"kakak." Pintu ruang BEM terbuka memperlihatkan karina yang akan menghampiri sang kakak. "Gimana tadi?" Tanya nya.
"Sudah kakak handle cuma kakak gak tau kedepannya dia masih deketin kamu atau gak."
"Makasih ya kak." Karina berpikir sejenak. "Tadi kakak nya yang bela aku datang gak?"
"Gak tau tuh, cuma tadi ada idol gitu, mungkin dia kakak nya." Duga irene.
"Oh.." pikir karina menerawang ke malam kemarin segerombolan idol datang ke rumah sakit, mungkin saja salah satu nya adalah kakak alexa.
"Cie adek kakak udah mulai suka sama orang nih." Goda irene.
"Apa sih kak?"
"Harusnya yang bela kamu datang tadi jadi kakak tau calon adik ipar kakak seperti apa."
"Kakak apa sih.." karina malu.
"Yang biasanya bawelin kakak nya soal cinta-cintaan sekarang ngerasain sendiri." Irene menepuk pucuk kepala adik nya. "Pacaran boleh tapi ingat pendidikan."
"Iya kak."
"Ya udah kakak pergi dulu ya. Secepatnya kamu kenalin dia ke kakak." Irene pun pergi meninggalkan karina.
Karina ingin masuk ke ruang BEM lalu teringat sesuatu.
"Lexa.." ia pun memutar arah menuju ruang konseling.
.
.
.
"Kakak." Pintu ruang konseling terbuka.
"Dia adik saya." Ucap si wanita muda yang duduk di sana. "Pipi nya memar besar, sudut bibirnya sobek dan perutnya memar karena di tendang." Jennie menatap tajam jonathan.
"Salah dia kenapa menghalangi jalan ku." Jonathan tak mau di salahkan, persis ayah nya.
"Oh salah adik ku?" Jennie berdiri menatap selangkangan Jonathan.
"Kak.."
Buk.
Satu tendangan lolos mengenai kaki jonathan.
"Akh.."
"Kakak.." alexa merangkul jennie takut jika jonathan akan berlaku kasar pada sang kakak.
"Heh apa-apaan kamu." Bentak ayah jonathan dengan menuju jennie.
"Brengsek.." Jonathan menarik kerah jennie.
"Salah mu ada di pandangan ku." Jennie menatap tajam jonathan.
"Cih pelacur.." tangan Jonathan yang bebas siap menampar jennie.
Alexa menepis tangan jonathan, menarik kerah nya lalu mendorong kembali kerah jonathan membuatnya tercekik.
"Jangan. Pernah. Sentuh. Kakak. Ku." Marah alexa.
"Lihat, apa salah jika adik ku membela?" Tunjuk jennie enteng. "Jika anda orang tua yang baik, anda pasti bisa mendidik nya dengan benar bukan hanya memberinya uang dan sekolah yang tinggi untuk berkembang sendiri." Hardik jennie.
"Nak lepaskan teman kamu." Pinta dosen melerai alexa dan jonathan.
Alexa melepaskan nya, ia kembali mendekati jennie, menjaga si kucing betina itu.
"Saya sudah mengurus ini di kepolisian.."
"Apa yang anda.." sang ayah geram.
"Tenang pak. Dingin nya ubi penjara tak akan membunuhnya."
Sang ayah melihat geram jennie dan anak nya bergantian. Ia menghela nafas kesal.
"Aku akui anak ku bersalah, jangan bawa ini ke ranah hukum.." ia menunduk memohon pada jennie.