Irene mulai mengabsen tiap mahasiswa sampai pada nama seorang mahasiswa.
"Jeon haru?" Ia mendongak mencari keberadaan si pemilik nama dan ia tak menyangka seseorang yang ia kenal mengangkat tangan.
Dia jeon haru yang tinggal di rumah kost yang sama dengan nya. Yang ia yakin adalah tampilan haru yang selalu mengenakan masker.
"Tolong atribut yang tak sesuai di copot termasuk masker mu." Pinta irene yang memang tak suka mahasiswa nya berpenampilan berlebihan di kelasnya. Ucapan irene itu pun menarik perhatian mahasiswa lain yang melihat ke arah haru.
"Saya flu bu." Haru beralasan.
"Kalau kamu flu harusnya kamu istirahat dan ke dokter bukannya kuliah." Tegur nya.
Dengan sangat terpaksa haru pun melepas maskernya, lalu seluruh kelas pun riuh ramai membicarakan haru.
Satu kalimat sampai ke telinga irene. "Simpanan nya penyanyi tuh."
Irene pun beralih melihat haru yang tak nyaman di lihat oleh semua orang di kelasnya.
"Semuanya perhatikan ke depan." Tegur irene keras membuat semua mahasiswa nya mau tak mau fokus dengan materi kuliah nya.
Irene jadi merasa bersalah, hal itu pasti sangat tidak nyaman untuk haru.
Beberapa mahasiswa nya mencuri-curi kesempatan untuk dapat memfoto wajah haru, dan haru dengan berbagai cara menutupi wajahnya.
.
.
.
Haru pulang lebih dari jam 11 malam, di ruang tengah sudah ada rose, jennie dan irene yang masih asik mengobrol.
"Baru pulang?" Sapa irene.
"Iya kak." Haru hendak menuju kamarnya.
"Kaya nya kamu emang suka kelayapan ya?" Celetuk jennie.
Haru pun berhenti lalu melihat ke arah jennie.
"Ini rumah bersama kamu harusnya mengerti itu." Tegur jennie.
"Maaf." Haru hanya membungkuk meminta maaf lalu pergi ke kamar nya.
Sepeninggal haru rose pun membuka suara.
"Kok dia gak pernah lepas masker ya? Masak flu sampai berhari-hari."
"Ya mungkin belum sempat ke dokter je."
"Bisa jadi sih tapi mba rene pernah denger gak pas si haru lagi teleponan di kamar mungkin lagi ngobrol sama siapa?"
"Gak tuh, emang kenapa?"
"Cuma ya mba, beberapa hari yang lalu aku denger dia lagi teleponan gitu tapi bahas nya uang sama tante, dia.." rose menduga-duga.
"Hus gak boleh ngomong gitu."
"Bisa jadi aja kan mba, toh dia sering pulang larut malam begini padahal sudah ada aturan nya." Pendapat jennie
"Ya mungkin memang ada keperluan."
"Keperluan kok tiap hari."
"Iya juga tuh mba, yang lain mulai curiga gitu jangan-jangan dia itu.."
Belum selesai rose berbicara tiba-tiba haru keluar dengan tergesa-gesa.
"Iya tan, ini aku lagi mau jalan, tunggu aku di hotel." Haru hendak membuka pintu lalu menoleh ke arah ruang tengah membungkuk meminta maaf pada yang ada disana baru lalu ia benar-benar pergi.
"Itu haru?" Rose terperangah setelah melihat wajah haru keseluruhan tanpa masker menutupinya.
"Dia keluar dari kamar sebelah mba rene jadi siapa lagi kalau bukan dia." Jennie terlihat acuh.