Jodoh dalam mimpi

9 1 0
                                    

Allah, sesungguhnya aku sangat membenci mimpi ini.
Demi Allah aku tidak ingin diberikan mimpi seperti ini lagi.
Ini sudah kedua kalinya aku bermimpi seperti ini.

Dalam mimpi tersebut diceritakan perjalanan hidupku yang penuh dosa.
Aku menjalin hubungan dengan banyak laki laki, aku melukai hati banyak laki laki, hingga seorang lelaki yang terluka karena aku dan memilih untuk menghilangkan nyawaku.

Anehnya, dalam kondisi hampir meninggal yang kuingat dalam pikiranku hanya permohonan maaf pada Allah atas segala dosa dan permintaan kesempatan untuk hidup kembali dalam kondisi yang dekat denganNya dan sudah dipertemukan dg jodohku.
Seburuk buruk kematian adalah kematian seseorang yang belum menikah. Itu adalah ingatan terakhirku sebelum semuanya menjadi gelap.

Entah kenapa dalam sakarotul mautku ketika dihantam batu besar di kepalaku, aku menangis. Bukan karena akan mati, tapi karena betapa meruginya aku yang tidak mampu menyempurnakan agama Allah.

Entah apa yang terjadi, seketika semuanya menjadi gelap.
Mimpiku masih berlanjut, tapi tiba2 semuanya gelap dan bayangan2 kehidupanku berjalan sekilas di ingatan.
Ada ibuku yang menangis mencariku, ada seorang lelaki baik yang pernah kulukai membantu menyelamatkan nyawaku, ada banyak tetangga yang sibuk menenangkan keluargaku.

Kemudian semuanya gelap dan tak ada lagi memory singkat.
Tiba tiba mataku terbangun sudah dalam kondisi cantik, sudah memakai riasan.
Aku mendengar lantunan al-Quran (qori').
Kemudian aku mendengar suara seorang  lelaki paruh baya memberikan sambutan.
Aku juga mendengar ijab qabul dari seorang lelaki muda yang kukenal.

Pelan pelan mataku terbuka dan aku nelihat semua orang bahagia mengerumuniku,
Aku terbangun dari koma panjangku setelah ditemukan dalam kondisi terluka dan hampir tewas.

Seorang lelaki muda tiba tiba mendekatiku, aku mengenalnya.
Laki laki yang terakhir kali mencintaiku dengan tulus, yang tampan,yang bersinar, yang sholeh, yang tidak malu dengan segala kekuranganku, tapi kulikask dengan begitu dalam.
Dia tersenyum manis sembari mengangkat kepalaku dalam baring2 tidurku, hanya 1 kata yang dia ucapkan, "istriku".

Seketika itu aku terbangun, menangis dan tidak tau harus berbuat apa.
Aku melihat tubuhku terbalut busana yang sopan, rapi dan menutup aurat.
Aku kembali menangis, sejak kapan aku sudah berpenampilan seperti muslimah?
Aku menangis sembari bersyukur tiada tara.
Kini, aku seorang istri.

Selesai acara pernikahan kami dan semua orang pun pulang.
Yang kuingat, aku duduk di ruang tamu bersama ibu mertua, ayah mertua yang seorang bupati bernama Kiggy, adik ipar yang masih SD bernama Voeina dan suamiku yg tampan.
Dia tidak berani menyentuhku, begitu juga denganku.

Aku membantu ibu mertua mengajari adik belajar, aku bahagia kala itu.
Aku bercanda dan tertawa bersama Voeina.
Hingga suamiku mendekat pada kami, dan tiba tiba aku menyandarkan daguku pada pundaknya.
Itu seperti pertama kalinya aku melakukan hal romantis seprrti itu dengan laki laki.
Tangannya gemetar, dia meletakkan bahunya di pahaku, jemarinya menggenggam jemariku.
Tangan kami sama2 gemetar karena malu, kami belum pernah sedekat ini.
Lalu senyum kami pun bertemu.

Aku bersyukur tiapa tara karena diberi kesempatan untuk tetap hidup dengan sehat, menjadi perempuan yg lebih baik lagi dan diberi kesempatan untuk berperan menjadi istri.

Tiba2 adik sepupu dan keluargaku datang membawakan 4 buah camilan. Aku membanginya untuk ibu mertua, adik ipar, ayah mertua dan suamiku.
Aku mengalah untuk tidak memakan camilan itu, tapi dengan sigap suamiku menyuapiku. Dia berkata, "kita bisa makan ini berdua".

Kemudian aku tersadar dari mimpi sempurna itu.
Demi Allah aku menangis, aku sudah sadar tapi belum terbangun dari tidur.
Aku menangis sesenggukan hingga air mata membanjiri pipiku berulang-ulang.

Demi Allah aku membenci mimpi seperti ini.
Aku melihat jam, pukul 2 dini hari.
Aku masih belum bisa menghentikan tangisanku.

Memang, aku selalu menangis jika bermimpi bertemu jodoh yang sempurna.
Karena aku menyadari, aku tidak sempurna, aku tidak baik secara fisik dan materi, aku pun bukan perempuan sholihah.
Tidak mungkin ada lelaki sesempurna dia akan menjadi suamiku.
Kalaupun ada, kapan?
Bukankah ini sungguh tidak mungkin?
Kenapa aku harus dihadirkan mimpi seperti itu seolah hanya ingin menertawai hidupku?

Apakah aku terlalu munafik dengan selalu berkata, aku baik baik saja hidup sendiri.
Aku bisa tanpa laki laki.
Apakah aku terlalu sombong didepan Allah?

Allah, maafkan aku yang masih bergelimang dosa.

27-04-2023
02.30

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 26, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Untukmu AkhiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang