Jeno berjalan dengan rahang mengeras masuk kedalam rumah ayahnya, Jeno membuka pintu dengan kasar dan menatap nyalang seisi rumah yang kini sedang bermain dengan cucu mereka.
"Jeno ada apa?" Pertanyaan itu keluar dari bibir lembut seorang wanita yang kini menghampiri Jeno. Jeno menepis tangan mungil itu dari lengannya.
"Eomma!"
"Yena bawa jungkyu kedalam dulu ya. Eomma perlu bicara dengan Jeno" Jeno kali ini bahkan tidak sudi untuk sekedar melirik anak kecil yang kini menatapnya bingung "Ada apa? Apa wanita jalang itu menghasutmu lagi?"
"Nde! Renjun menghasutku lagi"
"Hah! Akhirnya kamu sadar juga bahwa gadis sialan itu adalah penghasut ulung" Jeno mengepalkan tangannya.
"Renjun menghasutku untuk mengatakan terimakasih pada Eomma" Tiffany memandang Jeno tak percaya "Renjun mengucapkan terimakasih pada Eomma yang seharusnya tak pantas mendapatkan hal itu"
"LEE JENO!" Geram Tiffany. Nafasnya mulai tak beraturan kala melihat anak tunggal kesayangannya kini sudah berani melawannya hanya karena seorang wanita.
"Apa? Itu benar bukan? Bahkan Renjun menganggap Eomma layaknya ibu kandungnya sendiri, sedangkan Eomma? Eomma malah menyebutnya jalang"
Tiffany menggeram kesal. Matanya penuh amarah, Jeno hanya menatap ibunya dengan pandangan kosong "Kurasa Eomma juga harus meminta kejelasan yang sesungguhnya pada Chanyeol Appa" bisik Jeno. Jeno memperlihatkan sebuah map yang sudah berisikan tandatangannya dan Renjun didalamnya.
"Aku tidak akan pernah menceraikan Renjun apapun yang terjadi" Ucap Jeno menyobek kertas itu menjadi potongan-potongan kecil danelemparnya kesegala arah. Jeno menghela nafas dan menatap Ibunya dalam.
"Aku pergi"
💚💚💚
"RENJUN SIALAN! KELUAR KAU JALANG!!" Tiffany berteriak menggelegar menjadi seisi rumah milik Jeno dan Renjun. Bibi kim yang mendengar teriakan Tiffany berlari terbirit-birit mendekati Tiffany yang tiba-tiba datang mengamuk di pagi hari.
Bibi Kim bingung dan menghampiri Tiffany dengan menunduk "Maaf Nyonya besar ada apa?"
"Dimana Renjun?" Tiffany mencoba mengontrol emosinya. Nafas milik wanita paruh baya itu mulai tak beraturan karena emosinya yang mulai memuncak.
"Nona Renjun..."
Suara pecahan dari asal kamar Renjun dan Jeno mengalihkan perhatian Tiffany dan bibi Kim. Bibi Kim memejamkan matanya, ini sudah kesekian kalinya bibi Kim mendengar suara barang yang di banting dari kamar Jeno.
"Bibi Kim.." Tiffany berlari menghampiri kamar itu dan membuka pintu kamar Jeno. Tiffany terpaku melihat bagaimana putra ssmatawayangnya menangis hancur di antara ranjang dan nakas. Banyak barang pecah yang tergeletak dikamar dengan Jeno yang meringkuk dan menangis.
"Jeno...."
Seakan tuli Jeno tak mendengar panggilan ibunya, Jeno hanya menangis memeluk sebuah gaun yang tklagi utuh.
"Renjun sayang, kembalilah....kumohon...hiks.." suara tangisan itu terdengar sangat menyayat hati Tiffany "Appa minta maaf...tolong! Tolong bawa ibumu kembali pada Appa" Jeno terlihat memohon pada angin lalu.
Apa? Apa Renjun hamil?
"Jeno-ya" Tiffany meraih Jeno kedalam pelukannya.
"Eomma...Eomma adalah orang yang sangat Renjun sayangi....bisakah Eomma membujuknya kembali padaku? Eomma..kumohon Eomma" Tiffany menangis melihat reaksi anaknya yang seperti orang gila.
"Eomma, tolong bujuk Renjun untuk pulang. Renjun mengandung anakku Eomma.....hiks...eomma....hiks...jebal Eomma...jebal tolong kembalikan Renjun padaku" Jeno bersujud di hadapan Tiffany yang hancur melihat anaknya hancur karena kehilangan.
"Jeno-ya!" Pekik Tiffany mencoba mengembalikan kesadaran anaknya dengan membentak Jeno. Jeno tak bergeming.
"Sayang cepatlah kemari. Jeno....Jeno....hiks.." Tiffany menangis melihat anaknya yang kini hancur dan tak bisa melanjutkan kata-katanya. Tiffany ingin marah, tapi ia tidak mungkin marah melihat kondisi Jeno yang seperti ini.
"Jeno tidur dulu ya..Eomma temani"
"Tidak Eomma, aku butuh Renjun dan anakku. Mereka pasti membutuhkanku" Tiffany menutup matanya dan kemudian membantu Jeno membaringkan tubuhnya diatas ranjang milik Jeno.
Donghae datang disaat Jeno mulai tenang. Jeno berkali-kaki menggumamkan nama Renjun sembari menangis. Donghae tidak sendiri ia datang bersama dokter Yeri yang langsung memberikan Jeno obat penenang. Dan kemudian memeriksa Jeno bersama seorang dokter lainnya yang Yeri bawa.
"Yeri bagaimana keadaan Jeno?" Yeri hanya menghela nafas.
"Maaf nyonya sepertinya tuan Jeno mengalami sedikit depresi dan trauma akan sesuatu" Jelas salah satu dokter yang menjadi patner Yeri.
"Ah terimakasih dokter oh" Dokter itu hanya mengangguk dan berpamitan pada semuanya. Yeri hanya menatap dua orang didepannya dengan tatapan tajamnya "Apa ini masalah Renjun? Apa yang telah kalian lakukan pada gadis malang itu?" Tanya Yeri penuh selidik membuat Donghae dan Tiffany menatap Yeri tidak suka.
"Ah, kurasa Jeno sudah mendapatkan karmanya"
"Apa maksudmu kim Yerim?!" Geram Tiffany sedangkan Donghae hanya mencoba menenangkan istrinya.
"Ah...perbuatan apa yang telah kalian lakukan pada Renjun? Apa dengan memaksa gadis itu menikahi Jeno belum cukup? Ah, apa Jeno memberi tau kalian tentang pernikahan kontraknya dengan Renjun? Ap sekarang sudah waktunya?" Yeri memandang tidak suka pada Donghae dan Tiffany "apa sekarang adalah waktunya?"
"Kim Yerim!" Donghae membentak Yeri. Bukannya takut, Yeri hanya tersenyum sinis dan menepuk pelan pundak Tiffany.
"Ah....sepertinya kalian juga tidak tau siapa sebenarnya Renjun bukan? Renjun ADALAH KEPONAKANKU!! DIA ANAK WENDY EONNI!!" Pekik Yeri membuat Donghae dan Tiffany terkekeh pelan dan menggeleng tak percaya.
"Dan satu lagi, Renjun bukan jalang"
Plak!
"Dan kuingatkan padamu nyonya lee yang terhormat berhenti memanggilnya seperti itu. Bahkan anak malang itu masih belum pernah bertemu dengan ibu kandungnya sendiri"
"Yerim-ah...."
"Annyeong! Lagi pula urusan keponakanku bukan lagi urusan kalian kan? Melihat bagaimana Tiffany eonni mengatakan Renjun seorang jalang" Yeri pergi dengan aura kebencian yang menyelimuti pandangan matanya.
💚💚💚
Tambah KACAU😭😭