13. BBM | Ciuman Penuh Gairah (21PLUS)

5 0 0
                                    


Warning! Cerita ini mengandung unsur dewasa. Diharapkan kebijaksanaan pembaca.

HAPPY READING, BABY!

***

Kau sedang memikirkan siapa sampai bengong begini?"

Ricky menyadari seseorang yang sangat dikenalnya menggerak-gerakkan jarinya tepat didepan wajahnya.

"Apa pedulimu terhadapku?" sindir Ricky.

Ricky berdiri hendak keluar dari bar. Dia sungguh tidak percaya Raymond ada ditempat ini. Apakah laki-laki itu menyerah dengan semua ini?

"Kau pasti memikirkan kenapa aku berada disini, kan?" tanya Raymond saat mereka berada diluar bar.

"Aku tidak seperti dirimu yang sangat ingin tau kehidupan orang lain," jawab Ricky.

"Ayolah bro, kenapa engkau seperti ini? Apa ada masalah mendesak jiwamu?"

"Aku tidak ingin mendengar hiburan darimu, Ray."

"Aku tidak ingin menghiburmu, aku tadi lewat di kompleks tempat tinggal gadis itu. Duduk sendirian dibasahi hujan di taman," ujarnya. "Aku tidak tau kenapa dia sampai begitu. Apakah kau memarahinya?" sambungnya lagi.

"Gadis siapa yang engkau maksud?" Ricky menoleh kearah Raymond.

"Apakah engkau pura-pura tidak mengenalnya?" Raymond bertanya meski terdengar sindiran. "Ah, iya, kamu pasti lupa efek banyaknya wanita—"

Brukk!

Belum selesai ucapan Raymond, Ricky melayangkan kepala tangannya di wajah Raymond. Untung saja saat ini mereka berada di luar bar.

"Apakah engkau kesini untuk menyindirku? Lalu bagaimana denganmu?"

Raymond hanya memegang bekas tinju Ricky diwajahnya. Sementara Ricky bergegas untuk pergi dari sana.

Tiba disana laki-laki yang penuh emosi itu langsung turun dari mobilnya menuju kontrakan dimana Aril tinggal.

Betapa terkejutnya Rania saat membuka pintu pada jam 23.30 itu. Dia melihat sosok laki-laki yang tidak asing didepannya.

"Aku kesini menjemput Aril. Suruh dia keluar," ucapnya bak perintah raja.

"Ada apa pak?" tanya Aril yang tiba-tiba berdiri disebelah Rania.

Ricky langsung menarik lengan Aril dengan paksa. Gadis itu memberontak memberi perlawanan namun kekuatannya tidak cukup kuat untuk melawan lengan kokoh milik atasannya itu.

"Pak, kenapa bapak begini?" Aril bergumam pelan, namun masih didengar oleh Ricky. Laki-laki itu terus menyeret Aril masuk di mobil miliknya.

"Pak, apakah ada yang salah?"

"Diam saja Aril, aku tidak ingin menyakitimu dengan sengaja," decit Ricky tidak menatap Aril dengan tatapan membunuh.

Aril menunduk dalam. Dalam diam dia menangis. Meratapi nasibnya yang jauh dari keberuntungan. Dia merasa menyesal terlahir dari keluarga miskin dan terus ditindas oleh orang-orang yang berkuasa.

Keheningan tercipta diantara keduanya.

Kini sampai dirumah Ricky yang megah dan luar biasa itu. Ricky membawa tubuh gadis itu duduk di sofa yang berada didapurnya.

Sementara Ricky sibuk mengambil sesuatu dilantai dua dikamarnya.

"Ganti pakaianmu dengan ini, aku tidak ingin engkau masuk angin dengan pakaianmu seperti itu," ujarnya saat memperhatikan penampilan gadis yang bernama Aril.

Baby, Be Mine!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang