Renjun dan Jeno pulang ke rumah orang tua Jeno, percakapannya dengan Yena membuat hati Renjun sedikit terbuka kembali pada Tiffany. Semuanya salah paham. Itulah kenyataan yang membuat Renjun selalu tidak pernah mendapatkan sebuah ketulusan.
Seulgi Eomma, Kau benar-benar melajukan putrimu yang cantik. Dan Eomma, Kay mengajari Yena Eonni dengan ketulusan yang selali Aku harapkan. Tapu Aky bersyukur, Karena kalian rekah mengirimkan Yena Eonni untukku.
Apaaan kenapa Jeno membawa Renjun pulang kerumah orang tuanya karena semua untuk keselamatan Renjun dan bayi yang sekarang ada dalam perut Renjun. Sebenarnya selama di rumah sakit Renjun sempat di teror hanya saja, Jeno mencoba menutupi semua agar Renjun tidak stress.
"Jen..kau melamun?" Jeno mengerjapkan matanya berkali-kali dan itu terlihat sangat lucu bagi Renjun, namun Renjun menekannya "Apa yang kau pikirkan?" Jeno menggeleng pelan dan tersenyum. Jeno mengusap pelan puncak kepala Renjun dengan lembut.
"Kita istirahat ya, kau pasti lelah" Ajak Jeno merangkul tubuh kecil Renjun.
"Sayang, makanlah dulu....Eomma sudah siapkan makanan untuk kalian" Jeno menfangguk begitu juga dengan Renjun yang juga mengangguk lirih serta senyuman kecil. Entah, rasanya masih canggung untuk berbicara pada Tiffany.
Setelah makan Jeno dan Renjun beranjak pergi ke kamar Jeno. Kamar Jeno sebelum menikah. Renjun menatap kamar yang tersusun rapi dengan tema abu-abu yang manly.
Aroma paper mint yang masuk kedalam indra penciuman Renjun membuat Renjun sedikit nyaman dan tenang "Sayang istirahatlah, aku akan ke bawah sebentar untuk mengambil berkas-berkas yang ada di bawah"
Renjun mengangguk dan merebahkan tubuhnya saat Jeno keluar dari kamar.
Renjun benar-benar lelah. Katakan saja pikirannya masih pada apa yang Jeno sembunyikan, Renjun terlalu pintar untuk mengetahui apa yang Jeno sembunyikan selama ia di rumah sakit.
Jeno tau, dan sekarang Renjun benar-benar takut akan apa yang selal ada di bayangannya yang begitu menyeramkan. Suara tawa wanita yang menyekapnya saja Renjun selalu ingat.
Tuhan....jika suatu saat aku tidak selamat. Maka selamatkanlah anakku.
💚💚💚
Jeno tersenyum karena pertama yang ia lihat saat ia membuka mata di pagi ini adalah wajah cantik istrinya yang sedang terlelap "Aku mencintaimu Renjun-ah" Jenoo mencuri kecupan dibibir Renjun. Merasa tidak ada respon dari Renjun yang terlelap Jeno mengulangnya secara berulang kali hingga meembuatnya mendapatkan sebuah tamparan dipipinya.
Tidak keras hanya terasa sedikit perih "Berhenti Lee Jeno. Atau nanti malam kau tidur di kamar tamu" Jeno mencebikkan bibirnya sejenak sebelum menarik Renjun kedalam pelukannya dan itu membuat Renjun bangun dan meronta minta dilepas.
"Diamlah. Tanganku benar-benar rindu mengurungmu dalam pelukanku"
"Ya ampun Jeno. Lepas! Aku masih mengantuk" Geraman Renjun hanya dianggap angin lalu oleh Jeno yang kini malah meneluspkan wajahnya di ceruk Renjun dengan mata terpejam.
"Bukankah aku pernah mengatakan jika tanganku asih sanggup memelukmu aku tak akan pernah melepasnya?"
"Aishhh.! Sepertinya malam nanti kau harus tidur di kamar tamu" kesal Renjun berusaha menjauhkan kepala Jeno darinya. Renjun mulai geli karena Jeno mulai menggesek hidung mancungnya di leher Renjun.
"Itu tidak akan terjadi Nyonya karena hari ini juga, aku akan mengurungmu di bawahku dan membuatmu mendes....AW!" Jeno menjerit saat sisi perutnya terasa sakit karena Renjun mencubitnya dengan sangat keras. Jeno meringis memegangi bagian perutnya.
"Sudahlah aku mau mandi, aku harus membantu bibi Oh untuk menyiapkan makanan" Ucap Renjun sambil menggelung rambutnya asal-asalan.
"Ya ampun Renjun sayang....bisakah kau tidak menggodaku? Aku sekarang benar-benar ingin menerkammu sekarang" Rengek Jeno sembari menggigit ujung sisi bantalnya dengan geraman, bukan geraman hanya saja itu adalah gairah yang harus Jeno tahan.
Renjun menoleh dan memberikan Jeno tatapan tajam. Jeno hanya menghela nafas pasrah dan kembali menelungkupkan kepalanya dengan pasrah. Jeno yang merasakan pergerakan disampingnya mengangkat wajahnya.
Nafasnya benar-benar tercekat saat ini. Bagaimana tidak? Apa yang sebenarnya Renjun lakukan? Renjun tersenyum manis "Sayang kau....."
"Oh, tidak jadi ya? Ya sudah aku ganti baju...."
"Eitss jangan!" Jeno menarik Renjun kembali keatas ranjang dan mengurung Renjun dibawahnya. Bibir Renjun terasa begitu lembut dipagi hari. Siapa yang tidak tergoda dengan Renjun yang mengganti piyama kudanil putih gendut itu dengan jubah tidur yang tipis, tanpa lengan dan juga pendek, bahkan sangat pendek.
"aku harap kau pelan-pelan karena aku ingin dia baik-baik saja"
"Pasti sayang.." Setelah mengucapkan itu, Renjun benar-benar pasrah dibawah gagahnya Jeno yang bergerak dengan lembut. Bahkan rasanya Renjun kembali pada masa saat pertama ia melakukannya pertama kali dengan Jeno. Ia sangat ingat, Jeno memperlakukannya dengan lembut seperti saat ini.
"Ah..terimakasih sayang" Jeno telah selesai, ia tidak akan memaksa Renjun untuk melakukannya lagi meski ia ingin. Jeno tidak ingin Renjun kelelahan karena permainannya, Renjun memeluk Jeno. Menyatukan kulit mereka yang sama-sama telanjang.
"Aku mencintaimu"
Aku juga mencintaimu. Bahkan aku telah jatuh padamu Jeno-ya, Rasanya begitu berat. Hanya saja aku masih takut. Kali ini bukan takut kehilanganmu, tapi aku takut kita akan berpisah karena keadaan kita saat ini. Keadaan dimana aku sendiri tidak tau kapan peneror itu membunuhku.
Maaf.
💚💚💚
Maaf bangt aku baru up.
Udah up-nya makin gak jelas lagi😭
Maafin aku😭🙇🙏