Part 20

9 4 3
                                    

sepertinya, kalian tau cara menghargai karya seseorang. tinggal kan jejak dan buat lah simbiosis mutualisme diantaranya.

Happy Reading










Malam itu benar - benar terlalu mengejutkan untuk seorang Gadis berusia 16 itu. Ia tidak pernah menyangka bahwa Refan berada dihadapannya tadi.

Yang paling ia tidak tahu adalah, Refan adalah Regan itu sendiri. Entah sejak kapan gadis itu tidak teliti dengan itu? Apakah ia terlalu tidak peduli dengan sekitarnya?

Sejak bertemu dengan Regan semasa pengenalan lingkungan sekolah sekitar 9 bulan yang lalu, ia melihat sosok Refan disana. Tapi yang ia tahu, laki laki yang berada dimasa lalunya itu sudah pergi jauh ke negeri orang dengan bekas luka.

Dan bisa - bisanya Elang menyimpan rahasia itu?

Tubuh yang masih terbalut baju sekolah itu menarik selimut hijau untuk menutupi semua bagian tubuhnya. Ia menutup matanya erat berusaha untuk sadar dengan keadaan. Hatinya masih perih dengan kenyataan bahwa Refan memantaunya secara langsung sejak dulu.

Ia teringat bagaimana anak laki - laki itu pergi dengan lenggangnya pergi jauh dan menyisakan bekas yang kini belum pulih sepenuhnya. Sama halnya seperti Luka yang belum pulih kembali disentuh.

Iya, Sakit.

Dibalik balutan selimut itu, Sheila mengacak rambutnya sendiri frustasi dengan perasaannya. Ia punya Heri sekarang, harusnya luka itu sudah sembuh bukan?

"Sheil? Kakak boleh masuk?"

Gadis itu langsung duduk merapikan rambut yang sempat ia jabak tadi. Ia tidak ingin terlihat buruk di depan kakaknya. Ia melihat Laki laki yang usianya 7 tahun lebih tua darinya bersandar di dinding yang tidak jauh dari pintu tengah menatapnya.

"Loh? Gue belom ada iyain lo masuk."

Simon berjalan mendekat dan duduk di pinggir kasur adik perempuannya seakan tidak mendengar apa yang barusaja adiknya itu tuturkan. "Lo kenapa?"

"Gue? Gue engga kenapa - kenapa."

"Jangan bohong, gue tau."

"Apaansi lo? Nyebelin banget. Keluar gih."

Sheila berusaha mendorong tubuh anak laki laki itu dengan bantal panjangnya agar segera keluar dari kamarnya. Kesambet apaan kakaknya ini tiba - tiba bertanya. Simon bahkan tidak tahu permasalahannya.

Hari ini, Simon mampir kerumah sang Papa karena disuruh sang istri untuk mengantarkan makanan untuk Robert sekaligus mengantar baju Sheila yang ketinggalan dirumah. Saat Simon tidak menemukan adiknya itu di ruang tamu, akhirnya ia bertanya pada Bi Isah.

Ia terkejut ketika Bi Isah menjelaskan bahwa Sheila pulang dalam keadaan tidak ada semangat hidup saat diantarkan kekasihnya. Bisa Simon simpulkan bahwa dia sedang badmood mungkin.

Makanya, saat ini dia berada dikamar adik yang selalu ia jaga dengan baik selama 16 tahun ini. Ia tidak pernah membenci adik perempuannya ini walaupun, karena anak perempuan ini lah yang membuatnya kehilangan sosok penting dalam hidupnya.

Ia tidak pernah menceritakan bahwa kematian sang mama adalah karena melahirkan gadis yang kini tumbuh besar tanpa belaian sang ibu. Yang gadis itu tau, sang Mama punya penyakit yang membuatnya kritis setelah gadis itu berusia 5 minggu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 12, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Tentang Perasaan KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang