Part 7

28 10 2
                                    

Jangan jadi pecundang. Jika kau ingin memilikinya, berjuang lah. Jangan lukai seseorang hanya untuk seseorang.
-unknown

🐻🐨🐻🐨

"Kamu ngga kenapa kenapa kan Sheila? kenapa kamu bisa nyasar?" tanya suara bariton yang terdengar lemah. Sheila menceritakan semua yang terjadi saat itu didepan Papa nya, kakak laki laki nya, dan kakak ipar nya. Ia tidak mau membuat banyak orang khawatir karena ia hilang ditengah hutan.

Robert mengangguk paham dengan apa yang diceritakan oleh anak gadisnya itu. Ia tersenyum dan mengelus pelan pundak Sheila dan mengganti pandangannya ke arah pasangan suami istri itu.

"Kalian tampak serasi."

Sheila hanya mengangguk, sedangkan Simon dan Maudy hanya tersenyum. Mereka tau, Robert bermaksud sesuatu.

"Iya Pa. Papa yang menjodohkan Simon dengan Maudy. Dan setelah saling mengenal, Simon senang papa menikahi Maudy dengan Simon."

Robert tersenyum sekilas. "Papa juga ingin Sheila seperti kalian."

Kalimat tersebut berhasil membuat mata Sheila membulat. Papanya kembali mengungkit masalah perjodohan bodoh itu.

"Papa pengen Sheila juga bahagia seperti kalian." lanjutnya.

Simon dan Maudy saling bertatapan. Sedangkan Sheila masih bungkam. "Kamu mau kan nak?"

"Papa, Sheila punya pilihan!" tegasnya bermaksud menolak.

"Sheila tau, kak Simon sama Kak Maudy serasi karena perjodohan Papa itu. Tapi Sheila ngga mau dijodohin pa. Sheila mau sheila yang memilih buat masa depan Sheila sendiri. Papa tau, Sheila sama kak Simon itu berbeda. Kak Simon laki laki. Perasaan nya beda sama Sheila! Sheila ngga akan pernah terima perjodohan papa!"

Ia rasa sudah seharusnya ia menolak mentah mentah tentang perjodohan bodoh ini. Sheila tau, hasil perjodohan Simon dan Maudy itu sungguh berhasil. Tapi Sheila benar benar ingin ia yang memilih masa depannya sendiri tanpa paksaan dari manapun.

"Sheila, lihat lawan bicara lo!"

Robert hanya bungkam. Sifat keras kepala Astrid turun ke putrinya ini. Di kepala hanya terpikir bagaimana caranya Sheila terbujuk untuk melakukan perjodohan ini.

"Papa paham Sheila. Kamu masih kelas sepuluh, masi ada waktu kamu mengenal dia sebelum lanjut ke hubungan yang lebih." lanjut Robert untuk berusaha tenang.

Sheila menggeleng cepat. "Nggak Pa. Sheila ngga akan mau!"

Seharusnya Sheila tadi tidak emosi seperti ini, tadi ia hanya ingin meminta maaf karena telah hilang di hutan. Tapi ternyata Robert mengungkit kembali tentang perjodohan itu pada Sheila. Yang ia tau Sheila sangat membenci perjodohan.

Sheila langsung beranjak dari Kamar Robert meninggalkan kedua kakaknya dan papanya yang diam di sana.

Sheila menutup pintu kamar nya kuat, dan melemparkan tubuhnya di atas kasur king size hitam miliknya.

"ARGHHHH! SUMPAHH! GUE BENCI DIRI GUE SENDIRII!"

Ia memaki dirinya sendiri dan menenggelamkan wajahnya di atas bantal miliknya.

Sheila berusaha meraba-raba kasurnya guna mencari benda pipih berwarna hitam miliknya itu. Setelah menemukannya ia segera membuka kunci ponselnya dan melihat banyak notifikasi dari aplikasi Line itu.

Ia membuka chat salah satu nama yang tertera disitu.

175 chat belum terbaca, 59 panggilan tidak terjawab.

Tentang Perasaan KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang