17. Makasih, Abay.
***
Rios menghentikan laju motornya di depan rumah Regita. Gadis itu turun, kemudian ia mentap Rios kesal. "Lo kenapa sih jadi galak banget? Coba deh lembut lagi kaya kemarin."
"Males, sana masuk."
"Yos!"
"Apaan sih?!" kesalnya.
Regita mendengkus kesal, "Lo masih suka sama Beby, ya?"
"Lo sendiri tau jawabannya. Gue yakin lo gak bego."
Rios hendak melajukan motornya. Namun, ditahan oleh Regita. "Kalau sampe lo berani deketin Beby lagi, jangan harap Beby tenang selama sekolah di sana, Yos."
Rios menepis tangan gadis itu dari motornya. Matanya menatap tajam ke arah Regita, "Lo di diemin makin ngelunjak, ya?"
Tangan Rios terulur mencengkeram dagu gadis itu dengan kasar. "Lo denger gue."
"Gue gak takut sama ancaman lo itu. Tadinya gue gak mau ribut, tapi liat sikap lo yang kaya gini, kayanya lo yang nyari ribut sama gue duluan."
Regita berusaha melepas cengkeraman Rios. Namun, cowok itu semakin mengeratkannya. "Sedikit aja lo sentuh Beby, gue sendiri yang bakal bikin lo malu."
Rios melepaskannya. Regita masih memasang wajah angkuhnya. "Satu lagi."
"Gue gak sudi pacaran sama lo."
"Kita putus."
Rios langsung melajukan motornya begitu saja. Masih ingat dengan hinaan yang terlontar pada Beby di koridor?
Saat Beby pergi, Regita mengajukan penawaran.
Menjauhi Beby dan gadis itu akan selamat dari pembullyan. Atau bertahan dengan gadis itu dan Regita akan menganggu Beby setiap harinya.
Rios awalnya menolak. Tapi, saat Beby memutuskan untuk mengakhiri hubungan mereka, Rios akhirnya memilih menerima tawaran Regita.
Rios berpikir, mungkin itu salah satu cara Rios untuk melindungi Beby. Sudah cukup dirinya menyakiti gadis itu, jangan Regita juga.
Lagipula, Rios tahu Beby dekat dengan cowok baik-baik yang ia temui beberapa kali tengah bersama Beby.
Itu memperkuat alasan Rios untuk bersama Regita saja.
Ingat.
Demi Beby.
***
Abay tersenyum melihat Beby yang tengah sibuk memakan siomay di tempatnya.
Cowok itu mengunyah dengan pelan. Namun, matanya sama sekali tak bisa lepas memandangi Beby. "Yah … habis," ujar Beby.
Tangan Abay terulur mengusap sudut bibir gadis itu. Beby kaget, gadis itu mendongak menatap Abay yang berada di depannya. "Masih laper?" tanya Abay.
"E-eh, udah kok."
Abay menggeser siomay miliknya. Cowok itu tersenyum, "Makan aja."
"Serius?" Wajah gadis itu berbinar.
"Iya."
Beby langsung memakannya setelah mendapat persetujuan dari Abay. Cowok itu lagi dan lagi tertawa. "Lo tau, lo itu termasuk orang yang bersyukur."
"Bersyukur?"
"Iya, kadang banyak banget orang yang pilih-pilih makanan. Gak mau inilah, gak mau itulah, maunya yang kaya gini. Tanpa mereka sadar, masih banyak orang yang susah buat cari makan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Enemy Boyfriend [Selesai]
Teen FictionBukankah sebuah hubungan itu didasari oleh kepercayaan? Lantas, Apa yang kamu lakukan ketika orang yang kamu percaya mengkhianati kamu? Bertahan atau tinggalkan? ________ Penasaran? Kuy masukin ke perpus!<3