17. BBM | Perdebatan Kecil Untuk Kebaikan

1 0 0
                                    


Warning! Cerita ini mengandung unsur dewasa. Diharapkan kebijaksanaan pembaca.

HAPPY READING, BABY!

***

"Permisi Pak,"

Rama mengetuk meja CEO Ricky. Dia tau pikiran atasannya itu kini sedang bercabang.

Perusahaan yang begitu banyak masalah-masalah. Masalah beberapa artis top yang melanggar aturan, sampai pada permasalahan investasi dan beberapa lainnya masalah pribadi yang berhubungan erat dengan hati.

"Gadis itu akan meninggalkanmu juga suatu waktu, Ricky!"

Ucapan ayahnya pada malam itu, kembali terngiang dikepalanya. Dia mengenyahkan pikirannya yang kadang meragu atas keputusannya sendiri untuk menjaga dan melindungi sosok gadis yang berasal dari Indonesia itu.

"Pak, ada masalah apa pak? Wajah bapak kelihatan tidak bersemangat." tanya Rama setelah Ricky mengangkat wajahnya melihat kedatangan Rama.

"Bagaimana?"

"Aku sudah melihatnya sendiri pak, cukup cocok lokasinya pak. Dan pengunjungnya juga lumayan rame setiap harinya." jelas Rama.

"Oh ya? Baiklah, nanti aku singgah melihat sendiri  yang kamu katakan, Ram,"

"Kuncinya?"

"Oh ini pak," Rama mengambil sesuatu dalam kantongan jas hitamnya.

"Baiklah, bisa keluar sekarang."

"Baik Pak."

"Ayo, kita keluar untuk lunch," ajak Ricky melihat jam menunjukan 11:55.

Aril berdiri mengindahkan ajakan atasannya itu. Keduanya keluar secara bersamaan menuju lift melewati beberapa pegawai yang sedang disibukkan oleh pekerjaan.

"Aku yakin makanan ini akan kamu sukai juga," ujar Ricky saat dia menyerahkan menu pesanannya pada pelayan.

"Aku bukan seorang pemilih Pak, tidak kenal enak apa enggak, yang penting mengenyangkan," sahut Aril.

"Oh ya?"

"Iya Pak, yang penting bisa masuk dalam perut. Sesuap nasi pun jadi untuk bertahan melanjutkan hidup," ucapnya dengan mata berkaca-kaca.

Ricky merasa iba dengan keadaan Aril. Dia mengetuk dua kali bahu Aril seolah membagi kekuatannya untuk gadis itu.

"Kenapa Bapak menatapku seperti itu?" Tanya Aril ketika menyadari mata Ricky tidak kedip kearahnya saat duduk di restoran mewah kalangan atas.

"Aku sangat menyukai bola matamu," jawab Ricky asal.

"Ah, mataku terlalu besar Pak. Mudah sekali masuk abu, jadi berair gini," elak Aril.

Cup!

Seketika Ricky mendaratkan bibirnya di kening Aril sekilas. Gadis itu pun terkejut dengan sikap laki-laki yang menginginkan dirinya itu.

"Jangan khawatir apapun baby, selama ada aku, kamu akan makan yang lezat setiap harinya asal selalu bersamaku," Ricky kembali menjanjikan kemewahan kepada Aril.

"Thanks Pak." lirihnya terharu.

"Makanannya dihabisin, setelah ini aku mau menunjukkan sesuatu untukmu," Ricky berujar demikian sambil mengunyah makanannya yang ada dimulutnya.

Aril tampak begitu bersemangat.

"Done! Kamu habiskan semuanya ya, baby!" Ricky tersenyum menggodanya.

"Huh?"

"Tidak bisa kuhabiskan semuanya ini Pak, kita minta dibungkus saja, ntar malam aku makan lagi."

Baby, Be Mine!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang