If It Happens (2)

4.1K 592 45
                                    

4 bulan berlalu, dan tubuhku benar-benar terasa memberat. menjadi seorang ibu benar-benar menyusahkan, tubuhku jadi sering sakit, dan aku selalu mengeluh pada shinsuke. untung saja dia selalu sabar menghadapiku, aku bersyukur karena shinsuke yang menjadi suami, dan mau menerima segala kekuranganku. 

"akkhh perut ku sakit sekali" aku meringis kesakitan. shinsuke jadi sedikit panik, shinsuke mengenggam erat tanganku.

"mana yang sakit? kita kedokter sekarang" aku menggeleng pelan, dan beralih meringkuk dikasur. hal itu membuatku merasa baikan.

"udah baikan kok" ucapku lirih. shinsuke menghela nafas kasar, dan merebahkan tubuhnya dikasur. tangannya mengusap rambutku dengan lembut, dan shinsuke menghujani ku dengan ciuman lembut darinya. aku jadi ingin memeluknya, tapi perutku yang mulai membesar menghalangi kita berdua.

"pengen peluk balik" ucapku dengan wajah sedih. shinsuke tersenyum tipis, 

"aku peluk dari belakang aja sini" shinsuke berpindah tempat dan tidur di sebelahku, lengannya memelukku dengan lembut. shinsuke mngusap perut buncitku dengan lembut, membuatku merasa sangat nyaman dan perlahan-lahan aku jadi tertidur.

---

aku terbangun saat hari sudah menjelang sore, aku melihat shinsuke lagi kerja di ladangnya. karena itu aku berinisiatif untuk memasak makanan untuk kita berdua. aku memasak beberapa makanan sederhana seperti sup miso, onigiri, dan sedikit barbeque tanpa sepengetahuan shinsuke. karena jika dia mengetahuinya, dia pasti akan memarahiku. setelah memasak aku melanjutkan untuk mandi, dan tepat setelah aku mandi shinsuke sudah pulang.

"udah bangun?" tanya shinsuke sambil mengusap pelan puncak kepalaku. aku memicingkan mata, menatapnya dengan tatapan bingung.

"belom aku masih tidur, ih pake nanya" ucapku sambil menggembungkan pipi. shinsuke tertawa kecil, 

"yaudah tunggu aku mandi, habis itu aku buatin makanan. tapi kamu jangan masak ya!" shinsuke memperingatiku dengan tegas, membuatku merinding karena telah melanggar perkataannya. aku pun turun ke dapur, sambil menatap masakan buatanku dengan senyuman kecil. sementara tangan kananku bekerja untuk mengaduk susu khusu bumil. 

"kamu mau makan apa?" tanya shinsuke yang sudah turun di dapur. 

"i-itu, hhehe" aku membuka tudung saji, dan terlihat makanan yang ku buat tadi. shinsuke menatapku tajam, dengan wajah datar. tapi aura shinsuke benar-benar menusuk dan itu sangat menyeramkan. 

"shin-"

"aku udah bilang jangan terlalu capek, jangan masak, dan jangan melakukan pekerjaan berat.." shinsuke menggantungkan kalimatnya, lalu dia menghela nafas kasar. entah kenapa aku jadi ikut menghela nafas kasar.

"hehe, ini bukan pekerjaan beratt kok, lagian aku ga boleh males-malesan kayak dulu ya kan.." ucapku mencari pembelaan. shinsuke mengusap pelan puncak kepalaku, 

"terserah kamu, tapi lain kali jangan melakukan pekerjaan ini sendirian." ucap shinsuke tegas. aku tersenyum senang dan mengangguk-anggukan kepalaku, lalu aku duduk di hadapan shinsuke dan kita makan bersama-sama.

"makanan mu kurang" shinsuke mengarahkan daging tambahan ke piringku, aku membulatkan mata ku dan hendak protes.

"gausah protes cepet makan" ucap shinsuke datar, sambil memakan makanan di hadapannya.

---

jam 10 malam.

"kamu belum tidur?" tanya shinsuke yang baru masuk kamar. aku menggeleng pelan, dan tetap fokus pada novel dan sambil mendengarkan musik. musik edm, lebih tepatnya.

Stay. (Kita Shinsuke x reader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang