentu arah, menatap jalanan yang cukup sepi karena hari sudah mulai berganti malam. semakin berjalan aku merasa semakin bersalah, "aku egois." batinktapannya u. tanpa sadar air mata mulai berjatuhan di pipiku, aku mengusapnya pelan. aku semakin terisak pelan, bahuku bergetar aku menatap jalanan disekitarku mobil berlalu-lalang dengan pencahayaan remang-remang. aku beralih menatap sungai, dengan tatapan kosong.

"maaf" gumamku pelan, aku mengusap pelan jejak air mata dipipiku, aku terdiam beberapa saat. aku takut untuk pulang, aku sangat merasa bersalah sekarang. "ini karena aku egois"

- kamu mencari yang lebih ketika, yang sempurna untukmu sudah ada di depan matamu. -

---

tbc. 

maaf galaunya kelamaan :)

Vote nya kaka 🙂🔪

Stay. (Kita Shinsuke x reader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang