"Sayang.." Renjun tertawa kecil mendengar rengekan seorang Lee Jeno yang kini meringkuk di rangjang kamar mereka. Renjun menggeleng sebagai jawaban untuk Jeno membuat Jeno kembali merengek "Ayolah sayang....kau tau bukan betapa bosannya aku dikantor dengan kertas-kertas membosankan itu" Rengekan Jeno kali ini membuat Renjun merasa heran.
"Ya..sejak kapan suamiku yang penggila kerja ini bisa mengeluh bosan pada kertas-kertas kesukaannya hm?"Renjun bertanya dengan tangannya yang mengelus rahang Jeno. Jeno malah mengeratkan pelukannya pada Renjun dan menyembunyikan kepalanya diceruk leher Renjun yang wangi. Bahkan ini adalah wangi faforit Jeno.
"Aku akan terus merasa khawatir denganmu, apalagi melihat keadaan tanganmu yang belum sembuh" Bohong. Nyatanya Jeno hanya tidak mau jauh dari Renjun, lebih tepatnya ia takut tidak menemukan Renjun lagi sepulang kerja nanti.
Walau itu tidak akan pernah terjadi lagi.
"Akan ada Eomma yang akan menemaniku" Jeno menggeleng dan itu membuat Renjun menghela nafas. Jeno semakin mengikis jarak antara dirinya dan Renjun sehingga mempertemukan kulit mereka yang sama-sama telanjang.
"Eomma dan Appa baru saja berangkat tadi malam ke New york" Renjun ingin memekik namun suaranya teredam ciuman Jeno yang kini mulai membawa kesadarannya pergi. Jeno melepaskan ciumannya dan menatap Renjun menunggu jawaban, sedangkan Renjun masih mengatur nafasnya yang terengah-engah.
Renjun menghirup nafas kuat "Baiklah....tapi, kau harus janji membelikanku Jelly" Jeno mengangguk senang dan memeluk erat Renjun serta ciuman yang bertubi-tubi yang Jeno berikan pada Renjun membuat Renjun berusaha menjauhkan wajahnya yang menjadi sasaran dari ciuman Jeno.
"Oh ya! Belikan aku juga boneka moomin"
"Moo...apa?" Jeno menatap Renjun bingung dan itu membuat Renjun mencebikkan bibirnya.
"MOOMIN! ITU KARTUN!" Telinga Jeno hampir pecah mendengar pekikan Renjun yang tiba-tiba. Jeno mengangguk dan kembali meraih Renjun memeluk tubuh kecil itu dengan erat "Jen, kau tidak akan bangun? Kau akan terlambat"
"Siapa yang akan menghukum seorang boss?" Renjun memutar bola matanya malas dan mendorong Jeno menjauh dari tubuhnya.
"Mandi! Atau aku tidak akan ikut kekantor kali ini"
💚💚💚
Jeno menggendong tubuh Renjun yang terlelap ala bridal style. Jeno tersenyum Renjun tertidur dipangkuannya saat Jeno masih dalam keadaan bekerja. Renjun berkali-kali menggoda Jeno saat masih dikantor.
Mungkin tidak berniat untuk menggoda, karena pada dasarnya Renjun hanya bosan dan mulai mengganggu Jeno.
Pekerjaan Jeno seharusnya tidak selesai sampai selarut ini jika saja ia lakukan tanpa hambatan seperti tadi. Ah, sepertnya itu bukan hambatan bagi Jeno. Mungkin bisa dikatakan bahwa itu adalah hal yang menyenangkan atau obat penghilang stress bagi Jeno karena lelah bekerja.
Jeno bahkan ingat dengan sangat jelas bagaimana kegiatannya dan Renjun berlangsung diruangan Jeno yang memang memiliki kamar pribadi.
Jeno memandangi wajah Renjun yang terlelap dengan sangat nyaman. Wajah itu terlihat sangat cantik meski dalam keadaan tertidur, lihat saja bagaimana tuhan menciptakan pahatan-pahatan yang sempurna dalam wajah cantik milik istrinya.
Cup
Jeno mengecup kening Renjun dan mengusapnya pelan sebelum beralih mendekati kedua kaki Renjun untuk melepaskan sepatu yang Renjun pakai.
"Jen.." Jeno tersenyum menghampiri Renjun yang baru saja terbangun. Jeno kembali mengecup kening Renjun.
"Kau terbangun? Apa kau lapar? Atau kau..."
"Temani aku untuk mencuci wajahku" Renjun mengacungkan kedua tangannya pada Jeno pertanda bahwa simungil minta untuk di gendong oleh suaminya. Jeno tersenyum dan menggendong Renjun.
"Apa setelah ini kau ingin makan?" Tanya Jeno namun dijawab gelengan kepala dari Renjun "Lalu?"
"Aku ingin tidur"
"Padahal kau bisa langsung tidur sayang..." Renjun menatap Jeno dengan sikat gigi yang masih bertengker di mulutnya yang penuh busa. Renjun menyelesaikan berkumur-kumur dan mencuci wajahnya sebelum menjawab perkataan Jeno.
"Dan membiarkan jerawat tumbuh diwajahku setelah itu kau dapat memlilih sekertarismu itu untuk menjadi istri keduamu, iya?" Tanya Renjun dengan bersungut-sungut membuat Jeno terkekeh dan mengangkat tubuh Renjun untuk kembali ke ranjang mereka.
"Itu tidak akan pernah terjadi sayang. Aku mencintaimu dan selalu akan begitu untuk selamanya" Ucap Jeno merebahkan tubuh Renjun di ranjang dengan sangat pelan.
"Ya! Karena kau sudah berjanji padaku!" Ketus Renjun. Bagaimana tidak? Sekertaris Jeno secara terang-terangan mengusir Renjun saat Renjun jalan-jalan mengelilingi isi kantor Jeno. Wanita itu bahkan mengatakan bahwa Renjun hanyalah seorang pengemis yang datang ke kantor untuk meminta-minta.
Saat Renjun ingin membalas Jeno malah datang dengan wajah datarnya yang mendominasi semua mata yang berada di sekitar Renjun dan Jeno beserta sekertaris Jeno.
"Wahh Lia, sepertinya mulai besok kamu saya kirim untu jadi sekertaris Ten noona di kantor cabang di taiwan" Renjun tersenyum meremehkan gadis itu.
"Ayo sayang. Kau harusnya tidak berkeliling, tanganmu masih belum sembuh. Ayo kembali keruanganku" Jeno mengecup kening Renjun yang berada dalam pelukannya dan menuntun Renjun kembali keruangannya.
Semua yang berada disana menatap Jeno tidak percaya. Bagaimana mungkin seorang Lee Jeno yang terkenal dingin dan kaku berbuat selembut itu pada seorang yang tidak pernah mereka lihat sebelumnya.
"Dan semuanya saya harap kembali bekerja" Baru saja dibicarakan. Sikap dingin itu masih tetap menjadi ciri khas seorang Lee Jeno. Semua karyawan menunduk patuh dan mengiyakan.
Jeno tersenyum bukankah itu pertanda Renjun cemburu pada Lia?.
"Aku suka ketika kau posesif padaku" Renjun tak menjawab dan hanya mengeratkan pelukannya pada Jeno dan mulai kembali terlelap. Menyambung kembali mimpi indahnya dengan nyaman.
Aku mencintaimu.
💚💚💚
Selamat membaca 😘💚💙