Langkah Yena terhenti, matanya membola saat melihat wajah yang tersenyum bahagia bersama Jeno dalam sebuah bingkai foto "Wajah itu...Wendy Eomma..." Yena terdiam. Yena bergetar, tangannya mencari tumpuan agar ia tetap bisa berdiri.
"Eomma mianhe....Eomma aku benar-benar minta maaf. Aku....aku.....telah membuat putrimu terluka" Yena berjalan mendekati gambar foto tersebut "kau bahkan sangat cantik, Eomma pasti marah saat akulah yang telah menyakitimu. Aku.. Aku benar-benar orang paling buruk dalam dunia. Mianhe.." Yena mengelus wajah cantik dalam bingkai itu.
"Eomma, wajahnya benar-benar mirip sekali dengan wajahmu. Aku..."
"Ye...Yena?" Yena menoleh menatap seseorang yang dalam keadaan berantakan menatapnya dengan tatapan.... benci? Yena menghela nafas pelan. Rasa sakit kini muncul dalam hati Yena. Bagaimana tidak sakit? Seseorang yang ia cintai menatapnya penuh kebencian padanya "Apa maumu?"
"Aku ingin bicara"
"AKU TIDAK BUTUH DIRIMU BODOH! AKU BUTUH RENJUNKU KEMBALI!!" pekik Jeno membuat Yena tersentak dan seketika air matanya mengalir deras.
"Jeno. Aku hanya ingin kau kembali seperti dulu. Tidak! Bukan untukku, tapi untuk istrimu" Jeno menatap Yena tak percaya. Namun sedetik kemudian sikap Jeno setelahnya membuat Yena duduk lemas tak percaya dan merasa sangat berdosa.
"Renjun itu kau sayang? Kau kembali?" Yena kini tau seberapa rapuhnya Jeno tanpa seseorang yang bernama Renjun itu. Dilihat dari bagaimana Jeno kini berbicara sembari berjalan menyusuri area rumah mencari sosok istrinya. Yena berjalan cepat menghampiri Jeno.
"Ah, kau tau dimana Renjun?"
Plak!
"BERHENTI MENJADI GILA! DAN CARI ISTRIMU SEKARANG JUGA!!" Pekik Yena tepat diwakah Jeno membuat Jeno sedikit kembali waras seperti halnya tadi saat bertemu Yena pertama kali didalam rumah ini.
"Kau... "
"Aku mohon" Tangan Yena menjadi satu membuat permohonan pada Jebo dengan keadaan ia berlutut didepan Jeno dengan linangan air mata yang semakin deras "Aku mohon...hiks....temukan dia....aku.....aku minta maaf atas segala dosaku....hisk....aku mohonn... Jebal..." Jeno terdiam membeku.
Apa? Dia kenapa? Dimana Renjun? Kenapa Yena bisa ada disini? Kenapa Yena menangis? Apa yang baru saja ia lakukan? Pikiran Jeno semakin bingung. Namun bebarapa saat kemudian Jeno sadar akan sesuatu. Renjunnya telah pergi.
💚💚💚
"Apa kau menemukan jejaknya?" Jeno berharap banyak pada salah satu kenalannya yang adalah seorang detektif.
"tidak Jen, aku minta maaf, setelah seminggu berlalu disitus penerbangan dan lainnya tidak ada nama Lee Renjun dalam keberangkatan dari situs pesawat, kereta api maupun bus. Juga disini Renjun menarik uang tunai pada tanggal dua belas sebelum kau mengabarkan jika ia hilang"
Jeno mengerang frustasi mendengar penuturan atas pencarian yang kenalannya lakukan "Ah, Park Renjun. Cari dengan nama itu. Aku mohom temukan istriku, did sedang Hamil anakku Hyung"
"Baiklah Aku akan mencobanya. Tapi kau tidak perlu khawatir aku telah menugaskan anak buahku untuk ini sampai Istrimu ketemu" Jeno menghela nafas pelan dan mengusap wajahnya kasar. Renjun tidak ada dirumah orang tuanya dan apa yang telah terjadi sebenarnya belakangan ini? Mengapa Yena selalu menangis saat melihat foto Renjun dan bahkan ia selalu minta maaf dengan menyebutkan kata "Eomma"
Jeno tau karena kini, Yena dan Jungkyu tinggal diapartemen Jeno yang lama. Jeno melangkahkan kakinya lelah di ruang keluarga dengan televisi yang masih terus menyala.
"Selamat malam. Ditemukan seorang wanita yang diduga menjadi sandera selama empat hari disebuah gedung kosong. Wanita ini ditemukan seorang petugas yang tanpa sengaja berjalan ke gedung tersebut dan menemukan wanita itu dalam keadaan tidak sadarkan diri. Mari kita langsung beralih ketempat kejadian
" 'Apa wanita itu selamat? Anda mengetahui inisialnya?' 'Ah dia dan bayinya baik-baik saja. Tapi rasanya aku pernah melihat wajah itu dalam sebuah majalah bisnis. Ah ya! Aku ingat sekarang bukankah dia adalah istri dari pemilik L group?'
Jeno membelalakkan matanya mendengar berita yang menyebut nama perusahaannya.
"Jeno-ya! Renjun berada dirumah sakit kita sekarang" Ucap Tiffany menyadarkan Jeno. Jeno berlari menuju mobilnya tanpa berpikir panjang. Rasa bahagia dan khawatir itu bercampur menjadi satu.
"Sayang....aku minta maaf. Aku segera datang" Jeno merapal dalam gumamannya sembari menyetir mobilnya dengan kecepatan penuh. Ia harus bertemu Renjun.
Kaki Jeno melangkah lebar menyusuri koridor rumah sakit menuju ruangan rawat Renjun. Jeno bersyukur karena salah satu dokter memberi tahukan jika keadaan Renjun baik-baik saja walau sedikit syok dan terdapat beberapa goresan ditubuhnya walau tidak terlalu parah.
Jeno menatap tubuh mungil yang masih terlelap di atas brangkar rumah sakit serta selang infus yang berada ditangan kanan simungil membuat Jeno terdiam dan menangis tanpa suara "miane...Appa minta maaf sayang" Ucap Jeno mengelus perut rata Renjun
"Jangan...Jangan!" Renjun bangun dengan nafas yang tersenggal-senggal. Jeno memeluk Renjun berusaha menenangkan Renjun yang baru saja terbagun dari mimpi buruknya.
"Je...Jeno?"
"Iya ini aku sayang" Ucap Jeno mengelus puncak kepala Renjun lembut namun berbeda dengan Renjun yang malah diam seketika, nafasnya kini mulai teratur.
"Pergi"
💚💚💚
😭😭😭