Mujahidah Cinta

1.4K 33 0
                                    

Oleh : Safa Muara

Akhi,
Hari ini orang tuaku menanyakan tentang kabarmu.
Seorang ikhwan yang pernah mengatakan akan bertemu mereka pada hari yang sudah terlampaui.
Seorang ikhwan yang pernah menjanjikan akan membawa putrinya menuju jalan surga.

Akhi,
Aku berusaha menjawab semampuku, tidak menjatuhkan namamu, juga berusaha tidak mengecewakan mereka.
Tapi akhi, ada yang tersirat dalam kebisuan yang aku perankan.
Mungkin aku bisa merangkai kata satire dihadapan mereka.
Tapi realita tak pernah mampu menyembunyikan kebohongan.
Keadaan ini telah memaparkan semuanya.

Akhi,
Aku hanyalah seorang mujahidah cinta yang berusaha untuk berhenti pada perjuangan yang tidak pernah ku ketahui ujungnya.
Aku hanyalah seorang mujahidah cinta yang terombang ambing akan rasa yang pernah Allah titipkan.
Ini adalah pilihan yang wajib aku pilih dari sisa sisa ketetapanmu.
Aku ingin akhiri segala hal yang terjadi di masa lampau dan yang tidak pernah berlanjut ke masa sekarang.
Karena aku menyadari, bahwa kepergianmu .. Mungkin bukan karena "keinginanmu untuk menjaga imanmu".
Tapi kepergianmu adalah karena ketidakmauanmu terhadapku.

Akhi,
Aku menyadari betapa aku merasakan kekecawaan yang mungkin .. tidak bisa kusebut sebagai kekecawaan.
Karena hal ini sudah ditetapkan, bahkan sebelum aku dilahirkan.

Aku tau akhi,
Ini hanyalah perihal ketetapanNya.
Tentang takdir yang tak mungkin bisa ku rubah.
Tentang angan angan kecil yang selalu aku semogakan.
Tentang sebuah rasa yang Allah titipkan dan ingin kupertanggung jawabkan.
Tentang sebuah asa yang menjadi nestapa.
Hanya saja, aku lupa bahwa apapun yang terjadi tidak ada yg terlepas dari takdirNya.

Akhi,
Hari ini aku putuskan untuk berhenti menyebut namamu dalam setiap bait doa sujud suciku.
Hari ini aku akan berhenti memimpikan suami shaleh sepertimu.
Hari ini aku akan berhenti berharap anak anakku kelak dapat belajar ilmu agama denganmu.
Aku akan akhiri semua harapanku.
Aku menyadari satu hal, bahwa harapan terbaik seharusnya digantungkan hanya pada Allah, bukan pada makhlukNya.

Akhi,
Ketika adzan dan hujan aku akan berhenti menyebut namamu.
Bukan karena aku tidak percaya kekuatan doa dari kedua waktu itu.
Tapi karena aku takut terlalu berharap (lagi) pada hambaNya yang menyebabkan imanku goyah berkali kali.

Selamat tinggal rasa ..
Pergilah bersama asa yang pernah kucipta ..
Jangan hadirkan lagi nestapa pada setiap harapan dan doa ..
Aku ikhlas jika harus kembali pada indahnya penantian dalam istiqomah.

Allah,
Jika kelak cinta dari seorang pemuda mengetuk ngetuk pintu hati.
Ajarkan hamba seperti fatimah yang mencintai Ali dalam sunyi,
Dalam rasa yang tersembunyi.
Lalu doa doa yang terpanjat dalam tepian malam itu akhirnya terijabah.
Dan menyatukan cinta kami dalam ikatan suci lagi berkah.

Ya Allah,
Usaikanlah perasaan ini sama seperti saat Engkau mengusaikan hujan ketika pelangi mulai menyembul di permukaan.
Tegurlah hatiku ketika aku merindukannya.
Ingatkan aku, bahwa Engkau adalah dzat yang maha cemburu.

                                -End-

Untukmu AkhiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang