28. First kiss (17+)
Rios menatap wajah Beby yang terlelap di pangkuannya. Setelah perdebatan tadi, Rios memilih membawa Beby ke rumahnya.
Abay dijaga oleh Kenta di rumah sakit.
Tangan Rios terulur memainkan pipi gadis itu. Bukannya terusik, Beby malah memeluk perut Rios dan semakin terlelap.
"By, gue pernah mau khilaf, anjir. Jangan kaya gini." Rios merasa khawatir dengan posisi Beby sekarang.
"Asstagfirullah, setan jangan pada dateng. Gue masih sayang nyawa, gue gak mau jebolin anak gadis orang!"
Beby membuka matanya, mengubah posisinya menjadi terlentang. Matanya menatap wajah Rios di bawah sana, "Lo kenapa sih? Berisik banget."
Rios membuka jaket miliknya, kemudian ia menutupi tubuh Beby dengan itu. "Lo bisa gak sih jangan pake baju tipis gitu? Lo mau diterjang sama Om-Om, hah?!"
"Badan kecil aja, sok-sok'an pake baju seksi!" kesal Rios.
Beby mengerutkan alisnya, "Apa sih?"
"Diem lo tepos, lagi gak mau ngomong gue sama lo."
Rios meraih remote tv, kemudian ia memilih mengarahkannya pada televisi agar menyala.
Beby masih menatap wajah Rios, gadis itu menarik napasnya pelan. Memilih duduk menghadap ke arah Rios.
Rios yang melihat tangan kiri Beby yang mengunci pergerakan tubuhnya, langsung melotot. "Woi! Mau ngapain?!" tanya Rios panik.
"Apa sih? Gue mau tanya."
"Y-Ya tanya aja, tapi gak usah kaya gini. Bau iler lo!"
Beby menabok pipi Rios dengan kesal. "Yos! Gue serius!"
"Iya nanti lo gue seriusin kalo lo mau."
Beby berdecak kesal, ia memilih mengubah posisi menjadi duduk di samping Rios.
Rios yang merasa Beby ngambek padanya, langsung menarik gadis itu agar bersandar pada bahunya.
Jangan lupakan tangan Rios yang mengelus lembut bahu milik Beby. "Kenapa, hm?"
"Lo beneran masih suka sama gue?" tanya Beby.
Rios menarik napasnya pelan. Cowok itu menyimpan pipinya di puncak kepala milik Beby. "Emang kenapa?"
"Lo mau bantu gue buat suka sama lo lagi?" tanya Beby.
Rios membulatkan matanya, "Apa?"
"Tau ah!"
Beby mendorong tubuh Rios dengan kesal. Gadis itu menatap televisi dengan wajah cemberut.
Rios menghela napasnya pelan. Menarik kedua kaki gadis itu agar tersimpan di pahanya. "Apa yang bikin lo berubah fikiran, By? Lo gak suka sama Abay? Atau gimana? Lo sakit hati sama dia?"
"Gue ngerasa jahat banget, Yos. Lo udah berusaha perbaikin semuanya, tapi gue seolah gak kasih kesempatan sedikit pun buat lo."
"By, perasaan itu gak bisa dipaksa. Lo tau? Gue bahagia kok kalau liat lo seneng," kata Rios.
Cowok itu mengusap pipi Beby dengan pelan. Menyatukan kening keduanya, Rios tersenyum menatap gadis itu. "Gue yang salah dari awal, By. Gue yang udah bikin lo pergi tanpa gue sadar. Tapi asal lo tau, sampai kapan pun—"
Rios meraih tangan Beby dan menyimpannya di dada. "—Perasaan gue ke lo gak akan pernah luntur, By."
"Anggap aja ini pelajaran buat gue, gue—"
Cup!
Rios membulatkan matanya kala merasakan benda lembut yang mendarat pada bibirnya.
Ia dibuat menahan napas untuk itu. Ini pertama kalinya untuk mereka, namun, lama kelamaan matanya terpejam. Tangannya menangkup rahang milik Beby.
Setelah itu, Beby melepaskannya. Gadis itu menatap Rios, "Gue rasa, perasaan gue ke Abay itu gak bener-bener ada, Yos. Gue gak ngerasa sakit hati sama sekali waktu dia nolak gue tadi, gue … gue cuman kaget."
"Gue masih gak bisa artiin perasaan gue ke lo, sama perasaan gue ke Abay."
Rios menjauhkan wajahnya dari Beby, Cowok itu mengigit bibir bawahnya sendiri.
Bolehkah Rios senang?
"Gue cuman—"
"Gue bantu buat artiin semuanya, By."
Beby membuang arah pandangnya. Gadis itu langsung mengubah posisi membelakangi Rios. "Yos, gue malu."
"Lah?"
"Lo jangan bilang sama orang, ya?" kata Beby.
Rios mengerutkan alisnya tak mengerti. Cowok itu memaksa Beby untuk kembali menghadapnya. "Apa sih?" tanya Rios.
"Tadi … itu—"
"Oh—asstagfirullah, Beby! Bibir gue udah gak suci! Bener-bener lo, kampret!"
Rios ikut membuang arah pandangnya, cowok itu mendorong tubuh Beby agar menjauh, "Sana lo! Tengsin gue liat muka lo!"
Beby menggeser tubuhnya agar menjauh dari Rios.
"Harusnya yang mulai itu gue, By!"
"Biar lebih lama," sambungnya.
Beby meraih bantal kemudian melemparnya pada Rios dengan kesal.
Rios menangkap bantal itu refleks. "Apaan sih, lo?!"
"Lo yang apaan?!" tanya Beby sewot.
Keduanya sama-sama melempar tatapan tajam di ujung sofa yang berbeda.
Rios melempar bantal itu pada Beby, "Awas aja lo kalo nyosor-nyosor lagi!"
"Apaan sih?! Siapa yang nyosor?!"
"Lo lah! Masa iya gue, gue cuman diem."
Beby memicingkan matanya kesal, "Tapi tadi lo elus-elus pipi gue, Yos!"
"Buset, frontal amat. Diem deh."
Rios dan Beby sama-sama kesal. Keduanya memilih menatap lurus ke arah televisi yang menyala.
Beby dan Rios diam-diam saling mencuri pandang. Saat matanya bertemu, keduanya langsung melempar senyum. "Lo lucu, By," kata Rios.
"Lo juga."
"Ah … sini-sini!" Rios merentangkan tangannya.
Beby mendekat, keduanya langsung berpelukan dengan sangat erat.
Rios menciumi pipi Beby dengan gemas, cowok itu mengakhirinya di kening. "Boleh gak sih gue berharap, kita selamanya kaya gini, By?"
"Gue bener-bener kangen banget sama kita yang dulu."
Rios menarik napasnya pelan, "Gue nyesel banget udah bikin lo kecewa kaya kemarin."
"I love you, baby."
TBC
Kangen BebyRios gak nih?
Gimana kesan setelah baca part ini?
Dua part lagi Enemy Boyfriend tamat! Yeay!
Gimana kesan setelah baca part ini?
Ada yang ingin di sampaikan untuk Beby
Rios
See you!
KAMU SEDANG MEMBACA
Enemy Boyfriend [Selesai]
Novela JuvenilBukankah sebuah hubungan itu didasari oleh kepercayaan? Lantas, Apa yang kamu lakukan ketika orang yang kamu percaya mengkhianati kamu? Bertahan atau tinggalkan? ________ Penasaran? Kuy masukin ke perpus!<3