6. BBM | Bekerja Untuk Mencintaiku

3 0 0
                                    

Warning! Cerita ini mengandung unsur dewasa. Diharapkan kebijaksanaan pembaca.

HAPPY READING, BABY!

***

"Ya, masuk!"

Aril masuk di ruangan CEO atasannya. Dia tidak ingin bertemu dengan laki-laki itu. Seharusnya dia tidak bekerja khusus CEO Ricky. Melihatnya saja, kejadian malam tadi membuatnya frustrasi.

Sungguh memalukan.

"Kau darimana saja?"

"Oh, aku mampir minum kopi sebentar tadi Pak,"

"Sebentar katamu?"

"Maaf Pak,"

"Kenapa engkau terus menundukkan kepalamu didepanku?"

Aril mengangkat sedikit kepalanya. Namun tidak menatap CEO yang berkharisma di depannya.

"Jam berapa sekarang? Huh?"

Ricky meninggikan suaranya melihat Aril tidak berkutik dan memandang kearah lain.

"Apa yang engkau tatap? Aku yang bicara denganmu. Bukan dinding itu!"

"Maaf Pak,"

"Maaf katamu?" sergah Ricky.

Suasana hatinya saat ini sangat buruk. Bagaimana tidak tadi pagi wartawan membuat keributan hingga membuat di sebagian tempat kaca rusak. Sebenarnya itu bukan permasalahan yang berat. Hanya saja Ricky tidak suka dengan yang namanya keributan.

Kemudian, Ayahnya-Ridwan menelpon untuk membereskan masalah skandal di perusahaannya.

Ditambah lagi gadis yang di turunkannya di persimpangan jalan dekat perusahaannya. Baru tiba jam 11 siang. Dia hanya mampir minum kopi. Apakah ini bisa dibenarkan?

"Maaf Pak," Aril menggumam kata itu. Hanya kata 'maaf' yang bisa dia lontarkan. Meski sebenarnya dia menyadari atasannya itu sedang dalam suasana hati yang tak baik.

"Bersihkan ruanganku, aku tidak suka ruangan yang berdebu," ujarnya meninggalkan ruangan.

Aril dengan cepat melakukan tugasnya. Biar atasannya itu tidak mengamuk terus.

"Telepon manajernya Alvian agar mereka datang ke ruanganku."

"Baik Pak,"

Secepatnya, Karen menelpon manajernya Alvian untuk menemui CEO langsung di ruangannya.

"Ray, bagaimana menurutmu skandal yang disebabkan oleh Alvian?"

"Skandal semacam itu, tidak pernah di tanggapi oleh wakil direktur tepatnya Ric! Tapi karena engkau datang kesini untuk menanyakan solusinya, maka saranku, keluarkan trainee itu."

Solusi dari Ray simple memang, ntah kenapa Ricky percaya untuk saat ini. "Thanks sarannya," ucap Ricky yang berniat meninggalkan ruangan wakil direktur.

"Tadi aku minum kopi bersama Aril. Apakah engkau juga mau minum kopi bersamaku?" Raymond bertanya.

Sebenarnya, Ricky terkejut mendengar ucapan Raymond mengatakan minum kopi bersama Aril dan dia bukan Ricky jika ekspresinya tetap datar bagai lantai yang sedang mereka pijak.

"Bukan hal buruk," jawab Ricky.

Raymond mengambil gelas yang tersedia dan mengambil minuman di mesin kopi miliknya. Dia menyodorkan segelas kopi untuk Ricky dan segelas juga untuknya.

"Aku dan gadis itu bercerita banyak, ntah kenapa cerita kami berdua terus mengalir," ujar Raymond memecahkan keheningan diantara mereka.

"Sekalipun engkau telah mencuri ciuman pertamanya, aku rasa dia wanita idealku," sambung Raymond namun Ricky tidak berkomentar apapun.

Baby, Be Mine!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang