Cerita Tak Berjudul

18 2 0
                                    

Dear Macha,

Terimakasih karena sempat mengajakku berjalan beriringan, menikmati semilir angin di sore hari, memandangi jingga yang menyilat indah sembari memejamkan mata perlahan.

Terimakasih pernah mengajariku banyak hal yang sangat indah, bahkan pelangi bisa cemburu dengan keindahan yang pernah kau ajarkan.

Kamu adalah manusia baik sekaligus berselimut mendung yang pernah Tuhan perkenalkan padaku, membawaku terbang seolah langit selalu biru hingga aku lupa, kamu sendiri lah yang membawa mendung itu.

Kau tau?
Ketika kita berjalan beriringan aku sangat bahagia karena pada akhirnya aku menemukan manusia seindah dirimu, hingga aku lupa ada kabut tebal yang sedang menghadangku.
Sebelum akhirnya kamu memutuskan meninggalkanku di ujung lorong itu, menyiksaku dengan segala memory kelam yang pernah kita lalui bersama. Pernahkah kamu membawaku dalam rencana perjalanan mu selanjutnya?
Karena bagiku, kamu selalu ada dalam rencana perjalananku selanjutnya, di bumi, di mahsyar, di dalam firdaus kita.

Telepas dari pikiranku yang selalu berkutat tentangmu, sampai detik ini aku masih bertanya. Setelah 2 tahun Tuhan meninggalkanku dalam hampa, membiarkanku bermain hanya dengan nuraniku saja, berfantasi dengan fatamorgana, mengapa tiba-tiba Tuhan hadirkan kamu?
Lantas Tuhan tarik kembali momen indah itu?
Untuk apa? Supaya aku terluka? Masih belum puas memberiku pelajaran pahit itu?

Bukankah selama ini aku sudah terlalu kuat untuk menjalani semua ini sendiri? Bukankah tiap malam aku selalu berdoa, lebih baik biarkan aku sendiri selamanya daripada mematahkan aku untuk yang kesekian kalinya?

Aku lelah, Tuhan. Aku lelah!!
Aku lelah dengan ciptaanmu, dengan jalan takdir yang engkau gariskan, dengan segala hal yang terjadi dalam hidupku.

Sejujurnya aku tidak pernah menyesal, aku hanya lelah berpura-pura baik2 saja.

Untukmu AkhiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang