9. BBM | Jangan Tinggalkan Aku (21PLUS)

2 0 0
                                    


Warning! Cerita ini mengandung unsur dewasa. Diharapkan kebijaksanaan pembaca.

HAPPY READING, BABY!

***
Gadis itu terbangun dari tidurnya. Dia cukup terkejut melihat keberadaannya saat ini. Bagaimana tidak, dia berada diranjang yang berukuran besar bersama atasannya itu.

Manyadari suasana seperti ini membuat jantungnya berdentum-dentum tidak karuan. Disisi lain dia takut jikalau semalam mereka melakukan kesalahan satu malam.

Disela-sela kepanikannya, dia menyadari atasannya itu sedang meracau tidak jelas.

"Tetaplah bersamaku, gadis polos kepala batu,"

"Ibu, aku menginginkan gadis itu,"

"Ibuuuuu!"

Akhirnya Ricky terbangun dengan napas tersengal. Aril mendekat namun tidak mengerti apa yang mesti dia lakukan.

"Pak, apakah Bapak baik-baik saja?" tanya Aril dengan nada cemas memilih memilin kaki bajunya.

Napas Ricky perlahan mulai teratur. Keringatnya di lap dengan tangannya. Dia memanggil Aril untuk mendekat. Aril menatapnya iba.

"Apa yang terjadi Pak?" tanya Aril seraya mendekat meski ketakutan menyelimutinya.

"Jangan tinggalkan aku. Aku mohon," ujar Ricky setelah membawa Aril dalam dekapannya.

Perasaan Aril merasakan kesakitan dengan ucapan Ricky yang terdengar sedang memohon. Melihat Ricky yang seolah shock, Aril seketika mengangkat kedua tangannya membalas dekapan Ricky menggerak-gerakan untuk memberi ketenangan kepada laki-laki itu.

Dalam waktu yang cukup lama, jantung Aril seolah berdangdutan disana. Berulang kali gadis itu berusaha melepaskan dekapan Ricky namun dengan erat laki-laki itu memeluknya.

Jika kalo bukan telepon dari Rania, mungkin dekapan itu tidak lepas hingga kini.

"Halo," sapa Rania setelah sambungan itu tersambung.

"Halo Rania, maaf ya, aku lupa ngabarin," jawab Aril merasa bersalah tidak memberitahu Rania dimana posisinya.

"Gapapa, apa kamu baik-baik saja? Kata sopir bos mu kamu sakit, jadi nggak bisa pulang." Rania mengkhawatirkan keadaan Aril.

"Ah, aku baik-baik saja kok, aku cuma sekarang agak pusing,"

"Yaudah deh, Aril istrahat saja. Btw, kamu sedang dirumah atasanmu?"

"Hmm, iya."

"Awas, jangan sampai khilaf. Apakah dia ada disitu?"

"Ya, dia disini."

Aril memutuskan sambungan telepon dari Rania. Dia sangat kesal melihat tingkah aneh atasannya itu.

Ricky memeluk erat tubuh Aril dari belakang. Dan kepalanya bersandar dibahu Aril. Laki-laki itu sedikit menunduk kepalanya untuk menyandarkan kepalanya. Kedua tangannya bertengger di pinggang Aril yang langsing.

"Thanks baby," bisiknya dengan lembut.

Aril berusaha untuk senyum meski dalam hatinya sangat ingin menghindari. Tapi, hal itu sungguh tidak mudah.

"Kamu baik-baik saja, Pak?"

"Aku tidak pernah sebaik ini sebelumnya, baby."

Gadis itu hanya tersenyum tipis mendengar penuturan atasannya itu yang masih saja memeluk erat pinggulnya.

"Dulu saat masih kecil, Ibuku sering memelukku seperti ini. Ayah seorang pemarah hingga memukuli Ibu dengan keras." Ricky menjeda kalimatnya seolah menerawang masa kecilnya dimasa-masa Ibunya masih ada.

Baby, Be Mine!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang