Untukmu Akhi

Kedatanganmu

Mungkin semua memang sudah berakhir seperti menghilangmu tahun lalu, akhi.
Tapi entahlah, terkadang aku masih ingin sekali menyebut namamu di kala rindu.
Meski kutahu, rindu ini tak lebih hanya sebuah ilusi yang kubangun sendiri.
Aku pun tak tahu, apa Allah memperbolehkannya.

Tapi kemarin dan hari ini, sejak setahun lamanya ku tahan rindu ini hanya untuk kuceritakan padaNya.
Entah apa yang Allah rencanakan, saat aku selalu menenangkan diriku bahwa, jodoh adalah perihal perjuangan 2 hati, bukan 1 hati.
Dan kamu datang kembali, meski tidak seperti saat pertama kali.
Tapi itu mampu menutup rinduku
Mungkin ini dosa besarku.
Tapi setidaknya tidak kukatakan perihal rinduku, yang kita bahas tidak lebih hanya perihal pekerjaan yang kebetulan kita tekuni bersama.
Kamu bertanya tentang sesuatu yang tidak kamu pahami dan aku berusaha menjawab sebaik mungkin.

Akhi,
Aku tau, tak pantas untukku berdoa tentangmu.
Aku hanya perempuan biasa, aku hanya mengaji sebisaku tanpa mengetahui maknanya dan tanpa menghafalnya.
Berbeda denganmu yang luar biasa, aku menyadari setiap kekuranganku yang tak pernah mampu ku tutupi.
Maafkan aku, jika terkadang kala merindukanmu, aku harus mengirimkan alfatihahku untukmu sebagai peredam rasa rinduku.
Karena aku sendiripun taktahu bagaimana caranya menuntaskan rindu ini.
Karena menikah denganmu, bagiku adalah sebuah mimpi menggapai langit.

Terimakasih, akhi.
Sudah datang kembali meskipun dengan wajah baru.
Terimakasih sudah bersedia membahas pekerjaan ini bersamaku.
Mungkin bagimu hal ini biasa, tapi bagiku yang kian lama menahan rindu, ini adalah sebuah anugrah.

Tapi percayalah, akhi.
Tak sedikitpun aku memaksa Allah untuk menjodohkanku denganmu.
Sama sekali tidak, aku hanya berdoa semoga istrimu kelak adalah wanita shalihah, penghafal Alquran dan menjadi ibu terhebat yang mampu membuat anakmu menjadi Hafidz.
Percayalah, aku berdoa sembari mengusap genangan embun di ujung mata.
Karena aku percaya takdir Allah pasti sangat indah.