15

1.1K 120 3
                                    

Buat para pembaca yang umurnya masih dibawah 18 aku harap kalian menskip bagian ini.
Ini untuk dewasa ya😉
Jadi dimohon pengrtiannya😊

💚💚💚

Semakin lama hidup bersama Jeno, Renjun semakin tau apa arti dunia yang telah tuhan ciptakan sebenarnya dan rasa itu bahkan tidak pernah berkurang sedikitpun malah sebaliknya. Renjun telah jatuh sedalam-dalamnya pada seorang Lee Jeno.

Renjun mengusap kedua lengannya sendiri sembari menatap Jeno yang sedang bermain dengan anak dari sepupu Pria itu. Terlihat Jeno sangat senang dengan adanya anak kecil disekitar suaminya, Rasanya Renjun ingin segera memberikan Jeno seorang anak. Tapi lagi-lagi Tuhan belum memberikan kepercayaan padanya. Bahkan disaat usia pernikahannya sudah hampir genap satu tahun.

Entah mengapa memikirkan hal itu membuat Renjun merasa sensitif, bahkan kini tanpa Ia sadari air matanya mengalir.

"Aunty kenapa menangis?" Suara anak kecil dengan aksen bahasa inggris yang terdengar seperti celotehan membuat Renjun mendongak dan mendapati seorang anak kecil dalam gendongan suaminya menatapnya bingung. Begitu juga dengan Jeno yang kini mengerutkan keningnya, menatap khawatir kearah Renjun.

"Sayang ada apa?" Tangan Jeno meraih puncak kepala Renjun dan mengusapnya pelan. Bukannya mereda air mata Renjun malah semakin deras turun ke pipinya "David, bisakah kau bermain bersama mommymu?" David kecil mengangguk dan berlari dengan langkah kecilnya menjauhi Renjun dan Jeno.  Jeno memeluk Renjun erat sembari mencoba menenangkan Renjun.

"Hei, apa ada masalah?"

Renjun mendongakkan kepalanya menatap Jeni dengan mata yang sembab penuh linangan air mata "kau...apa..apa kau akan meninggalkanku?"

"Never!" Jawaban tegas Jeno membuat Renjun sedikit mereda.

"Ta, tapi melihatmu bermain bersama David membuatku merasa bersalah karena sampai saat ini aku belum...aku belum.."

"Suttthhh sudah. Jangan dilanjutkan, aku mencintaimu. Percayalah Tuhan akan memverikannya jika kita memang benar-benar sudah siap dan waktu yang pas. Kita hanya perlu bersabar" Ucap Jeno sembari mengusap bekas aliran air mata dipipi cubby Renjun.

"Dan satu lagi, sepertinya kita memang harus lebih giat lagi berusaha dalam memproses baby Lee" Renjun mendorong tubuh Jeno menjauh dari tubuhnya yang membuat Jeno tertawa dan kembali menarik Renjun kedalam pelukannya.

"Begini saja aku sudah bahagia. Dan aku tidak akan pernah meninggalkanmu"

💚💚💚

Aroma mint dalam tubuh Jeno adalah hal yang paling Renjun sukai, bahkan seperti hari ini. Seakan lupa jika matahari mulai meninggi, Renjun enggan bangun dan lebih memilihbuntuk memeluk Jeno kembali.  Biarkan saja, bukankah hari ini adalah hari libur?

Renjun berkali-kali menghirup aroma Jeno yang terasa sangat menyenangkan baginya "Hmm..kurasa dibawah sana masih ingin mengulangi kegiatan semalam" Suara serak itu membuat Renjun lebih mendekap tubuh Jeno. Merasakan bagaimana kulit telanjangnya menyentuh kulit Jeno dengan hangat.

"Tidak. Aku hanya ingin memelukmu jadi diamlah" Jawaban Renjun menghela nafas.

"Wah...bahkan kau dapat merasakan jika sikecil mulai tegang? Dia ingin masuk" Rengek Jeno mulai mengelus lengan telanjang Renjun dengan lembut dan itu sukses membuat Renjun merinding.

"Aa..tidak!tidak!" Renjun mendorong bahu Jeno agar menjauh namun hal itu malah membuat sesuatu yang berada di bawah semakin tegang.

"Oh ayolah sayang..." Jeno merengek memohon sembari menarik Renjun kedalam pelukannya.

"Aaa...aniii, aku harus bersiap-siap" Jeno menatap Renjun meminta jawaban. Ini hari minggu dan Renjun ingin bersiap-siap? Mau kemana? Renjun tersenyum dan mengelus rahang Jeno "Aku harus bertemu Sungchan hari ini"

"Mwo?" Jeno menatap Renjun dengan pandangan bingung. Untuk apa? Jeno tidak akan mengalah bukan?

"ahhh...lee..Jen..no!"Suara Renjun memberat kala Jeno masuk tanpa permisi. Jeno tidak peduli, yang penting kali ini Renjun verada dibawahnya dan tidak akan pergi kemana-mana.

Apalagi untuk menemui Sungchan.

Ah! Sepertinya adik ipar dari sepupunya itu perlu diberi peringatan untuk tidak selalu mencari perhatian dari Renjun dengan meminta bantuan ini dan itu. Dan kenapa istrinya ini sangat polos sehingga tidak mengerti maksud Sungchan.

Jeno mengerti Renjun hanya menaganggap Sungchan hanya seperti adiknya sendiri. Tapi..Jeno tidak menyukai hal itu.  Katakan saja Jeno cemburu, karena pada dasarnya itu memang benar.

Jeno menatap Renjun yang hanya pasrah dibawahnya dengan tatapan sayu yang sesekali tertutup rapat. Jeno tidak ingin cepat selesai dalam permainan ini. Renjun mengetatkan sarafnya saat ia merasa berada di ujung permainannya, tapi tidak dengan Jeno yang masih bertahan.

Tidak ada kata-kata yang ada hanya tatapan yang saling mengunci serta lenguhan dan geraman yang mengisi suara kamar mereka.

Jeno menggeram menandakan permainannya selesai dan memeluk Renjun dengan sangat erat. Renjun merasakan akhir permaianan yang hangat memenuhi tubuhnya. Renjun mengusap plen keringat yang ada di wajah Jeno. Harus berapa kali sebenarnya untuk mengatakan jika Jeno sangat tanpa dengan keringat? Bahkan rasanya Renjun tidak pernah bosan dengan wajah tanpan ini.

"Aku rasa ini belum berakhir sayang"

💚💚💚

Terimaksih
Selamat membaca!

NEVERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang